Jerremy Augustine, seorang aktor yang tengah naik daun. Banyak tawaran film dan drama yang datang padanya. Namun dibalik kesuksesan seseorang pastinya ada saja orang iri.
Jerremy dikirim ke hutan belantara dengan dalih adanya shooting bertemakan Jun...
Mau pendapatnya dong, di sini kira-kira ada yang mau book ini terbit gak?
Plis komen ya, biar tau suara kalian
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Ikutlah kami." Frank menoleh menatap Charles, "Bolehkan?"
Charles mengangguk, ia menyetujuinya karena ia juga dapat merasakan tatapan menusuk dari orang-orang itu di belakang sana. Dari yang ia lihat sedari tadi, Julian memiliki banyak rahasia yang disimpan. Jadi, ia akan membawa pemuda ini ke kantornya dan menginterogasinya di sana. Karena kantornya mungkin satu-satunya tempat teraman bagi mereka untuk berbicara.
"Hm, ikutlah dengan kami. Masih ada beberapa hal yang ingin kami tanyakan."
Julian menatap keduanya ragu, lalu melirik orang yang memperhatikannya dari seberang tempat mereka duduk. Jaraknya memang cukup jauh.
Julian kembali menuliskan sesuatu di buku itu.
Mereka memasang alat penyadap pada pakaianku. Aku tidak tahu tepatnya di mana, aku juga berterima kasih sudah meminta buku ini untuk komunikasi kita.
Frank menatap Charles yang dibalas anggukan pria itu. Kelihatannya orang di balik Julian tidak main-main, bahkan sampai harus memasang penyadap di pakaian Julian.
Awalnya, Julian ragu. Ia takut malah menyeret kedua orang ini ke dalam masalahnya.
"Tidak apa, ayo, ikutlah kami."
Julian mengangguk pelan, walaupun masih sedikit ragu ia setuju untuk mengikuti keduanya. Julian masuk ke kursi penumpang di belakang, tangannya saling memilin karena sangat gugup.
Mereka memutuskan tidak saling bicara untuk menghindari mereka yang akan mengetahui lewat penyadap itu.
Setelah setengah jam, mereka akhirnya sampai di perusahaan milik Charles. Ia meminta Frank dan Julian naik terlebih dahulu, sedangkan ia akan meminta seseorang membelikan satu set pakaian untuk Julian.
Di dalam lift, ia hanya berdua dengan Frank. Ia gusar dan ingin mengatakan sesuatu. Tapi, sebelum turun tadi Charles menuliskan untuk tidak mengatakan apa-apa sampai ia mengganti baju.
Lift berdenting, mereka telah sampai di lantai ruangan Charles. Frank menuntun Julian keluar, ia juga sedikit mengernyit melihat Julian yang tengah gelisah.
"Ada apa?" tanya Frank tanpa mengeluarkan suara. Melihat Julian yang celingukan, Frank mengeluarkan ponselnya.
Menggunakan isyarat mata, Frank meminta Julian untuk menulis di sana. Julian sedikit menunduk saat menerima ponsel itu, tanda terima kasih. Jarinya dengan cepat mengetik sesuatu pada ponsel itu.
Kapan Pak Charles akan tiba? Aku butuh bajunya, karena ingin segera membicarakan ini dengan kalian. Apalagi aku ingin memberitahumu satu hal juga. Ini tentang seseorang untukmu juga, akan sulit jika membicarakannya seperti ini.