Chapter 43 (END)

32 1 0
                                    

Pasca kelahiran si kembar kehidupan keluarga kecil Arfan dan Layla menjadi lebih berwarna. Tak ada kebahagiaan yang mampu menggantikannya. Namun di balik itu semua Arfan menjadi bulan-bulanan para kerabat dan keluarganya karena tragedi pingsan saat menemani Layla operasi tempo hari.

"Sumpah Fan, kamu ini lucu banget, masak pingsan di samping istrimu yang lagi operasi, untung aja Layla nggak ikutan syok, bisa fatal akibatnya," ucap Andre dengan tergelak saat mereka baru sampai di rumah setelah pulang dari rumah sakit.

"Sudahlah Pa, nggak usah dibahas lagi deh," balas Arfan dengan kesal sembari menuntun Layla masuk ke dalam kamar sedangkan si kembar tenang dalam gendongan Liana dan Dewi.

Layla beristirahat untuk sementara waktu, mereda rasa nyeri bekas sayatan di perutnya pasca operasi sesar yang masih sangat mendominasi pergerakannya. Arfan mengusap peluh di kening Layla dengan tisu lalu mengecupnya lembut.

"Sakit banget ya Sayang?" tanya Arfan sembari menatap wajah Layla yang masih terlihat pucat saat berusaha menggerakkan tubuhnya.

"Lumayan," balas Layla singkat dengan tersenyum tipis.

"Klo menginginkan sesuatu kamu bilang aja, kamu nggak perlu naik turun ranjang, biar aku atau Mama dan Bi Ana aja yang melakukannya," terang Arfan lalu menggenggam tangan Layla, membawa ke arah bibirnya dan mengecupnya.

"Terima kasih Sayang," bisik Arfan lirih dengan mata berkaca-kaca sambil membelai pipi Layla lembut.

"Layla biar istirahat dulu Fan," tegur Liana saat meletakkan Naby Nathan yang terlelap dalam box bayinya sedangkan Baby Nafla terdengar sedang menangis dalam gendongan Dewi karena haus.

"Iya Ma." Arfan beranjak dari sisi Layla lalu ke luar kamar mengambil Baby Nafla, membawanya kepada Layla,  anehnya tangisan keras Baby Nafla seketika berhenti saat sudah berada dalam gendongan Arfan.

"Cantiknya Papi, mau gendong Papi ya?" ucap Arfan sembari duduk di sisi ranjang.

Senyum Layla merekah, kedua netranya berbinar terang menatap Baby Nafla yang menggerak-gerakkan bibirnya meminta minum, gerakan jari-jari mungilnya mengarah pada bibir tipisnya.

"Sini Sayang," ucap Layla sembari merentangkan kedua tangan meminta Baby Nafla agar diletakkan ke dalam pangkuannya. Arfan menuruti kemauan Layla lalu membuka kancing bajunya, ia berikan ASI-nya yang belum lancar pada Baby Nafla seperti yang para orang tua bilang, semakin sering dihisap sang bayi maka produksi ASI-nya akan semakin meningkat dan ini untuk pertama kalinya Layla memberikan ASI-nya. Bibir mungil dengan lidah yang masih kasar itu dengan lahap menghisap puting Layla yang seketika terdengar bibir Layla mendesis dengan wajah memerah.

"Sakit ya?" Tanya Arfan lirih saat melihat ekspresi Layla yang memejamkan mata sembari menggigit bibir bawahnya menahan rasa sakit.

Arfan tahu pasti rasanya menyakitkan seperti yang mamanya dan Aisyah ceritakan, bagaimana rasa sakit saat memberikan ASI pertamanya, kata mereka rasa nyeri menjalar dari ujung kepala hingga ujung kaki, kini ia tahu betapa besarnya pengorbanan seorang ibu. Tak terasa buliran bening menetas di pipinya. Namun dengan cepat ia mengusap kasar dengan ujung jarinya. Dalam hati ia berjanji tidak akan pernah menyakiti hati istrinya. Penyesalan tiba-tiba merayap dalam hatinya kala mengingat kenakalannya saat remaja dulu, ia sering membuat Liana menangis karena ulahnya. Tak jarang pula Andre papanya menjemput ke nigh club saat dirinya mabuk-mabukan bersama teman-temannya.

Arfan terhenyak saat menyadari Dewi duduk di sisi Layla, ibu mertuanya itu dengan cekatan dan sabar membantu Layla memberikan asi, keranjang tempat pakaian dan keperluan bayi di ujung ranjang pun sudah tersedia untuk memudahkan Layla atau pun dirinya saat mengganti pampers atau pakaian bayi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Contract Marriage (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang