Chapter 33

48 2 0
                                    

Layla tak bisa menahan laju air mata yang mendesak ke luar dari matanya karena terharu, kedua kakinya berdiri tepat di ujung jalan dengan karpet terbentang panjang bertabur kelopak bunga mawar, dari tempat Layla berpijak lilin berjejer rapi di tepian karpet mengarah ke sebuah tempat berbentuk hati, semilir angin laut yang menyapa tubuhnya seperti tak berhasil mengusik kekagumannya hingga sebuah genggaman tangan menyentak kembali ke alam sadarnya.

"Special for You, Honey," bisik Arfan lembut sembari menarik tangan Layla agar mengikuti langkahnya, netra Arfan tak lepas dari objek di sampingnya yang masih berdecak kagum. Alunan musik lembut nan romantis mengalun senada dengan langkah Arfan dan Layla.

Layla masih bergeming saat mereka sudah berdiri tepat di pusaran bentuk hati itu, beralas karpet merah dengan meja kursi terbungkus kain putih, di atas meja tersaji hidangan lengkap dengan minuman yang masih tertutup rapat, tepat di tengah meja dengan indahnya sebuket bunga lily berdiri anggun dalam vas putih bersanding lilin dengan aroma khasnya semakin menguarkan suasana romansa.

Arfan menarik kursi untuk Layla dan dengan bimbingannya duduk. Layla masih bingung, perasaan dan logikanya sedang berdebat keras untuk memastikan bahwa semuanya bukan mimpi belaka. Sungguh Layla merasa seperti tersesat dalam alam hayalnya, seperti adegan romantis yang biasa sering ia tonton dalam drama Korea. "Mimpi yang sempurna," gumamnya lirih bersamaan dengan semilir angin yang membelai lembut wajahnya. Arfan mengecup kening Layla sebelum duduk di kursi yang bersebarangan dengan Layla, sepasang iris berwarna hazel itu tak melepas perhatian barang sedetikpun dari perempuan di hadapannya.

"Honey please looked me," ucap Arfan sembari menggenggam jemari Layla. Layla mengikuti instruksi yang masuk ke rungunya, menatap sepasang netra hazel yang juga menatapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Aku hanya pria egois yang selalu mengikuti arus logika, aku bekerja keras hanya bertujuan memuaskan nafsu kesombonganku akan harta, aku selalu tegar dalam kerapuhanku, dan aku hanya seorang musafir cinta yang tak tentu arah. Namun sejak mengenalmu dan jatuh cinta padamu semua berubah, kamu berhasil mempora-porandakan seluruh isi duniaku, membuang semua logika dan egoku, sekarang yang kuingin hanya satu. Aku ingin menghabiskan seluruh sisa hidupku hanya bersamamu dan anak-anak kita kelak, aku mencintaimu Layla, jadi bersediakah kamu menua bersamaku?" Ucap Arfan lalu berjongkok tepat di hadapan Layla sembari mengeluarkan sebuah kotak berbahan beludru berwarna merah dari dalam saku jasnya.

Layla mematung masih dengan mata berkaca-kaca saat kotak itu terbuka lebar, kilau berlian dari sepasang cincin berwarna silver itu menabrak retinanya, dengan tersenyum Arfan meraih tangan kiri Layla lalu memasukkan cincin ke dalam jari manisnya setelah itu melabuhkan kecupan dari punggung tangan Layla dengan penuh cinta.

"Ayo gantian pasangkan untukku juga," ucap Arfan lagi saat Layla masih saja mematung. Layla terkejut lalu membalas senyuman Arfan, mengambil cincin yang tersisa dengan tangan bergetar, sekilas Layla bisa membaca namanya tercetak dalam lingkaran cincin itu lalu memasukkan ke jari manis milik Arfan.

"Terima kasih Honey, i love you more," ucap Layla lalu menghambur ke dalam pelukan Arfan dengan terisak.

"Maaf Honey, lamaranku telat," bisik Arfan sembari menciumi puncak kepala Layla.

Layla semakin membenamkan tubuhnya ke dalam dekapan Arfan. Perlahan Arfan melepaskan pelukannya lalu mengangkat wajah Layla, netra keduanya terkunci dalam luapan rasa terdalam. "Aku tidak ingin melihatmu menangis lagi." Arfan mengecup kening Layla lalu beralih ke kedua kelopak mata itu secara bergantian dan berakhir di bibirnya. Ia lumat lembut bibir Layla dengan terpejam, menikmati setiap hembusan napas mereka yang menyatu dalam ciuman panjang hingga napas mereka memburu.

Tautan bibir mereka terlepas dengan paksa saat tiba-tiba Layla tersadar bahwa mereka berada di tempat umum, seketika aliran darahnya seperti membeku saat membayangkan banyak pasang mata menyaksikan ciuman panas mereka. Arfan tergelak saat menyadari Layla tampak panik dengan mengedarkan seluruh pandangannya di area mereka berdiri.

Contract Marriage (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang