DEWI BUKAN SINTA

42 3 0
                                    

"Kak-kak Sinta," ucap Anna tersentak kaget.

Suster itu mengerutkan kening binggung sambil meneliti kesana kemari. "Maaf mba, bicara sama siapa? Tanya sang suster. Hal itu membuat Anna heran, matanya tidak mungkin salah dia juga tidak sedang kelilipan gajah. "Tidak mungkin kak Sinta punya kembaran kan?" Pikir Anna kebinggungan.

"Eee itu,nggak. Oh ya sus Toroh aja buahnya di situ, Anna menunjuk kearah meja yang ada disamping ranjangnya.

Suster itupun menarohnya dengan sangat lembut sambil berkata disela ia meletakan piring yang berisi buah.

"Mbak Anna, kalau ada perlu apa silahkan panggil saya," tutur suster itu dengan suara lembut nan alun, ala cewek Sunda, hal itu juga yang meyakinkan Anna bahwa suster ini bukanlah kakaknya. Walaupun Anna tau bahwa Sinta sudah meninggal dan menyaksikan sendiri pemakamannya namun batin Anna tak bisa bohong ada rasa penasaran yang teramat tentang sebenarnya siapa suster ini.

Disela suster tersebut tengah berbalik badan bermaksud ingin beranjak dari kamar Anna, suara pelan bercampur ragu seketika meloncat dari bibir Anna.

"S-Sus... Nama suster siapa ya?" Tanya Anna dengan penasaran.

Saya Dewi mbak, kalu ada apa-apa silahkan pangil saya, ujar suster itu seraya tersenyum manis. Yang Anna balas dengan anggukan dan senyuman ragu.

Suster itu kembali tersenyum ramah lalu beranjak dari kamar Anna. Tinggalah Anna sendirian termenung memikirkan suster Dewi.

Disisi lain, terlihat Fatra tengah berjalan sehabis dari toilet ia bergegas menuju kamar Anna. Saat diperjalanan menuju kamar Anna secara tak sengaja kedua bola mata Fatra mengkap sosok suster dewi, hal itu membuat Fatra menajamkan penglihatan ya, tentunya yang ia lihat itu adalah Sinta.

"Sinta Sinta..." Dengan mata berkaca-kaca sembari berteriak memangil nama itu, namun suster dewi tidak menghiraukanya, mungkin suara Fatra tidak terdengar karena jarak mereka lumayan jauh, dan yang Fatra panggil bukanlah orang yang dia maksud.

Setelah Fatra Menganti katanya menjadi Suster. Barulah Langkah suster Dewi berhenti dan menoleh kearah Fatra.

Tanpa pikir panjang Fatra langsung menghampiri suster Dewi dan memeluk erat Dewi sembari berkata. "Nak, Sinta... kamu masih hidup nak, maafin ibu."

"I-ibu M-maaf..." Saya bukan Sinta, ibu salah orang," ujar Dewi bingung dengan tingkah Fatra yang tiba-tiba memeluknya.

Nggak- kamu Sinta, kamu anak ibu!"

"M-maaf Bu saya Dewi bukan Sinta." Tutur Dewi sembari menenangkan Fatra.

Mendengar itu membuat Fatra tersadar bahwa anaknya sudah tiada.

"Bu, ibu yang sabar, Dewi yakin ibu akan nemuin anak ibu kembali," tutur suster Dewi menyimpulakan kejadian. Mendengar itu Fatra hanya tersenyum tipis sambil menatap dalam wajah Dewi.

"Dewi... Kenapa ribut-ribut nak?" Suara itu membuat Dewi memalingkan wajahnya.

"Mamah, kenapa keluar kamar?" ujar Dewi pada wanita paruh baya yang keluar dari ruang rawat inap samping kamar Anna dirawat.

"Sebentar ya Bu." Kata Dewi kepada Fatra.

Melihat itu membuat Fatra binggung ia sudah berhalusinasi mengharapkan anak orang lain. Mungkin karena saking rindunya dengan Sinta, sampai mganggap orang yang mirip dengan Sinta adalah anaknya. Akhirnya dengan perasaan yang sudah tercampur aduk Fatra kembali kekamar Anna.

"Na, tadi suster itu habis dari kamar kamu kan? Suster itu pasti Sinta na, kakak kamu," ujar Fatra tak terkendali.

Melihat itu membuat Anna tak tega Anna memeluk erat ibu tirinya sembari berkata, "tenang bu, dia bukan kak Sinta, dia Dewi," ujar Anna.

"Sudah ibu, tarik nafas dan tenang, kita doa in semoga kak Sinta tenang disana, ntar kita bareng-bareng ke makam kak Sinta," Lanjut Anna kembali menenangkan ibu tirinya.

Tak ingin lama-lama berlarut dalam kebinggungan situasi akhinya Anna berinisiatif mengajak Fatra pergi ke taman rumah sakit.

"Bu, gimana kalau kita ketaman itu." Anna menunjuk kerah jendela.
Merekapun pergi ketaman rumah sakit banyak orang-orang disana sedang bersantai menghirup udara segar dedaunan hijau.

Disisi lain Jonatan datang lalu masuk kekamar Anna sembari berkata. "Na hari ini kamu boleh-" kata Jonatan tiba tiba terhenti, wajahnya jadi panik saat mendapati Anna tak ada dikamarnya.

"Na Anna!!" Jonatan berteriak dilorong rumah sakit mencari Anna yang entah dimana. Hingga ia bertemu dengan suster.

"Suster-suster dimana istri saya sus," titah Jonatan panik.

"Istri bapak ada di Kamar betapa pak?" Tanya suster itu.

"VVIP kamar 4 sus, cepat sus!"

"Baik bapak tenang dulu kami cek dulu ya pak."

"Untuk VVIP kamar 4 dijadwalkan sore ini boleh pulang, apakah bapak sudah cek dikamarnya."

"Sudah sus tapi istri saya nggak ada disana," jawab Jonatan dengan paniknya.

"Baik pak... Kami akan laporkan dulu. Pasien hilang di ruang VVIP kamar 4. Bapak bisa langsung cek ke ruang cctv."

Jonatan bergegas menuju ruang cctv,
cepat pak, titah Jonatan pada petugas cctv.

Gambar cctv
Kamar 4

Ibu sama sama Anna, "itu pak ke lobi..
Dilobi!" Seru Jonatan.

Ibu sama Anna keluar... Ngapain. kini mulai bingung pikiranya sudah tak berfungsi dengan normal.

Cctv luar
Mereka ditaman... Jontan bergegas menuju taman, meninggalkan ruangan cctv.

Na Anna, teriak Jonatan memanggil-manggil Anna, hingga para pasien, suster, ibu ibu, kakek nenek semua mata terfokus kearah Jonatan.

"Mas!" teriak Anna. Jonatan menoleh kesumber suara, ke arah bangku putih tempat Anna duduk lalu dengan berlari Jonatan tergesa menghampiri Anna. Ia langsung memeluk erat istrinya itu, tak memperdulikan orang orang yang tengah terfokus kepadanya.

"Nagapain mas, malu diliat orang," titah Anna dengan suara berbisik.

"Na aku kira kamu hilang." Jonatan masih memeluk Anna, malah semakin erat.

"Huhh... Yang satu ini nggak bisa ditinggal istri bentar." ckck... Fatra berdecak sambil mengelengkan kepalanya.
Anna hanya tersenyum kuda ke arah ibunya juga orang-orang yang memandagi mereka berdua.

"Anak muda Memang manis ya kek," ujar nenek-nenek berbicara dengan suaminya.

"Udah ah mas malu diliat orang," ujar Anna berusaha melepas pelukan Jonatan.

Bersambung...

Keep Eternal Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang