[ PART RATED 18 DIHAPUS , HANYA TERSEDIA DI NOVEL ]
Jerremy Augustine, seorang aktor yang tengah naik daun. Banyak tawaran film dan drama yang datang padanya. Namun dibalik kesuksesan seseorang pastinya ada saja orang iri.
Jerremy dikirim ke hutan b...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Pukul satu dini hari, Juan yang tengah tertidur dikejutkan dengan monitor jantung Jerry yang bergerak cepat. Jelas membuatnya panik luar biasa, ia menekan tombol darurat beberapa kali. Ia bahkan mengumpat saat dokter tidak kunjung datang.
"Sialan! Ke mana dokter yang bertugas!!"
Tidak lama seorang dokter ditemani perawat datang, "Maaf, Tuan Griffith, kami akan memeriksa keadaan Tuan Jerremy dulu."
Juan yang ingin mengumpat akhirnya ia tahan, sekarang prioritas utamanya adalah menyelamatkan nyawa Jerry.
Juan dapat melihat bagaimana sibuknya dokter dan perawat itu menyelamatkan Jerry yang kini tampak bernapas tenang, namun keadaan berbalik saat melihat raut wajah dokter yang semakin panik.
"Siapkan alat pemacu jantung!"
Perawat itu dengan sigap menyiapkan alat yang diminta oleh dokter. "Naikkan!"
"Tuan Jerry, saya mohon bertahan! Naikkan!"
Jerry tetap terbaring tenang, tidak peduli Juan yang kini menatapnya panik. Binar harapan tidak redup dari matanya menantikan orang yang terbaring itu membuka mata.
"Naikkan!"
"Detak jantungnya semakin melemah."
"Naikkan!"
Deru napas dokter itu terdengar di ruangan mengiringi bunyi panjang pada monitor pemantau detak jantung milik Jerry.
"Tolong catat, waktu kematian pukul 01.15 Tuan Jerremy Augustine telah berpulang." Dokter itu berbalik menatap Juan yang kini berdiri mematung. "Saya minta maaf karena tidak dapat menyelamatkan nyawa Tuan Jerremy, beliau lebih memilih pergi daripada bertahan."
Sebuah pukulan mendarat pada wajah dokter yang menangani Jerry, pelakunya tentu saja Juan. Pria itu bahkan mendorong sang dokter menjauh.
Juan mendekat ke arah brankar Jerry, matanya menatap nanar si manis yang terlelap tanpa suara. Tangannya terulur mengusap wajah lembut yang kini tampak pucat. Tangannya yang lain kini menggenggam erat tangan si manis yang terasa sangat dingin.
"Kamu kedinginan, hm? Aku akan memelukmu agar hangat."
Juan naik ke atas ranjang Jerry, ia memeluk erat tubuh kaku uang sangat dingin itu. Dokter dan perawat yang melihat tidak kuasa menahan air mata. Mereka memutuskan keluar meninggalkan Juan sendiri bersama raga tanpa nyawa milik Jerry.
"Buka matamu, Sayang, aku sudah berjanji tidak akan meninggalkanmu, tapi mengapa kamu malah mengingkarinya?"
Tubuh Juan bergetar, isakan lirih perlahan mengalun. Juan kini menangis, menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher Jerry.
Pintu dibuka kasar oleh Frank, namun Juan hanya mengabaikannya. Ia masih meratap di dekat sang istri.
"Juan ... Juan, katakan padaku yang dikatakan dokter bohong, kan?"