14|| Kangen Mami ||

25 7 0
                                    

BRUKKK

Sebuah sendal melayang ke udara mengenai seseorang laki-laki, dia meringis menahan sakit. Lelaki itu berhenti menoleh terlihat seorang gadis menghampiri langsung memukul dirinya.

"Aduh Kak Ipar! Aduh kok malah tabok gue pake sendal, udah Kak. Gue salah apa!" pekiknya menghindari pukulan maut Travina.

Gadis itu memang berbeda dari yang lain, bukannya cari perhatian dengan Adik Ipar. Makin hari, mereka saling gelut. Tidak salah kalo Travina memukuli Charlie, salah lelaki itu emang harus di lakukan. Dia terlalu sering membuat Travina kesal maupun muak.

Sekarang terima hukumannya! Travina mencibir dalam hati.

"Kakak Ipar gak boleh kayak gitu, galak banget sama Adiknya yang ganteng ini," bujuknya masih menatap lembut Travina yang sudah mengangkat sendal di tangannya untuk bersiap-siap memukulinya.

Sekarang mereka berdua di taman belakang, Gareth membiarkan Travina untuk menghukum Charlie yang jelas banyak salahnya.

Jadi Gareth mempersiapkan mentalnya untuk 3 hari kedepan membahas pernikahan dengan orang tuanya dan Abram. Setidaknya dia benar-benar bertanggung-jawab setelah itu terjadi.

Balik lagi di Travina, masih mengejar Charlie yang tidak henti untuk kabur. Travina tidak akan biarkan itu terjadi, hingga akhirnya Charlie terjatuh.

BRAKK

"Aduhh anjir," adunya memegang lutut yang sakit. Travina melihat itu menjewer telinganya kuat.

"Telinga gue nanti hilang Kak, lo giniin."

"Biarin aja, kalo bisa putus," ucap Travina menyeringai.

Seketika Charlie merinding saat mendengar ucapan Travina yang sangat mengerikan, tidak bisa Charlie kabur kalo sudah di jewer. Dengan cepat, Travina berdiri menarik Charlie masuk menemui Gareth.

Di tempat lain, Gareth tidak henti membalas semua perkataan Abram yang tidak masuk akal apalagi soal sekolahnya kalo dia adalah anak yang malas.

"Anak kamu ini sering bolos Aryan, saya sudah pernah bertanya dengan Guru," kilahnya memandangi wajah Gareth yang mengejek dirinya.

"Papa lebih percaya dia atau Gareth, hm?"

Aryan masih melihat perdebatan dua orang tersebut, hingga akhirnya memilih diam saja. Memang perdebatan ini membuat keduanya saling membela diri.

"Lanjutkan saja perdebatan kalian, saya tidak ikut campur," ujarnya masih melihat mata mereka saling beradu, tidak ada yang mau ngalah.

"Ya sudah, saya pergi saja. Silakan kalian berdebat lagi," pamitnya meninggalkan ruang tamu.

Gareth maupun Abram sama-sama berdiri dan berkacak pinggang seperti anak kecil, bukan? Momen tersebut di liat Travina, sifat keduanya hampir mirip membuat gadis itu tersenyum kecil.

"BABY ELLO, NIH CHARLIE NGESELIN," jeritnya membawa Charlie di hadapan keduanya.

Lelaki itu menoleh, dan masih berkacak pinggang. Abram pun sekilas beralih menatap kembali tubuh di depannya yang tidak mau mengalah dengannya.

"Cih, kalo bukan hal penting. Kamu tidak akan saya jadikan menantu," decaknya meludahi ke samping.

"Oh ya? Kamu seharusnya bersyukur ada menantu seperti saya yang tampan," ujarnya dengan pd tidak peduli tanggapan Travina kepadanya.

"Dih, Abang sok kegantengan banget lo," sahutnya masih meringis menahan sakit di telinga yang Sekarang merah.

"Gue emang ganteng, jadi wajar milih cewek yang cantik kayak Esta."

Cinta Aku Dan Kamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang