"Lo kenapa nangis malam tadi?" tanyanya dengan menatap intens gadis di depannya.
Travina menggeleng, dan berjalan cepat melewati koridor kelas. Bahkan Gareth tidak bisa menggapai tangan gadis itu. Entah apa yang di dalam pikirannya, tapi Travina tidak sama sekali bercerita selain menangis dalam pelukannya malam tadi.
Hingga sampai ke kelas X IPS 1, semua orang beralih menatap Gareth yang mengejar Travina tanpa henti. Hingga memasuki ruangan, tapi di halangi oleh seorang laki-laki.
Gareth mengepal kuat, dia tidak terima jika ada yang menghalanginya. "Jangan maksa Vina! Gue gak suka," ketusnya menatap sinis wajah Gareth penuh dengan emosi.
Seketika mereka jadi pusat perhatian, terutama Travina menjadi topik utama di sekolahnya karena mengetahui jika Travina Adik dari Tito sih pembully sekolah.
"Jangan harap lo! Bisa ganggu Vina."
"Bukan urusan lo!" ujar Gareth menepis tangan lelaki itu, menggeser badannya. Menatap datar semua orang yang merasa Gareth tidak berhak di sana.
"Minggir!" kesalnya menatap sinis lelaki itu beralih melihat Travina yang masih diam.
Dia menghadang lagi tubuh Gareth biar tidak bersentuhan dengan Travina, sebenarnya gadis itu tidak masalah jika Gareth mengikutinya. Sedangkan, dia sudah berstatus pacaran dengan Gareth.
"Stop Zevi! Biarin aja Ello di sini. Jangan maksa dia keluar, lepasin dia," pintanya, Travina menghampiri lelaki itu dan menggandeng Gareth sampai ke tempat duduknya.
Mata Gareth menatap sinis dengan geram. "Jangan deketi cewek gue! Lo bukan lawan gue, hidup lo hanya butiran kerikil. Gue tau masa kelam lo!" ucapnya, Travina berusaha mengusap lengan Gareth biar tenang.
"Jangan gitu lagi ya, Baby Ello? Gue gak mau ada masalah di sekolah," ucapnya menatap manik mata lelaki jakung itu. Mengelus pipinya dengan amat lembut.
Dia menunduk terlihat mata indah yang membola di dalam pikirannya. "Gue gak mau, lo di ambil orang. Gak usah deketin orang kayak dia!" tunjuk Gareth melihat Zevi masih berdiri. Mengepalkan tangannya kuat, tidak peduli jika orang-orang beranggapan apa tentangnya.
Emosinya berubah meredam karena tingkah Travina yang lembut kepadanya.
"Mau peluk," manja Gareth. Dengan kekehan kecil terdengar dari mulut mungil gadis itu.
"Manja banget bayi gede. Bayi gede siapa ini?" sahut Travina mencubit pelan pipi Gareth dengan gemas.
"Bayinya lo. Tapi nanti jangan liatin cowok lain! Gue gak suka, lo punya gue," ujarnya cemberut memanyunkan bibirnya lucu.
Travina seketika terukir senyum melebar, dia tidak mengetahui jika Gareth bisa semanja ini. Dia tidak memedulikan orang lain liat, Gareth tetap melanjutkan aksinya membuat Travina benar-benar tidak bisa berkata-kata.
"Jangan lepas pelukannya, Ello gak suka."
Travina mengelus punggung lelaki itu dengan lembut. "Terus sukanya apa, hm?" tanyanya menunduk melirik Gareth memeluknya dengan erat.
"Sukanya Esta, terus suka semua tentang Esta," sahutnya dengan cengiran kecil.
"Kita baru kenal loh Baby Ello, manja banget bayi."
"Tapikan Ello nyamannya sama Esta, jadi Esta milik Ello," ungkapnya. Travina hanya tersenyum tidak bisa mengatakan apa-apa selain gemas.
Hingga bel berbunyi, bayi besar itu tidak mau lepas dari pelukan. Hingga akhirnya ada Guru masuk, Gareth tidak mau melepaskannya sama sekali.
"Selamat pagi anak-anak," ujar Ibu Felly-guru MTK. Gareth pura-pura tidak tau, jika belnya sudah berbunyi sekalipun.
BRAK
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Aku Dan Kamu
Teen FictionGareth Balfi Ellovejer adalah anak yang di bilang aneh, bahkan banyak yang membullynya. Saat pertemuannya dengan Travina tidak berjalan mulus. Tapi dengan pintarnya Gareth meluluhkan seorang gadis yang galak sepertinya. Travina menarik napasnya dal...