28|| Racun? ||

10 2 0
                                    

Matahari bersinar di pagi hari terdapat gadis cantik bersandung riang di lapangan sendiri. Sekarang gadis itu sedang senang karena bisa kabur dari lelaki menyebalkan itu semua mengikutinya di mana pun dan kapan pun. Tapi tidak di sangka lelaki itu juga hal terindah dia temui untuk sekarang.

Gadis itu berkeliling di lapangan padahal dia tidak di hukum sama sekali hanya sebagai ajang caper untuk sesaat. Dia tau tidak ada orang di sana karena dari jam 6 pagi dia sudah sampai tertawa kecil keliling koridor dengan jingkrak-jingkrak tidak ada malu gadis satu ini.

Dia pun dengan sengaja berbaring di tengah lapangan basket itu. Menatap langit-langit pagi yang sangat cerah, segar sekali suasananya.

"Enak juga ya apalagi sendiri gini. Kok gue ngantuk banget ya?" gumamnya menutup matanya perlahan.

Bersedekap di dadanya, gaya cool Abang-Abang tengah tidur. Tidak lama suara hembusan napasnya mulai tenang terlihat kalo gadis itu benar-benar tidur di sana. Apa yang akan terjadi nanti.

Beda dengan Gareth masih dengan wajah datarnya saat di tinggal pergi dengan Travina, dasar gadis nakal. Pasti masih ngambek soal perihal malam kemarin, Gareth memang mencium gadisnya hingga bibirnya bengkak.

Gareth berdecak kesal.

"Awas aja, gak bakal gue lepasin. Dasar bandel," kesalnya menahan amarah di dalam hatinya.

Saat di koridor banyak memperhatikannya. Bahkan sekali-kali menunduk takut padahal Gareth tidak melakukan apa-apa. Tapi bodo amat bukan urusannya, kini yang terpenting adalah Travina!

Hingga membuatnya terkejut, kenapa semua orang berkumpul di lapangan mengelilingi satu tempat itu. Awalnya Gareth tidak peduli hingga rasa keponya menjalar dari hatinya paling dalam.

Gareth pun dengan terpaksa melangkah pelan saat sudah di hadapan orang-orang. Gareth menggeser yang menghadangnya. Cih, dia tidak peduli soal orang itu marah kepadanya.

Tanpa sadar senyum kecil terukir di bibirnya. "Jangan jadi pengemis sayang." Gareth jongkok mengelus pipinya dengan lembut. "Hei, bangun sayang sudah siang," ucapnya dengan lembut.

Tapi bukannya bangun, gadis itu melenguh kecil. Tidak terima kalo dirinya di ganggu.

"Ngantuk Ello," lirihnya menepis tangan kekar Gareth si empu terkekeh.

"Kamu gak malu emang?"

"Stttt, udah sih jangan ganggu aku."

Travina masih terpejam dan enggan untuk bangun, dirinya ini kebo sekali. Masih begitu nyaman tidur padahal orang-orang di sana sudah terkekeh geli melihat tingkah gadis itu.

"Vina bangun, udah siang nih." Gadis cantik dengan rambut terikat satu menggunjang pelan tubuh sahabatnya.

Dyas meringis menahan malu. "Lo gak ada niatan bangun? Anak sekolah kita liatin lo."

Gadis itu mendengus pelan tapi terasa aneh. Kenapa ada suara yang dia kenal? Eh, itu Dyas bukan sih? Kenapa bisa di sini? Travina menelan saliva mencoba menahan dirinya untuk tidak terburu-buru.

Terdengar suara siulan, Travina mengintip terpampang banyak orang melihatnya bahkan mengelilinginya.

"Anjir, sial! Kenapa malah banyak orang liat, eh ada yang rekam," ucapnya dalam hati dongkol.

Wajah Travina berubah merah karena malu dengan cepat membuka matanya langsung bangkit memeluk erat tubuh Gareth di sampingnya, semua orang melongo tidak percaya.

"ANJIR, bangun-bangun malah pelukan."

"Gue kapan woyy, gila."

"Vin, sakit hati Dek. Kenapa lo selingkuh gini."

Cinta Aku Dan Kamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang