29|| Racun 2 ||

7 2 0
                                    

Sudah 2 jam lebih menunggu tapi belum ada yang keluar dari ruangan sekarang juga ada 5 sahabatnya, dan dua sahabat Travina mereka semua menunggu di depan ruangan Gareth yang sedari hanya melamun melihat pintu ruangan.

Dyas dan Naghira menangis pelan, mereka juga takut terjadi apa-apa dengan Travina.

"Gimana kalo Travina meninggal? Gue gak mau."

Gareth menatap sinis ke Dyas berbicara tidak-tidak soal Travina.

"Jaga mulut lo anjing," umpatnya kepada Dyas yang tersentak sembari menunduk takut apa di kata Gareth.

"Gak usah bilang kematian dia masih hidup. Esta gue kuat, gue gak butuh kata-kata lo pada kalo ngomong dia akan meninggal," ucapnya pelan geram dengan tingkah mereka.

"Gue bilang ke kalian, gue tau kalo kalian tuh semua sahabat pacar gue," lanjutnya menatap satu-persatu yang ada di sana.

Zetra membalas tatapan tajam Gareth. " Sabar, gue tau lo khawatir sama dia tapi bisa gak usah kasar sama cewek?"

Bukannya merasa bersalah Gareth tertawa sarkas. "Dia mulai duluan," cibirnya tidak terima.

Gareth berdiri menghampiri Zetra yang duduk, baik Arbian, Zevra dan Jajak bergeming. Mereka memang tau kondisi untuk bercanda dan harus diam saja.

Lelaki itu mengetatkan rahangnya. "Gak usah sok tau, kalo lo bela nih cewek," tunjuknya ke arah Dyas yang barusan berkata tidak enak di dengar.

Jujur kalo bukan wanita Gareth akan pukul wanita itu, Zetra ikut berdiri dengan wajah menantang. "DIA CEWEK, GAK USAH TOLOL GINI!" bentaknya dia emang paling tidak terima kalo ada orang merendahkan wanita.

"Terus kenapa? Gue gak bisa marahi dia gitu? Lo pikir anjing, dia bilang kalo Esta gue gak selamat!"

Zetra tersenyum miring.

"Emang gak ada kemungkinan selamatkan? Gak liat tuh dia sampe segitunya, lo kalo gak bisa jagain dia bilang bangsat gue bisa jagain dia," ucapnya memegang kerah baju Gareth dengan erat.

"Lo suka sama dia?" tuduhnya. "SUKA SAMA CEWEK GUE!"

Dia pun ikut memegang kerah Zetra, bahkan saling bertatapan tajam.

"Kalo iya, kenapa?"

Semua orang di sana terdiam termasuk Naghira makin menangis histeris. Dia tidak menyangka orang yang dia suka ternyata menyukai gadis lain bukan dirinya.

Arbian maju memisahkan keduanya. "Gak usah kayak anak kecil di Rumah Sakit berantem sana di ring tinju."

Keduanya bahkan membuang pandang satu sama lain, tidak mau berlanjut Zevra menarik saudaranya menjauh dari ruang tunggu. Arbian mendekati Gareth untuk duduk kembali.

"Gak usah gegabah dia gak bakal kenapa-napa," ujar Arbian menepuk pundak Gareth. "Lo harus berdoa untuk keselamatan Vina."

Gareth hanya mengangguk tidak minat membalas. Hingga akhirnya pintu terbuka menampilkan sebuah Dokter keluar dari ruangan.

Dengan cepat Gareth menghampiri Dokter yang bernama Arya itu.

"Dok, gimana kondisi pacar saya?" tanyanya dengan wajah khawatir.

Dokter Arya menatap beberapa orang mendekatinya. "Kondisi pasien sudah normal dia tadi mengalami keracunan makanan pasti ada yang memasukkan racun dalam makanan tersebut. Lain kali berhati-hati, teman kalian sudah di tangani untuk sekarang biarkan dia istirahat, cukup satu orang kalo mau menemuinya," jelas Dokter Arya. "Dan jangan berisik, ya sudah saya permisi dulu," pamitnya meninggalkan mereka semua.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Aku Dan Kamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang