Pintu terbuka lebar, terlihat gadis itu terduduk tidak berdaya di lantai. Dia menangis sejadi-jadinya, apalagi dengan tingkah Papinya. Tidak ada yang mengerti maksudnya saat mengetahui jika seseorang mendekati gadis itu adalah musuh Papinya.
Tidak heran ini sudah sering terjadi kepada gadis itu, terlihat dari raut wajah Papinya sangat marah. Sekali-kali memukulnya dengan tangan, Abangnya tidak bisa menolong gadis itu. Karena memang salahnya, suara isak tangis memenuhi ruangan.
"Papi, Vi-Vina gak suka dia kok, kenapa Papi tega ngelakuin ini ke Vina!" teriaknya terisak, Tito sebagai Abangnya hanya diam tidak membantu gadis itu.
Di kediaman keluarga Abram Mathise adalah pemilik sekolah sekaligus mempunyai beberapa Kafe yang terkenal, pesaingnya adalah Aryan Domalin Papa dari Gareth. Jadi kemungkinan besar membuat Abram geram, kenapa Putri kecil Abram berpacaran dengan anak pesaingnya.
Abram tidak cuma sekali melakukan ini, bahkan berkali-kali kepada kedua anaknya. Tidak hanya Travina, tapi Tito sering mendapatkan pukulan atau membuat lelaki itu sering menahannya biar tidak keliatan lemah di mata orang-orang kecuali ke pacarnya.
Tito akui kasihan dengan Travina, tapi jika Tito menolongnya, dia akan mendapatkan pukulan. Kalo itu terjadi, kemungkinan besar, lebam akan bertambah di bagian tubuhnya.
Isak tangis itu makin terdengar lebih jelas di saat Abram mulai mengayunkan sebuah cambuk ke punggung Travina.
Tito menutup matanya, tidak bisa menahan suara Travina yang benar-benar menyakitkan.
CAKKKKK
"PAPIII, SA-SAKIT. VINA TAKUT," lirihnya menunduk tak tertahan. Merasakan badannya yang penuh dengan lebam di balik bajunya.
Sekali-kali menatap Abram yang masih emosi.
"Kamu kalo tidak mematuhi semua peraturan Papi, kamu tau akibatnya seperti sekarang," kata Abram dengan wajah begitu merah. Lalu, meninggalkan mereka berdua di ruangan tersebut.
Tatapan Travina beralih ke Tito yang masih bergeming, dia tau semua yang terjadi karena ulah lelaki itu.
"GUE BENCI SAMA LO BANG! ANDAI GAK LO ADUIN! GUE GAK AKAN KENA HUKUMAN! LO JAHAT!" teriaknya menahan dadanya yang perih, terasa teriris pisau tajam.
Lelaki itu tidak bisa berkata-kata, melainkan hanya menatap datar. Tidak ada yang bisa dia lakukan saat ini, Travina mencoba berdiri terbata-bata. Tubuhnya rasanya mati rasa dengan cambukan itu, apalagi tidak ada yang menolongnya.
Travina mencoba berjalan walaupun susah. Lalu, meninggalkan Tito yang masih diam, sungguh Travina sangat kecewa dengan Tito.
Perihal lelaki saja, dia bahkan kena amukan Abram. Andai dia tidak bersekolah di sana. Tidak akan terjadi seperti ini.
Travina menoleh melirik punggung Tito yang kokoh. "LO JAHAT!" ketusnya dengan nada tinggi, Travina tidak suka dengan ini semua. Di mana dia terlihat lemah di depan laki-laki.
Dengan langkah kakinya yang lemas, Travina berusaha menaiki tangga menuju kamarnya. Tidak ada yang membantunya sekalipun, tangisnya pecah dengan langkahnya ke kamar.
"ANJING! BANGSAT LO SEMUA! ARGHH, GUE MAU HIDUP TENANG!" teriak Travina prustasi, menarik rambutnya.
BRAKK
Suara pintu kamarnya, Travina menghempaskan tubuhnya di atas ranjang King Size. Dia memukul berkali-kali bantalnya, lalu menatap langit-langit kamarnya.
"HAHHAA, Papi gue bakal buat lo hancur. Walaupun gue anak lo, kehidupan yang gue jalani ini semua karena lo! Liat aja nanti, gue gak sebaik di kira orang-orang," ucapnya tersenyum miris mengusap pipinya yang basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Aku Dan Kamu
Teen FictionGareth Balfi Ellovejer adalah anak yang di bilang aneh, bahkan banyak yang membullynya. Saat pertemuannya dengan Travina tidak berjalan mulus. Tapi dengan pintarnya Gareth meluluhkan seorang gadis yang galak sepertinya. Travina menarik napasnya dal...