8|| Kakak Peri ||

29 11 0
                                    

Gareth Balfi Ellovejer [Jadi rencananya harus di selesaikan, tolong selidiki penyebab itu! Gue cuma butuh bukti!]

[Siap, saya akan melakukannya sebaik mungkin mendapatkan semua bukti tersebut. Hanya saya butuh waktu.]

Gareth Balfi Ellovejer [Oke, di tunggu itu semua.]

Tuttt

Panggilan terputus, Gareth menghela napasnya gusar. Melirik gadisnya tertidur pulas, dia menghampirinya duduk dipinggiran ranjang. Senyumnya mengembang, Gareth mengelus puncak kepalanya dengan lembut.

"Cepat bangun, gue kangen," bisiknya pelan di telinga gadis itu.

Lelaki itu berdiri membuka layar ponsel, saat ini senyumnya pun luntur. Tanpa sadar, dia memasukkan kembali ponselnya. Berlari ke pintu, entah pergi kemana.

Setelah 1 jam kemudian, gadis itu terbangun. Melihat sekitar tidak ada siapa-siapa.

Travina seketika bangun melihat-lihat, terutama foto gadis kecil di atas dinding. Dia memperhatikan dengan lekat, gadis kecil yang cantik walaupun giginya ompong.

Foto terakhir di liatnya, ada seorang anak laki-laki dan gadis kecil. Sangat lucu, Travina menyadari kalo itu Gareth.

"Siapa itu?! Mana deket banget lagi!"

"Kok gue cemburu ya? Dih, kan masih kecil juga," ucapnya kesal, melihat jijik.

Dia pun menghempaskan tubuhnya kembali, tidak ada yang menyenangkan sekarang! Mana Travina tidak membawa ponselnya. Memang itu harus dilakukan biar Abram tidak menemuinya sampai kapanpun.

Tapi tidak mungkin dia di sini terus. Apa Travina bakal bisa berlama-lama di rumah lelaki itu atau sebentar saja?

"Gue benci lo Bang! Udah buka kartu gue, lo aja pacaran. Tapi gak di marahin, pilih kasih banget."

PRAKK

PRAKK

"KAKAK PERI!" teriak seseorang di luar kamar, menggedor pintu Gareth dengan kuat.

Travina terkejut, membuka matanya lebar. Meneguk air ludahnya sendiri. Dia pun berdiri menghampiri pintu terus membukanya.

"Kakak kangen," ujar gadis kecil tersebut sambil cemberut.

Travina tersenyum, mencubit pelan pipinya lembut.

"Astaga Issyah, ada apa?" tanya Travina menyamakan dirinya dengan gadis kecil itu.

"Kakak ayok main, Issyah tadi ajak Abang Charlie dia milih pergi sama pacarnya," kesalnya merucutkan bibir sembari melipatkan kedua tangannya di dada.

Travina hanya mengangguk, Issyah dengan semangat menarik tangan Travina turun dari tangga. Hingga akhirnya, gadis kecil itu mengajaknya ke sebuah taman di belakang rumah.

Mereka duduk di bawa perumputan di penuhi mainan, maupun boneka. Travina terkekeh pelan, sungguh menyenangkan jika mengingat masa kecilnya seperti Issyah.

"Kakak harus jadi Peri yang udah nyelamatin semua orang," ucapnya dengan sungguh-sungguh, tersenyum amat manis.

Tawa Travina pecah, dia tidak pernah mengira akan di anggap Peri sekarang. Tapi ini hal yang unik baginya.

"Nanti Issyah bakal jatuhin Elsa ke kolam kecil itu, Kakak Peri harus selamatin Elsa."

Tatapannya masih memperhatikan penjelasan Issyah, dia pun mengangguk paham.

"Ayo kita menyelamatkan Elsa!"

Banyak boneka yang di kolam maupun sengaja di taruh di atas rumah-rumahan. Biar Travina akan menjadi penyelamat, sungguh imajinasi anak kecil tidak ada habisnya.

Cinta Aku Dan Kamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang