XXV

3.7K 293 8
                                        

Halooo akhirnya aku bisa merasakan up cepat.

Padahal mau puasa🙂

Dah happy reading yak

Jangan lupa vote komen juga kalo genap 100 ntar ku up lagi. Terakhir sebelum puasa. Sampe genap lho yaa

Almeris hanya bisa terdiam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Almeris hanya bisa terdiam. Ia pun juga tidak bisa menyangkal, karena semua yang Lucian katakan adalah kebenarannya.

Ia juga sadar jika Juan sangat mencintai sosok Jerry.

Tapi ia juga menginginkan sosok Juan dalam hidupnya. Ia ingin Juan mengisi peran sebagai suami di hidupnya. Persetan dengan Jerremy, dia bahkan bisa menyingkirkannya.

"Aku bisa menyingkirkan pria itu! Dengan begitu Juan bisa menjadi milikku sepenuhnya."

Lucian kini tidak bisa menahan tawanya, ia tertawa begitu lepas sampai membuat Almeris mengernyit bingung karena merasa tidak ada yang lucu.

"Mengapa kamu tertawa?! Tidak ada hal lucu yang bisa kamu tertawakan seenaknya, Lucian."

Lucian belum bisa menghentikan tawanya, bahkan sudut matanya sampai mengeluarkan air mata. Entahlah, menurut Lucian perkataan Almeris terdengar seperti lelucon di telinganya.

"Lucian ..." Almeris geram bahkan tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya. Lucian terlihat tengah mengejeknya.

"Kamu? Ingin menyingkirkannya?" Lucian berusaha menahan tawanya di tengah perasaan yang ingin tetap mengejek Almeris. "Kamu tidak ingat siapa yang selalu kamu gunakan untuk melakukan hal-hal tidak berguna?"

Tangan Lucian terangkat menepuk kepala Almeris. "Kamu selalu menggunakanku, Al. Bahkan, untuk menyingkirkan Jerry, kamu juga memintaku melakukannya. Jadi, jangan katakan lelucon yang membuatku tertawa seperti tadi."

Almeris semakin mengepalkan tangannya melihat seringaian di wajah Lucian. "Lagi pula, kamu hanyalah anak manja, sangat tidak mungkin kamu melakukan hal seperti itu. Kamu anak ceroboh, paham?"

***

"Lama tidak berjumpa, Mr."

Ia menyapa dengan sopan seorang pria di depannya. Bahkan, dengan senang hati menuangkan wine ke gelasnya. Dan menyerahkan segelas wine itu pada pria paruh baya yang kini menatapnya.

"Silahkan, saya menyiapkan secara khusus untuk Anda. Wine terbaik yang bisa saya berikan."

"Kamu terlalu formal padaku, Nak."

Orang itu hanya terkekeh menanggapi perkataan pria paruh baya di depannya. Lagi pula, ini juga hanya formalitas untuk menjaga citranya di hadapan pria itu. Bukan sesuatu untuk sebuah tujuan, yah ... sedikit tujuan lebih tepatnya.

✔[ TERBIT] DEEPERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang