"Gareth keluar ada orang yang mau ketemu kamu," teriak Kaifa dari luar pintu.
Mereka berdua yang sedang bermesraan berhenti, mendengarkan suara Kaifa di luar sana. Gareth dengan perlahan melepaskan pelukan itu walaupun tidak rela.
"Iya Ma," balasnya mendekati pintu, terlihat Kaifa tersenyum manis. Travina di belakang lelaki itu hanya mengintip.
"Sekalian ajak Esta keluar, ada yang mau ketemu kalian berdua," ujarnya sembari pergi dari depan kamar Gareth.
Lelaki itu mengenggam tangan gadisnya dengan erat, seperti tidak rela ada yang mau mengambil punyanya. Travina bisa merasakan wajah ketakutan saat dia sedang pergi mandi.
Tapi dia tidak menyangka, lelaki di depannya benar-benar menginginkan dirinya. Travina tidak pernah di perlakukan seperti ini sebelumnya.
Setelah mereka sampai di lantai bawah, terlihat orang yang sangat di kenal Travina. Gareth mengetahuinya tidak akan membiarkan apapun terjadi terhadap gadisnya.
"Vina, anak Papi. Kamu selama ini di sini?" ucap Abram basa-basi.
"Cih, pencitraan," sindirnya sembari berdecak kesal. Gareth sangat mengetahui lelaki itu.
Abram yang mendengar perkataan Gareth hanya tersenyum sinis, tapi tidak menghiraukan ucapan lelaki itu.
"Ada perlu apa?" Gareth bertanya dengan wajah datar, dia tidak mau kalo gadisnya akan terjadi apa-apa.
Lelaki paruh baya itu melirik, tatapan Gareth begitu sinis bisa membuat Abram beberapa saat terdiam.
"Panggilkan kedua orangtuamu," perintahnya kepada Gareth. Tapi Gareth tetap diam, menghiraukan ucapan Abram menyuruhnya.
"Panggil saja sendiri."
Lelaki paruh baya itu geram, mencoba menahan emosinya saat melihat perilaku Gareth kepadanya.
Travina hanya terkekeh mendengar perkataan Gareth, jelas hanya dia yang membuat Abram tidak berkutik. Terlihat dari wajahnya yang memerah, di tambah tingkah Gareth kurang sopan. Tapi Abram menahan emosinya saja, tidak mau memarahi Gareth.
Seketika, Gareth menarik tangan Travina untuk mengikutinya ke kursi di dekat Abram. Dia bahkan lebih memilih melihat wajah Travina yang sangat cantik di matanya.
"Lo selalu cantik." Gareth membisikkan pujian membuat pipi Travina memerah. Memang gombalan Gareth yang biasa tapi sangat berdampak pada dirinya.
Tanpa di panggil, kedua orang tuanya begitu saja menghampiri mereka. Gareth berdecak pelan, dia bahkan tidak menyukai Abram.
Abram terpaksa tersenyum, dia harus sopan biar pelaksanaan ini cepat selesai. "Saya ada maksud ke sini untuk memberitahukan sesuatu," ucapnya to the poin melirik kedua anak muda itu yang asik berduaan.
Jika bisa pergi dari rumah ini, mungkin hal pertama Abram lakukan memusnahkan Gareth. Anak yang kurang ajar kepadanya.
"Saya akan mengajukan lamaran pernikahan untuk anak saya Travina," lanjut Abram masih menatap kedua orang tuanya Gareth.
Beda dengan Travina langsung mangap, dia tidak mungkin menikah dengan lelaki itu? Pasal, sebelumnya Gareth pernah meminta pernikahan. Sekarang itu terjadi?
"APAAN SIH PAPI! TRAVINA MASIH SEKOLAH," tolak Travina berdiri tanpa persetujuan Gareth, gadisnya bahkan menatap tajam dirinya.
"Papi kenapa ngelakuin ini sih? Salah Travina apa, sampai mau nikahin secepat ini coba?!" cerca Travina tak terima, beda halnya dengan Abram begitu santai.
Baik Aryan maupun Kaifa saling bertatapan, apakah benar? Musuhnya ingin menjadikan anaknya menantu mereka? Waw, luar biasa tidak pernah dia bayangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Aku Dan Kamu
Roman pour AdolescentsGareth Balfi Ellovejer adalah anak yang di bilang aneh, bahkan banyak yang membullynya. Saat pertemuannya dengan Travina tidak berjalan mulus. Tapi dengan pintarnya Gareth meluluhkan seorang gadis yang galak sepertinya. Travina menarik napasnya dal...