Arfan memarkirkan mobilnya di depan Coffee Resto tempat dirinya dan Dion janji bertemu, masih dengan perasaan gelisah Arfan melangkahkan kaki memasuki cafe tersebut, lantas mengedarkan pandangan ke seluruh sudut kafe mencari keberadaan sosok Dion. Tampak di sudut Selatan pria dengan kemaja biru terang dan kacamata berframe hitam melambaikan tangan ke arahnya. Arfan membalas lambaian tangan Dion lalu berjalan ke arah meja nomor 14 yang tepat menghadap kaca besar dengan pemandangan lalu lalang jalan raya.
Dion berdiri dengan tersenyum lalu menyalami Arfan dan mempersilakan untuk duduk. Dion menyodorkan buku menu pada Arfan untuk memilih makanan sesuai selera sahabatnya tersebut.
"Kamu mau pesan apa Dion?" Tanya Arfan sambil membaca dan menyusuri pilihan menu dalam daftar buku menu tersebut.
"Terserah kamu aja, kamu pasti masih ingat kan menu kesukaan kita berdua!" jawab Dion dengan seringai tak terbaca.
Kafe ini adalah kafe langganan Arfan dan Dion sejak dulu sebelum konflik yang membelit mereka. Tepatnya terjebak dalam kisah cinta segitiga yang menghancurkan persahabatan mereka yang sudah terjalin sejak di bangku sekolah SMA.
"Ok!" jawab Arfan singkat lalu menulis 2 porsi ayam krispi beserta lalapan dan 2 es soda gembira dalam kertas. Menu sederhana yang membuat mereka selalu ingat satu sama lain.
Dion mengamati penampilan Arfan yang jauh berbeda dengan penampilannya yang dulu sewaktu masih kuliah dengan dandanan gaul, dulu Arfan adalah mahasiswa famous di kampus dengan gaya yang selalu fashionable. Namun sekarang Arfan tampak jauh lebih berkelas ala eksekutif muda. Arfan menaikkan sebelah alis saat menyadari Dion sedang memperhatikannya. Arfan sendiri tidak menyangka bahwa sahabatnya yang selalu slengean itu bisa menjadi seorang pengacara andal sekarang, selain menjadi pengacara Dion juga menekuni dunia bisnis kafe yang sudah berkembang dengan beberapa anak cabang dibeberapa daerah di Yogyakarta.
"Apa ada yang aneh dengan penampilanku?" Ucap Arfan melempar tatapan dingin ke arah Dion.
"Nggak papa, aku nggak menyangka saja kamu bisa sesukses ini di usia yang masih saat muda," terang Dion dengan berdecak kagum.
"Terima kasih atas pujianmu, aku juga heran sahabatku yang sering bikin onar di sekolah dulu bisa jadi pengacara sukses seperti sekarang," balas Arfan dengan seringai jahil khasnya.
Mereka tertawa lepas bersama seakan lupa dengan konflik yang pernah ada di antara mereka. Cerita-cerita kenakalan mereka bersama semasa masih bersahabat dengan baik menjadi penghangat hubungan yang telah lama membeku, sambil menyantap makanan favorit mereka hingga habis tak tersisa.
"Kita masih bersahabat kan?" Tanya Dion sedikit ragu, biar bagaimana pun dirinya yang bersalah karena dulu merebut Vika dari Arfan.
"Tentu," balas Arfan singkat lalu menonjok bahu Dion pelan dengan tangan kirinya.
Tawa keduanya pun hampir memenuhi ruangan hingga membuat beberapa pengunjung kafe menoleh menatap dua pria bersahabat yang baru berbaikan setelah lama tidak bertegur sapa itu.
"Oya gimana kabar istrimu Fan?" Tanya Dion sambil meraih gelas besar berisi es soda lalu meneguknya.
"Baik, oya aku ingin tanya sesuatu yang penting padamu tentang Layla," balas Arfan dengan wajah yang seketika berubah menjadi serius.
"Apa yang kamu ketahui tentang Layla, istriku?" Ucap Arfan sambil berdoa dalam hati semoga apa yang ia pikirkan salah.
"Ok, sepertinya kamu memang benar-banar lupa atau memang nggak tahu?" sahut Dion sedikit ragu.
Arfan mengedikkan bahu sebagai jawaban.
"Layla itu gadis yang kita tabrak 6 tahun lalu, orang tuanya bernama Yusuf dan Dewi, dia mamiliki dua adik, bernama Nayla dan Ridho kan?" Terang Dion yang seketika membuat tubuh Arfan mematung dengan tangan bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Contract Marriage (End)
RomanceLOVE SERIES #2 Blurb Layla Rahmawati tak menyangka jika jalan hidupnya akan serumit ini, ayahnya kena PHK lalu diputuskan pacar, dan sekarang ia dilema antara menerima atau menolak tawaran yang menggiurkan dari bosnya Arfan Alfarizi, ia hanya cukup...