22|| Mengetahui Sesuatu ||

11 5 0
                                    

Masih di rumah sakit tapi suasana mulai sepi. Arbian duduk sendiri di ruang tunggu dia tau semua yang terjadi itu terlalu tiba-tiba. Ini sudah malam, tertinggal sendiri di sana hanya menemani Gareth di dalam bersama Travina.

Dyas maupun Naghira sudah pulang bersama dengan ketiga lelaki playboy, walaupun Zetra tidak keliatan playboy. Tapi aslinya bisa di ubah karena masuk dalam geng playboy ini. Hal konyol yang pernah Arbian lakukan mengapa menerima masuk geng itu.

"Bosen gue," ujarnya lalu mengintip di dalam. Terlihat Gareth tersenyum kecil mendengar ocehan Travina.

Terasa jomblo dia pun pergi keliling rumah sakit untuk menghilangkan rasa bosannya. Dari tadi Arbian merasakan sesuatu mengikutinya setelah pergi tempat tunggunya.

Tapi Arbian diam saja membiarkan orang itu memotretnya, mungkin Bosnya?

"Bosan hidup ya?" teriaknya sedikit kencang.

Arbian tersenyum. "Berani di belakang? Gak mau keluar dari tempat sembunyian?" ujarnya masih betah berdiam diri di lorong rumah sakit.

Orang itu dengan pelan kabur, Arbian tidak mengikutinya. Jelas Arbian tidak akan mengikuti langkah orang itu, hanya nambah beban saja. Dia pun melanjutkan perjalannya melihat-lihat tempat rumah sakit. Sekali-kali menepis pikiran kotornya untuk melakukan hal buruk.

Rasanya berat Arbian jalani saat ini, dia pun menatap ponselnya. Dyas selalu spam chat bahkan terlihat gadis itu mengirimkan sebuah foto selfi.

Menggemaskan sekali!

Setelah itu dia pergi dari sana, memasukkan kembali ponselnya. Mencari angin malam di taman yang sepi.

Beda hal dengan Gareth, menaiki brankar gadisnya. Jelas tidak ada malu, untung saja brankar-nya ukuran besar bukan kecil. Bahkan, Gareth memeluk Travina dengan erat saat gadis itu tertidur pulas.

Gareth dengan jahil, mencubit pelan pipinya hingga si empu terasa terusik tapi tidak membuatnya terbangun.

Kekehan kecil terdengar pelan.

"Kamu kalo tidur makin cantik ya, apalagi wajah polos kamu menggemaskan. Kalo aku khilaf gimana?" gumam Gareth pelan, masih betah menatap Travina lekat.

"Aku pengen punya anak 10, atau 22 aja deh. Biar kita bisa buat lapangan bola kaki, seru pasti," tuturnya terkekeh pelan. Jelas halunya ini pasti membuat semua orang ingin menampolnya.

Di kira hamil itu mudah?!

Cup

Cup

Cup

Gareth mengecup kening, bibir, maupun pipi gadisnya. Tapi Travina tidak terusik membuat Gareth makin gemas. Dia mengeratkan pelukannya yang terpenting adalah infusnya tidak kenapa-kenapa.

Takut Gareth ceroboh karena terlalu ngelon dengan sang gadisnya.

"Aku gak biarin kamu sendiri lagi, tapi kalo emang ada urusan penting. Aku akan mencoba mengerti, kamu hanya milikku sayang." Hingga Gareth mengoceh tentang apapun yang dia keluhkan, bahkan sebahagia apa bertemu dengan Travina.

Gareth tersenyum menutup matanya perlahan, berharap mimpi bertemu dengan gadisnya lagi.

Bucin parah!

°Baby Ello°

Pagi yang indah terlihat sepasang anak manusia saling berpelukan menyalurkan hangat yang tidak bisa mereka lewatkan. Gadis itu menduselkan kepalanya, mencari kenyamanan di dada lelaki itu.

Tidak ada yang mengusik mereka dari tidur hingga pintu terbuka menampilkan beberapa orang di sana dengan mata melotot sempurna di tambah wajah menganga lebar. Jelas ini hal memalukan bagi Travina nantinya kalo sudah bangun dari tidur mereka.

Cinta Aku Dan Kamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang