29

2.3K 119 0
                                        

"Baiklah, a-aku akan mencobanya..."

Yeonjun tentu saja senang mendengar jawaban dari Wooyoung, ia berniat untuk membuat Wooyoung mabuk dan tentu saja ia akan melakukan sesuatu padanya nanti. Karena sejujurnya ia masih sangat mencintai Wooyoung, meksipun tetap ada sedikit rasa kesal dihatinya.

Yeonjun menggandeng tangan Wooyoung untuk pergi ke meja bar disana, ia sedikit melirik kearah Wooyoung yang sedari tadi terus menundukkan kepalanya itu. Ia yakin jika Wooyoung tak terbiasa dengan suasana disini.

Wooyoung mulai duduk dikursi saat Yeonjun menyuruhnya untuk duduk. Ia sedikit melirik pada seorang bartender disana, wajahnya benar-benar menakutkan membuat Wooyoung merasa tak nyaman. Ia ingin pulang saja sekarang.

"Tolong dua whisky."

Yeonjun mulai menatap kearah Wooyoung yang sedang meremas celananya disana. Ia sedikit tersenyum tipis, Yeonjun mencoba untuk menggenggam tangan Wooyoung dan tak ada penolakan darinya.

"Kamu baik-baik saja?"

"Tidak, aku sedikit takut."

"Tenanglah, kamu akan merasa baikan saat mencoba minumannya nanti."

"Umm."

"Silahkan Whisky nya."

"Terimakasih. Cobalah Woo."

Wooyoung sedikit ragu untuk mengambil whisky yang disodorkan oleh Yeonjun padanya. Tapi tak lama ia mengambilnya juga dan mulai sedikit meminumnya, rasanya benar-benar aneh, bahkan ia baru meminumnya sedikit tapi tenggorokannya sudah terasa tak nyaman.

Wooyoung mencoba mengabaikan rasa tak nyaman di tenggorokannya itu dan langsung meminum whisky nya dengan sekali tegukan. Wooyoung mulai merasa pusing dan pandangannya sedikit buram sekarang.

Yeonjun yang melihat itu sedikit terkejut karena Wooyoung tiba-tiba meminumnya dengan sekali tegukan padahal whisky mengandung kadar alkohol yang cukup tinggi dan dapat membuat seseorang mabuk.

Benar saja dugaannya, Wooyoung sekarang sudah mabuk hanya dengan 1 gelas whisky saja. Itu membuat Yeonjun mulai menyeringai, bahkan Wooyoung sudah melantur sejak tadi. Sangat menggemaskan menurutnya.

"Hik aku.. aku mau lagi hik-"

Wooyoung sudah hilang kesadarannya sepenuhnya, ia bahkan tak berhenti cegukan sedari tadi. Wooyoung mulai merebut gelas whisky milik Yeonjun dan meminumnya perlahan, sekarang pikirannya benar-benar kosong.

Wooyoung merasa matanya sangat berat, terlebih ia memang sudah kelelahan karena menangis ditambah efek alkohol yang sekarang membuatnya mengantuk. Wooyoung menidurkan kepalanya diatas meja bar dan mulai menutup matanya.

Yeonjun sedikit tersenyum tipis melihat Wooyoung yang sudah memejamkan matanya disana. Ia beranjak dari duduknya, dan mulai menggendong Wooyoung untuk pergi ke salah satu kamar disana.

Wooyoung memeluk erat lehernya, dan melingkarkan kaki dipinggangnya. Ia sedikit membuka matanya untuk melihat siapa yang menggendong dirinya sekarang, Wooyoung mengerutkan dahinya karena ia melihat San disana.

"Sanie..."

Yeonjun mulai merasa sedikit kesal karena Wooyoung mengira dirinya sebagai San, meksipun ia tau jika Wooyoung sedang mengigau karena efek alkohol sekarang, tapi ia benar-benar tak ingin mendengar nama itu disebut oleh Wooyoung.

"Aku bukan San."

"Hik Saniee... aku hik merindukanmu Sanie."

Yeonjun mencoba untuk mengabaikan ucapan Wooyoung yang terus memanggil San itu, ia mulai masuk ke salah satu kamar disana serta menguncinya. Yeonjun berjalan kearah ranjang dan menidurkan Wooyoung disana.

Wooyoung terus memeluk erat leher Yeonjun, ia memaksakan diri untuk membuka matanya yang sudah sangat mengantuk itu. Ia melihat San dihadapannya sekarang, dia tersenyum manis padanya.

"Sanie jangan pergi..."






-






San menghela nafasnya kasar, ia sudah mencari Wooyoung kemanapun tapi tak juga menemukannya, bahkan ia sudah mendatangi beberapa tempat yang biasanya Wooyoung kunjungi tapi dia tak ada disana. San sedikit memijat pelipisnya.

"Kamu sebenarnya ada dimana Woo."

San terus memandangi kendaraan yang berlalu-lalang dihadapannya, ia juga tak bisa pulang jika belum menemukan Wooyoung. Seharusnya ia tak melepas pandangannya dari Wooyoung saat sepulang sekolah tadi.

Ayahnya memang meminta dirinya untuk pulang bersama Wooyoung, tapi ia tak menyangka jika Wooyoung sudah tak ada disekolah, ia sampai berpikir jika Wooyoung pulang bersama yang lain. Ia juga sudah mencoba menghubungi Wooyoung tapi nomornya tidak aktif.

San sudah sangat kebingungan harus mencari Wooyoung kemana lagi. San turun dari motornya dan berjalan menuju halte, ia mulai mendudukan dirinya disana. Pikirannya benar-benar kacau karena tak bisa menemukan Wooyoung dimana pun.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang?"






-






Wooyoung terbangun dari tidurnya dan langsung merasakan sakit kepala serta pandangannya yang masih terlihat buram. Ia bahkan merasa mual sekarang, Wooyoung tak bisa mengingat dengan jelas apa yang terjadi semalam padanya.

"Ughh kepalaku benar-benar sakit sekali."

Wooyoung mencoba untuk mengingat apa yang terjadi semalam, tapi yang ia ingat terakhir kali hanya saat ia tak sengaja menabrak Yeonjun saja. Wooyoung sedikit membulatkan matanya dan mulai melihat kesamping.

Wooyoung terkejut saat melihat Yeonjun sedang tertidur disampingnya, Wooyoung sedikit mengintip kedalam selimut dan benar saja dirinya sudah hampir setengah telanjang disana. Ia langsung beranjak dari ranjang dan mulai memakai kembali pakaiannya yang berserakan dilantai.

Setelah memakai kembali pakaiannya, Wooyoung berjalan dengan cepat untuk keluar dari ruangan yang tak ia kenali itu dan ternyata ruangan itu adalah kamar yang disediakan di club yang ia datangi semalam bersama Yeonjun.

Wooyoung mulai menghentikan taxi yang lewat, dan saat sudah masuk kedalam taxi, Wooyoung kembali menangis karena ia disentuh oleh orang lain. Bahkan ia merasa jijik pada dirinya sendiri sekarang. Wooyoung terus terisak selama diperjalanan pulang.

Setelah hampir 20 menit lamanya, Wooyoung sudah sampai dirumahnya sekarang. Ia sedikit mendengar suara bentakan yang keras dari dalam rumah. Wooyoung menjadi takut untuk masuk kedalam, ia dengan perlahan mulai membuka pintu rumahnya.

"Aku minta maaf ayah."

"Kamu pikir dengan maafmu itu bisa membuat Wooyoung pulang sekarang!?"

"Ayah ak-"

Wooyoung membulatkan matanya terkejut saat melihat San yang tiba-tiba ditampar keras oleh ayahnya disana. Wooyoung langsung berjalan cepat menghampiri mereka, dan sedikit menarik tangan San untuk menjauh dari ayahnya.

"Ayah, ja-jangan lakukan itu pada San."

"Wooyoung? kamu sudah pulang?"

Nara mulai mendekati Wooyoung dan menangkup wajahnya, ia melihat mata Wooyoung yang memerah, pakaiannya juga berantakan. Itu berhasil membuat Nara merasa sakit hati melihat Wooyoung seperti ini.

Junhee juga ikut mendekati Wooyoung, ia menatap Wooyoung yang sepertinya habis menangis. Ia tak tau apa yang terjadi pada Wooyoung semalam, tapi ia benar-benar merasa bersalah pada Wooyoung karena telah lalai untuk bisa menjaganya.

"Kamu darimana saja Wooyoung? apa kamu habis menangis?"

"Katakan pada ayah siapa yang berani menyakitimu?"

"Iya sayang bilang pada kita siapa yang menyakitimu?"

Wooyoung menggelengkan kepalanya pelan, ia melirik kearah San yang juga sedang menatapnya sekarang. Wooyoung melihat ada sedikit bercak darah dibibir San. Wooyoung mulai meneteskan air matanya, karena dirinyalah San ditampar oleh ayahnya.

"Wooyoung kenapa kamu menangis sayang? katakan yang sebenarnya pada mama."

"San, pergi ke kamarmu. Ayah akan kesana nanti."

STEPBROTHER : Sanwoo/WoosanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang