7|| Salting? ||

29 11 1
                                    

"Kalian gak sekolah?" Pertanyaan yang tidak penting bagi Gareth. Bahkan dia menggeleng pelan tanpa menoleh.

Tapi gadis itu hanya tersenyum kaku, Gareth menarik tangan gadisnya pergi dari sana.

"Dasar anak zaman sekarang! Untung anak sendiri," gumamnya pelan. Kaifa melirik kepergian anak sulungnya yang mulai pergi menghilang dari matanya.

Entah kemana dirinya di bawa, Travina hanya mengikuti dari belakang seperti ada ruangan tersembunyi di kamar lelaki itu. Sebuah gambar penuh dengan gambar anak kecil. Tapi yang membuatnya heran itu siapa? Hingga akhirnya membuka pintu lain, Gareth duduk di kursi kayu tepat dalam kamarnya tapi tempat tersebut tersembunyi, banyak buku-buku berbagai jenis.

Gadisnya berkeliling melihat berbagai buku menghiasi ruangan, Travina takjub tapi perlahan dia memutar matanya ke arah Gareth tersenyum lebar.

"Orgil ya lo! Senyum-senyum sendiri, idih," ejek Travina menatap aneh.

Gareth memeluk gadisnya dari depan. "Jangan bengong gitu, tambah cantik," titahnya tersenyum lembut. Travina melotot sempurna, dengan sengaja dia memukul lengan panjang lelaki itu.

Kekehan kecil terdengar jelas, tapi Travina ikut membalas pelukan itu. Gareth diam-diam menceritakan apa yang terjadi selama ini, kenapa banyak orang tidak menyukainya sembari mengelus punggung Travina.

"Lo pasti tau banyak gak suka gue," ucapnya. Travina mengangguk memberi respon seadanya.

"Jangan tinggalin gue. Gue sayang sama lo," lirihnya pelan, gadis itu tersenyum kecil. Dia tidak tau harus berkata apa.

Hingga akhirnya Gareth menceritakan panjang lebar membuat Travina kantuk berat, pelukan yang tadinya erat. Sekarang mulai mengendur, kekehan kecil muncul. Menyadari kalo gadisnya tertidur.

"Lo cantik kalo diem gini, apalagi lo kesel. Gue makin tergila-gila sama lo," bisiknya pelan, mengangkat tubuh Travina keluar dari tempat tersebut.

Gareth menatap ranjang King Size itu lalu menurunkan tubuh Travina dengan perlahan, dia membuka sepatu yang tertempel di kaki gadisnya. Dia pun menarik selimut seatas dada.

Gareth dengan cepat ikut rebahan, memang dirinya ada niatan untuk berduaan seharian seperti ini. Apalagi sekarang kesempatan yang tidak boleh di sia-siakan.

"Lo tidur aja cantik, apalagi lo udah gue bawa ke beberapa ronde. Pasti wajah lo makin cantik," titahnya ambigu. Tapi Gareth terkekeh dengan pikiran mesumnya.

"Otak jangan aneh-aneh! Aduh burung gue berdiri lagi." Gareth spontan memegang sesuatu yang sensitif. Tapi dia mencoba menutup matanya, tidak boleh melewati batas!

"Kuatkanlah hamba Ya Allah," ucapnya dengan lirihan sendu.

°Baby Ello°

Di tempat lain, sekolah ramai penuh dengan gosip tentang Travina yang hilang. Karena sudah di umumkan dari pihak keluarga Abram Mathise, jujur membuat semuanya kaget terutama dua sahabatnya yang tengah gelisah di kantin.

"Ah, Vina kemana sih ya? Gue heran bisa kabur kayak gitu, atau di pukul Om Abram lagi?" usap wajahnya kasar, melirik Naghira makan nasgornya.

Naghira ikut melirik. Lalu berkata, "Udah makan dulu, entar jam bel masuk. Vina bakal baik-baik aja, lo percaya deh," balasnya dengan senyum lembut.

Dyas kadang bingung sama Naghira, sering sekali lemot. Tapi dia sekali-kali mengerjapkan mata, sahabatnya satu ini sedang menenangkannya.

"Tumben gak lemot." Dyas memeriksa keningnya, tapi Naghira menghempaskan tangan itu.

Cinta Aku Dan Kamu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang