TIBA-TIBA MENIKAH

28 1 0
                                    

MALING!! MALING!!! teriak Anna dengan nyaring.

Refleks pria itu, langsung membungkam mulut Anna dengan tangannya, hal itu tentunya membuat Anna tersentak kaget, dan langsung mengigit telepak tangan milik pria itu. "Lepass!!"

"Gila Lu! gua bukan maling, gua Jonatan, mempelai pria diacara ini," cetus pria itu yang mengaku dirinya sebagai Jonatan.

"Apa? J-jadi, kamu kak Jonatan?" Pria itu nampak mengangguk kan kepalanya.

"CEO perusahaan gebara grup?" Lagi lagi pria itu mengangguk dengan bangga membenarkan kata Anna.

"Anak konglomerat yang akan menikah dengan kak sinta," ujar Anna dengan gugup, sambil menyunggingkan senyum miring.

Untuk yang kesekian kalinya pria itu kembali mengaguk membenarkan semuanya.

Anna berjalan mendekat ke arah pria itu, kemudian berkata. "Kamu kira aku anak kecil kemaren sore ha!! Kak Jonatan itu CEO, nggak mungkin CEO semuda ini." Gadis itu meraih balok kayu yang ada didekatnya, pas pula ada balok kayu entah datang dari mana.

"Kamu maling kan, cepat ngaku." Anna menadahkan balok kayu yang sudah siap mendarat ke tubuh pria tersebut, terserah mau kena bagian tubuh mana. Kalau bukan pria itu yang mati, maka aku lah yang mati, pikir Anna sudah kemana-mana saking paniknya.

Tanpa disangka, pria itu bereaksi mengambil sesuatu dari dalam jasnya, sebuah benda berwarna silver samar-samar terlihat seperti sebilah belati.

Hal itu membuat Anna semakin was-was, jantungnya berdetak tidak beraturan, pikiran negatif sudah merajalela di benaknya. "J-jangan macam-macam! Letakan pisau itu kalau kamu mau selamat!" Ancam Anna dengan menodongkan balok kayu yang ia pegang.

"Pisau? Nih KTP dan kartu nama gua, masih nggak percaya Lo hah!" Ternyata Pria itu menyodorkan kartu nama berwarna silver dan juga KTP nya, bukanlah belati.

Akhirnya dengan posisi yang masih ready ditempat, Anna meneliti kartu dan KTP itu, untuk memastikan kebenarannya, dan saat itu juga wajah Anna bertambah semakin pucat, tangannya dingin dan tubuhnya seakan mati rasa saat mendapati Kartu Tanda Penduduk yang bertuliskan Jonatan Gebara.

Sembari menunduk, Anna bertanya. "J-jadi benar, kamu k-kak Jonatan? mempelai pria dari keluarga Gebara!"

Lantas Anna mengangkat takut kepalanya dan menscen sosok Jonatan yang ia kira maling.

Gadis itu senyum mengerenyit, Lalu lari secepat kilat tanpa sepatah katapun, wajahnya tak kuasa menahan malu. Balok kayu yang Anna pegang jatuh terlempar dan mendarat tepat dikaki Jonatan.

Sshtt... ringgis panjang tanda kesakitan keluar dari mulut Jonatan, ia mengangkat satu kakinya, melompat-lompat menahan sakit. kalimat serapah pun tercetus di bibirnya.

"DASAR ORANG GILA, PEMBANTU GILA..."

"Sial... belum juga ketemu istri sudah dikira maling! Nasib nikah nggak niat, sial amat nasib gua," celetuk Jonatan kesal. Terlebih lagi yang ngira dirinya maling adalah seorang pembantu, tambah kompeleks lah kalimat serapahnya.

๑๑๑๑

Tak..tak..tak.. Suara langkah kaki yang sedikit pincang, terdengar gagah saat meniti karpet merah, irama langkahnya menyatu dengan alunan musik romance nan syahdu.

Anna yang menyaksikanya dipojokan, hanya bisa memukul-mukul kepalanya sendiri dengan kedua tanganya. Malunya minta ampun tertanam sampai tujuh turunan dihati Anna, namun untungnya tak ada orang yang lihat kejadian konyol itu.
-
"Kok pengantin wanitanya nggak datang-datang ya padahal dah hampir setengah jam," Gumaman orang-orang, yang berbisik ditelinga Fatra, juga temanya. Fatra nampak bingung karena Sinta tak kunjung terlihat. Sementara Jonatan sudah bolak balik meneliti jam tangan, raut wajah nya sudah terlihat bosan menunggu.

"Jeeng mana anak kamu, kok dari tadi nggak keliatan, jangan-jangan benar lagi gosip ibu komplek kalau kamu itu mandul?" tanya salah satu teman sepergenk-an Fatra dengan nada cekikikan. Pertanyaan itu berhasil memecah kebinggunganya.

"Sebentar lagi Jeeng kayaknya dia masih diruang make up!" Seru Fatra sembari tersenyum tipis, matanya meneliti kesana kemari, hingga tak sengaja mendapati Anna yang sedang gigit jari. Wanita paruh baya itu langsung menghampiri Anna.

"Na! Anna!" Seru Fatra membuat Anna tersentak kaget.

I-iya Bu, kenapa ibu panggil Anna?

"Sini ikut ibu." Fatra menarik lengan Anna dan membawanya ke belakang lalu memberikan instruksi padanya untuk segera memanggil Sinta.

"Cepat kamu panggil kakak kamu, kenapa dia belum datang juga udah jam berapa ini, cepetann!"

"B-baik Bu!" Anna bergegas menuju ruang make up, tempat kakaknya berada. Namun sesampainya disana alangkah binggungnya gadis itu saat mendapati diruangan tersebut sedang terjadi kepanikan.

"Bi, ada apa ini? dimana kak Sinta?" tanya Anna pada seorang penata rias yang terakhir kali merias kakaknya.

"Nggak tahu Non, tiba-tiba Nona Sinta tidak ada dikamar. S-saat saya lagi nyuci brush di belakang, dan setelah kembali Nona Sinta sudah tidak ada." Dengan panik juga terbata bibi itu menjelaskan apa yang terjadi.

Raut wajah Anna yang semula binggung, seketika berubah panik, dia mencari ke mana-mana namun tidak menemukan kakaknya. Hampir 20 menit Anna mencari Sinta namun hasilnya nihil sinta tidak ditemukan. Akhirnya Anna kembali menemui ibu tirinya, mengabarkan bahwa Sinta hilang.

"Lama amat sih, dimana Sinta Na?" Ujar Fatra, bertanya pada Anna yang baru sampai. Dengan napas yang tersengal-sengal Anna mulai berbicara.

"Kak Sinta- Kak Sinta hilang Bu."

"Hah... Hilang? Hilang gimana? Sudah kamu cari! kenapa bisa hilang Na?" Fatra yang semula tenang, seketika menjadi panik.
Seolah tak percaya, Fatra bergegas keruang make up memastikan sendiri kebenaran cerita Anna. Anna pun dengan panik turut megikuti ibu tirinya itu.

"Sinta! Sintaaa!" Fatra berteriak panik memanggil-manggil anaknya, suasana dirungan yang sudah panik bertambah riuh karena teriakan Fatra.

"Bi! dimana Sinta Bi?" Bentak Fatra pada MUA yang merias anaknya. MUA itu hanya megeleng, mulutnya kelu untuk bercerita, Ia sudah terintimidasi terlebih dahulu dibuat Fatra.

"Ish... Sinta, sintaaaaa!" Fatra semakin mengila saat menerima tanggapan MUA yang hanya menggeleng tidak jelas.

"Bagaimana ini? Kalau acara ini sampai gagal, Mau ditaroh dimana muka ku," pikir Fatra. Nampak wanita itu menjambak rambutnya sendiri.

"Ishh... Sinta! Sintaa!" Fatra bolak balik kesana kemari menjelajahi ruangan itu.

"Gimana ini Na, cepetan bantu mikir, jangan diam aja." Titah Fatra yang paniknya minta ampun.

Di tengah kepanikan yang melanda pikirannya, tiba-tiba Fatra menyelidik ke arah Anna. "Sudah, sekarang, untuk sementara kamu yang gantikan Sinta menikah," perintah Fatra tiba-tiba.

Bersambung...

Keep Eternal Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang