Chapter 25

110 6 1
                                    

Senyuman Layla merekah seketika saat membuka mata wajah Arfan lah yang menyambutnya. Semalam bukannya Layla tidak merasakan kedatangan Arfan yang memeluknya erat, hanya saja ia ingin menikmati setiap detik kebahagiaan bersama Arfan. Moment indah yang nanti akan selalu ia kenang di masa menuanya bersama Arfan. Kelak sebagai kisah untuk anak-anak mereka.

Pagi ini seperti biasa Layla menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Entah mengapa tiba-tiba Layla mengelus perut ratanya membayangkan jika ia mengandung buah hati mereka berdua. Layla tersenyum sendiri sambil menata piring di atas meja makan. Namun Layla seketika terkejut saat melihat jarum jam sudah menunjukkan pukul 07.17 dan Arfan belum juga ke luar dari kamar, dengan langkah lebar Layla menuju kamar dan mendapati Arfan dengan nyamannya masih bergelung dalam selimut.

Layla meraih remote AC dari atas nakas lalu mematikannya bersamaan dengan menggeser gorden lebar berwarna silver yang menutupi jendela kaca, refleks tangan Arfan menutupi kedua matanya karena silau cahaya dari matahari tepat mengenai retina matanya.

"Arfan, bangun dong, kamu nggak ngantor apa?" Ucap Layla sambil menarik selimut yang menutupi tubuh Arfan.

"Ini masih pakai sarung lagi! Habis salat itu olahraga bukannya tidur lagi, tuh sarapan juga sudah siap," gerutu Layla panjang lebar sambil melipat selimut.

"Aku mau sarapanku di atas ranjang," balas Arfan lalu menarik tangan Layla hingga terjatuh tepat di atas tubuhnya. Layla berusaha melepaskan kedua tangan Arfan yang melingkar erat di perutnya.

"Please," pinta Arfan dengan seringai tak terbaca.

Sejenak Layla menatap kedua netra Arfan yang terlihat sarat akan kesedihan, Layla tertegun. Namun menganggukkan kepala menyetujui permintaan Arfan. Layla masih bertanya-tanya dalam hati dengan sikap Arfan beberapa hari ini yang terlihat gusar, bahkan kemarin seharian Arfan tidak menghubunginya sama sekali walau hanya sekedar mengirim pesan WhatsApp, entah berapa kali Layla juga mencoba meneleponnya tapi Arfan tak mengangkatnya.

Pagi itu Layla merasakan percintaan mereka begitu hambar, Arfan hanya menuntaskan keinginannya tanpa banyak bicara. Padahal biasanya akan ada selingan bercanda dan saling menggoda, tetapi kali ini Layla menangkap dengan jelas perasaan ragu dalam diri Arfan.

"Ada apa Fan, apa ada masalah? Katakan siapa tahu aku bisa membantumu," tanya Layla yang masih bersandar di atas dada Arfan. Arfan membisu dengan tangannya yang membelai rambut Layla.

"Aku takut kehilangan kamu Honey jika kamu mengetahui semua kebenarannya," terang Arfan dengan suara lirih.

Arfan menatap netra Layla yang juga menatapnya, sekuat tenaga berusaha menguatkan diri untuk berkata jujur tapi ia tidak sanggup menanggung risiko jika harus kehilangan Layla.

"Katakan Fan, apa kamu menyesal menikah denganku?" Tanya Layla dengan kesal karena Arfan tak juga berterus terang padanya.

Layla melepaskan diri dari pelukan Arfan lalu bangun memakai pakaiannya, Arfan pun sama dengan segera meraih bokser dan kaos dan memakainya dengan cepat.

Klik ... Arfan mengunci pintu kamarnya dengan remote control saat Layla hendak ke luar dari kamar. Layla berbalik lalu menatap Arfan tajam, sungguh Layla benci didiamkan seperti ini apalagi dirinya merasa tidak melakukan kesalahan apapun. Arfan memukul sisi ranjang tempatnya duduk lalu dengan kesal Layla melangkah, berdiri tepat di depan Arfan.

"Aku nggak pernah menyesal menikah denganmu, justru memilikimu adalah anugerah terindah dalam hidupku," terang Arfan dengan mata mulai tampak berkaca-kaca sambil memeluk perut Layla dengan erat.

"Katakan Fan, ada apa?" Bentak Layla sambil menyingkirkan kedua tangan Arfan yang memeluknya.

"Aku ... Aku adalah orang yang menabrakmu 6 tahun lalu," aku Arfan dengan suara serak dan terbata mengucapkannya. Seketika hati Arfan sakit bagai busur panah yang melesak cepat, tepat menembus di jantungnya melihat tatapan kebencian Layla padanya.

Contract Marriage (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang