Akhirnya Anna pulang kerumah,
"Welcome to home, selamat datang dirumah, maaf na rumah jadi bentakan selama kamu nggak ada rumah jadi nggak ke urus." Ujar Jonatan penuh kecanggungan.Anna hanya senyum tipis. "Nggak papa mas, kembali kerumah ini na sudah sangat senang," ujarnya berusaha terlihat bahagia.
Anna meneliti setiap jengkal ruang tamu rumah itu, segala perabot, guci guci mahal, bahkan hawanya pun masih sama.
Kembali kerumah ini, bukan pilihan yang mudah mas. Celetuk Anna dalam hati
"Kenapa na?" Tanya Jonatan yang menyadari Anna sedang termenung di tengah ruang tamu.
"N-nggak papa mas, na capek banget mas, mau langsung istirahat."
"Istirahat bareng ya!" seru Jonatan.
Anna terdiam, nampak berpikir sejenak, namun tanpa pikir panjang Jonatan Langsung mempopong Anna dan membawanya menuju kamar.
"Mas, mas ngapain?" Tanya Anna terkejut
"Lagi bopong kamu!" Jawab Jonatan singkat.
"Ta-tapi na bisa jalan sendiri," jawab Anna sedikit terkekeh.
Mendengar itu membuat langkah Jonatan berhenti tepat di depan tangga. Ia membidik tajam mata Anna dan berkata. "Istriku yang cantik, di dalam perut kamu ada Dede bayi, ya kali aku biarin kamu jalan sendiri ditangga ntar kalo kamu jatoh gimana? Apa lagi kamu habis dari rumah sakit."
"Mas!!" Anna mengebuk keras dada bidang milik Jonatan.
"Kok malah doain Anna jatoh sih-"
"Suuttt..." Putus Jonatan, tanpa basa basi lagi, ia bergegas menaiki tangga sambil mengeratkan bopongan nya.
Langkah demi langkah kaki Jonatan meniti satu persatu anak tangga dengan hati-hati, terlebih lagi tangga itu terbuat dari keramik yang lumayan licin.
Mendapati Jonatan yang sangat berhati-hati malah membuat Anna ragu dan takut. Bagaimana kalo jatoh beneran? Kan ngeri!! Pikir Anna, akhirnya ia malah mengeratkan pelukannya dileher Jonatan sambil menutup mata.
Sampai di anak tangga akhir, Jonatan tiba-tiba menurunkan bopongannya, tentunya hal itu membuat Anna panik dan makin mengeratkan pelukannya.
"MAS... NA NGGAK MAU MATI MUDA!!" Teriak Anna histeris
"Buka mata na, kita sudah sampai," ujar Jonatan.
Mendengar itu membuat Anna bergegas membuka matanya, ia meneliti ke sekeliling dan mendapati kasur di belakangnya. Anna menatap wajah Jonatan yang ekspresinya terlihat keheranan, kebingungan, keanehan, bercampur menjadi satu.
"E-emm... Sudah sampai ya mas?" Tanya Anna cecegiran sambil menggaruk pipi kanan nya. Disaat yang bersamaan ia langsung melompat kekasur dan menutupi wajahnya dengan selimut.
Jonatan tersenyum melihat tingkah istrinya yang imut ia ikut merebahkan diri disamping Anna yang sudah bergumpal menjadi satu di dalam kain putih itu.
"Sayang, aku kangen sama kamu." tutur Jonatan dengan lembut.
Mendengar itu, dengan perlahan Anna keluar dari gumpalan dan menatap wajah Jonatan. Tapi seketika itu juga wajah Jonatan tiba-tiba terlihat panik.
"Na, kamu baik-baik aja kan!" Seru Jonatan dengan panik sembari meletakan tangan nya ke dahi Anna.
"Na baik kok m-mas, k-kenapa?" Tanya Anna.
"P-pipi kamu, pipi kamu kenapa merah? G-gimana Dede bayi... baik-baik aja kan?" Tanya Jonatan bertubi tubi, matanya kini melotot bahkan hampir keluar dari tempatnya, ia sudah memegang ponselnya bermaksud menghubungi dokter.
"Mass! na baik kok- Aauuu." Tiba tiba Anna meringis.
"Kenapa na? tuh kan kamu sakit," titah Jonatan panik sambil meniup ubun-ubun Anna. Entah apa yang ia lakukan.
"Na nggak papa mas. Mas nagapin niup kepala Anna?"
"Ya- ngapain kamu tadi kesakitan, gimana kalo Dede bayi kenapa-napa!"
Mass.... Santai, tadi Dede bayi nya nendang-nendang kayaknya dia juga kangen deh, coba mas Pengang." Ujar Anna sambil mengusap perutnya.
Mendengar itu seketika Jonatan menghembuskan napas yang semula ia tahan. Jonatan menatap tajam wajah Anna. Pengen digigit nih istri gue, pikir Jonatan kesal.
Tak mau berlarut dalam pikirannya Jonatan langsung meletakkan tangan nya keperut Anna sekaligus memastikan bahwa Dede bayinya aman di dalam sana.
"Yeee!! ini mah perut kamu yang keroncongan bukan Dede bayi yang nendang." ujar Jonatan kecewa.
"Hehehe nggak kok, tadi beberan loh, dia nendang-nendang. Tuhh tuh kerasa lagi coba mas denger."
Tanpa pikir panjang, dengan cepat Jonatan mendekatkan telinga nya keperut Anna, namun tak terdengar apa-apa.
"Mana nggak ada!"
"Coba ajak ngobrol mas, siapa tau Dede bayinya respon."
"Emang bisa gitu na?" Tanya Jonatan binggung, sekarang Jonatan yang terlihat sangat polos.
"Bisa... coba!" Seru Anna.
"Dede, ini ayah, dede nyaman nggak di dalam sana? Dede cepetan keluar ya disana pasti gelap kan?" Mendengar kata Jonatan membuat Anna terbahak.
"Tuhh kamu pasti bohong kan!" Titah Jonatan sambil menggaruk-garuk perut Anna.
"Nggak kok, Anna nggak bohong hahaaa, mas sih garuk-garuk perut Anna, kan geli!" Seru gadis itu sambil masih tertawa lucu.
Jonatan yang melihat Anna tertawa membuat hatinya dah Dig dug seer. bahagia banget liat istri kesayangan tertawa.
"De jawab ayah dong."
Kurukkkkkk...
Seketika Jonatan terkejut saat mendengar suara gemuruh di dalam perut Anna.
"Na, Dede bayi kena gempa na," titah Jonatan dengan panik sembari memegangi perut Anna dengan kuat. Lebih tepatnya memegangi pinggang Anna, karena perutnya masih kecil, orang belum 3 bulan.
"Hehehe... M-maaf- mas na laper kayaknya Dede bayi laper jadi dia nggak mau respon." ujar Anna sambil menutup malu wajahnya.
Duh anak ayah nggak sabar tumbuh gede ya." Jonatan mengelus gemas perut Anna.
"Yaudah kamu mau makan apa na."
Kayaknya Dede bayi mau bakso mas.
Dede bayi apa kamu nih yang mau bakso!" Seru Jonatan
"Masss..." Ujar Anna dengan raut wajah cemberut.
"Yaudah maaf, ngambekan amat sih istri aku yang manis ini!" Seru Jonatan sambil mencubit pipi kanan Anna. Setelah itu ia bergegas turun dari ranjang, mengambil kunci motor dan keluar kamar di ikuti Anna.
-
"Ingat ya mas bakso Ama kuah kuahnya," teriak Anna."Iya, aku beliin bakso Ama toko-tokonya sekalian." Balas Jonatan yang sudah di atas motor bersiap untuk berangkat.
Anna tersenyum lalu masuk kedalam rumah sesaat bayangan Jonatan menghilang dari penglihatanya.
Hahh... Gadis itu menghela napas, sambil meneliti rumah yang sudah seperti kapal pecah. gorden yang lepas, guci yang tidak pada tempatnya serta bantalan sofa yang berserakan dilantai. Saat mau membereskan tiba-tiba kaki Anna menginjak sebuah foto.
"Ini mas Jonatan waktu kecil... Hahahha, kok kayak gini, ucul banget!" Seru Anna dengan tawa terbahak-bahak.
"Tapi, kalo diliat-liat mas Jo waktu kecil imut juga, huhh kamu tumbuh dengan baik mas, bocah ucul ini tumbuh jadi laki-laki yang sangat tampan," tutur Anna lalu menyimpan foto itu kedalam saku bajunya.
Tak lama kemudian terdengar suara mesin motor dari luar rumah, sontak Anna pun bergegas mengeceknya.
"Mas Jo- MAS KENAPA?"
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Keep Eternal Love
RomanceTepat dihari ulang tahunya yang ke 17 tahun, Anna dihadapkan pada satu keadaan yang membuat hidupnya terjungkir balik. Statusnya yang semula seorang pelajar, berubah menjadi seorang istri kontrak tuan muda konglomerat keturunan keluarga Gebara. Bera...