9|| Merah Merona ||

27 10 0
                                    

Di ruang makan, terlihat beberapa orang termasuk sahabat Gareth. Dia seharusnya ingin pulang tapi di cegah oleh Kaifa, mereka sudah mengenal lelaki itu sejak lama. Jadi mereka menganggap Arbian adalah keluarga mereka.

"Gimana kabarnya? Baru sekarang nih kerumah Mama," tanya Kaifa tersenyum manis, membelai lembut rambut Arbian seperti anak sendiri.

"Ada urusan Ma, jadi jarang nemuin kalian."

"Satu sekolahkan sama Gareth?" Pertanyaan itu spontan melirik ke anaknya yang asik bermanja ria dengan sang kekasih.

"Udah pacaran malah gini," sindirnya masih menatap anaknya.

Gareth yang sedari di sindir bodo amat, sekarang dia harus bersenang-senang sekarang. Tidak lama lagi, dunia bakal berpihak dengannya.

Tapi setelah itu, Gareth tersenyum melepaskan pelukannya. Menghampiri Kaifa, lalu tiba-tiba memeluknya erat di saat Kaifa sedang duduk.

Lalu berbisik, "Iri bilang Bos." Gareth langsung kabur mendekati kekasihnya bersembunyi dari amukan Kaifa.

"Gareth! Kamu ini ya, mentang-mentang ada pacarnya," kesalnya mendengus kasar sembari berkacak pinggang.

"Gak ada Papakan gak bisa romantis kayak kita," jawabnya dengan nada mengejek, semua orang tertawa terutama Charlie.

"Haha, kasihan Mama sendiri kayak Janda." Charlie pun berkata tanpa filter langsung di lirik sinis Kaifa.

"Kamu ini ya, kalo ngomong yang bener. Janda janda, Mama ini masih punya Papa kalian."

"Tapi Ma, Papa pernah bilang gini nanti kalo Mama udah gak ada. Papa cari janda lagi buat kalian," sahut Issyah pernah mendengar perkataan Aryan.

Seluruh orang tidak berani menatap Kaifa, kecuali Issyah yang masih bingung apa yang terjadi sekarang. Suasana yang barusan heboh seketika hening saat perkataan Issyah terlihat menyeramkan.

"Oh, ya? Terus Papa bilang apalagi sayang?" tanya Kaifa tersenyum, walaupun hatinya pengen mencekik Suaminya sendiri.

"Terus ya! Nanti mau cari janda yang cantik terus bohay gitu," jelas Issyah mengangguk.

Charlie meneguk salivanya, apalagi Travina yang baru tau tentang keluarga Gareth. Gadis itu sungguh merasa hawa berubah berbeda.

Travina membisik ke telinga Gareth, "Kok dingin ya Ello?" Ia meneguk salivanya susah payah.

"Karena Mama lagi marah kayak singa," celetuk Gareth yang masih bersembunyi di balik tubuh Travina.

Tapi terdengar jelas oleh Kaifa.

"Apa kamu bilang Gareth?"

"Mama cantik kok," sahut Arbian, senyuman kecil muncul di bibir lelaki manis itu.

Kaifa mengelus puncak kepalanya, dia tidak pernah menganggap Arbian orang lain. Sungguh lelaki itu butuh seseorang keluarga seperti mereka.

"Benar kata Arbian?"

Gareth mengintip dan mengangguk, dia pun duduk di kursinya semula. Beralih menatap sang kekasih, mencubit pelan pipinya biar tidak terlalu canggung.

"Nanti Gareth harus nikah sama Esta," ucapnya lantang. Arbian hanya meringis, lelaki itu terlalu tergesa-gesa sekali bukan?

"Gak mikir lo? Masih sekolah," celetuknya masih melihat mereka berdua begitu lengket.

"Lupa kalo Vina lagi di cari pihak sekolah?"

Terlihat wajah datar Arbian sangat tenang tidak terlalu terburu-buru berbeda dengan Gareth.

"Papi?" Satu kata itu muncul dari mulut Travina yang sedari itu mendengar siapa melakukannya.

Cinta Aku Dan Kamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang