20 || Penculikan ||

12 6 0
                                    

Hari mulai siang di mana mereka harus pulang sekolah. Beda halnya kelima lelaki itu, mengajak gadis-gadis bermain. Entah kemana yang jelas hari ini harus menghabiskan waktu bersama.

"Mau kemana sih sebenarnya?"

"Gue juga gak tau Zet, rumah hantu aja gimana?" usul Dyas sembari menggandeng sang pacar.

Sekarang mereka di parkiran untuk membahas mengenai jalan-jalan mereka hari ini. Di liat-liat dari semua orang yang paling heboh jelas Jajak. Lelaki itu bahkan senyum-senyum sendiri seperti orang gila. Kayak ada sesuatu di sembunyikan.

"Lo kemana anjir, senyum-senyum sendiri. Gila lo ya?" Dengan wajah jijik, mendorong bahu Jajak biar sadar.

"Tolol lo, jangan dorong gue, najis."

"Gini aja deh, kita ke karaoke gimana?"

Travina mengangguk cepat di ikuti yang lainnya, dari pada bosan di rumah jadi mereka membuat acara untuk waktu senggang.

"Tapi harus nyanyi semua ya, gue sih bakal nyanyi," ujar Jajak dengan semangat, loncat-loncat seperti anak kecil.

"Njir kek monyet," ledek Zetra sembari memukul pantat Jajak dengan kencang.

"ANJIR, SAKIT GOBLOK!"

Jajak mengumpat, rasanya ia ingin membunuh Zetra yang tidak ada akal.

"Kenapa berantem sih?"

"Orang gila, jadi jangan ikutan mereka," balas Arbian ketus.

"Dah, gak usah urusin mereka. Naik yuk, gue gak sabar ke sana," lerainya menggandeng Gareth yang hanya diam tidak peduli kerusuhan.

Arbian mengikuti langkah pacarnya, terlihat begitu semangat. Arbian tersenyum kecil, sungguh menggemaskan sekali!

Beda dengan Gareth menarik tangan Travina untuk menaiki mobilnya, dia tidak akan biarkan siapapun menyentuh punyanya. Belum lagi dia mendengar jika mantan pacar Travina satu sekolah dengan mereka.

"Jangan dekat sama mantan kamu, aku gak suka," ucapnya menatap tajam wajah kekasihnya.

Travina menoleh mengulum senyum. "Gak kok, tapi bolehlah kalo di ajak jalan-jalan," balasnya masih menahan senyuman yang terukir di bibir.

Gareth sangat posesif jika berhubungan dengannya!

"Kamu bilang apa?"

"Iya ajak jalan-jalan loh kan aku gabut di rumah terus." Travina menahan tawanya yang hampir pecah apalagi wajah Gareth yang merah.

"Gak boleh, aku bilang gak! Ya, gak! Kamu harus nurut sama aku," kekeuh Gareth mendengus pelan. "Kamu lakuin itu, aku buat sungai di dalam perut kamu," serunya kesal.

Travina mendelik tajam, "HEH! GUE GAK MAU!" pekiknya mencuatkan bibirnya, menggerutu kesalahannya.

"Makanya nurut, kamu milik aku. Gak ada yang bisa rebut kamu dari aku," kata Gareth memeluk gadisnya dari samping.

Dia mengalihkan pandangannya dari Travina, masih merasa kesal. Gadis itu seolah tidak merasakan bersalah atas apa dia lakukan, padahal Gareth mengetahuinya kalo dia pernah bertemu dengan mantannya. Travina menyadari kalo lelaki di sampingnya ngambek hanya terkekeh pelan.

"Ngambek kamu ya?"

"Gak kok," ucapnya acuh, tapi masih melirik-lirik gadisnya.

"Beneran gak ngambek?"

Gareth mengangguk pelan, tapi masih betah dengan posisinya. Travina memegang dagu Gareth, dan ke arah dirinya. Senyum manis terlukis di pipinya, Gareth menatap teduh pupil mata membesar, sangat indah.

Cinta Aku Dan Kamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang