01 - Pendaftaran

148 14 0
                                    

Hyy readers!!

Jumpa lagi di cerita baru aku~

Cerita sebelumnya udah baca belum?

Selamat datang di bagian pertama, selamat membaca

----------------------------------------

"KAK!! BANGUN! UDAH MAU JAM TUJUH INI" teriak mama bangunin gue pagi-pagi. Saat mama sibuk siapin semua buat adek gue yang mau berangkat sekolah dan papa yang mau berangkat kerja.

Gue bangun dengan rambut acak-acakan dan wajah yang kusam banget. "Nara, botol minum lo gue pinjem dulu" ujar Naila, adek gue.

Gue yang masih ngumpulin nyawa cuma bisa diam liatin dia lewat depan muka gue sambil megang botol minum gue yang warna hitam.

Dengan langkah lunglai gue berjalan ngambil handuk dan lanjut masuk ke kamar mandi. Hampir setengah jam gue cuma bengong liatin lantai kamar mandi yang lembab.

"Ngapain kak? Selama itu gak keluar-keluar" teriak mama dari luar. Denger itu gue langsung gerak dan baru mau mulai mandi.

***

"Temenin pergi pendaftaran dong ma, kakak takut sendiri" bujuk gue setelah berpakaian rapi dan siap untuk berangkat.

"Kenapa gak sama temen?"

"Andai punya ma..." Celetuk gue sedikit cemberut. Mama langsung taruh sapu di tangannya dan langsung ganti baju buat pergi anterin gue pendaftaran.

***

Baru aja sampai, telinga gue rasanya udah kayak mau pecah. Liat banyak banget anak seumuran gue yang lagi antri buat isi formulir.

Gue sama mama duduk di taman sekolah itu sambil nunggu giliran. Gue perhatiin wajah mereka satu-persatu. Semuanya pada ngobrol sama temennya masing-masing.

"Nanti gue gimana ya... Gue bakal sendiri lagi?" Gumam gue pelan memandang kerumunan orang itu dengan mata nanar.

Sekolah itu sejuk dan banyak pohon-pohon tinggi yang menghambat cahaya matahari, jadinya gak gerah.

"Pendaftaran siswa baru di meja sebelah kiri, dan buat kelas 11 dan 12 yang mau daftar ulang silahkan ke meja sebelah kanan" Pengumuman salah seorang guru menggunakan mic.

Mata gue tertuju sama satu murid, dari tadi gue perhatiin dia gak bisa diem. Jalan kesana-kemari samperin rombongan cowok-cowok. Tampilannya juga kayak anak nakal.

"Begini modelan kakak kelas disini?" Bisik gue pelan sambil terus merhatiin dia.

"Pendaftaran yang mama suruh kemarin udah keluar SMS nya?" Tanya mama secara mendadak. Gue langsung berpaling dari siswi tadi dan ngeliat kearah mama.

"Ha? Oh, bentar ma.." gue langsung ambil handphone dan cek semua pesan di email gue.

Liat itu, gue langsung miringkan layar handphone biar mama gak bisa liat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Liat itu, gue langsung miringkan layar handphone biar mama gak bisa liat. Itu hasil dari pendaftaran gue di SMK farmasi yang di saranin mama.

"Gak lolos, ma..." Jawab gue langsung matiin handphone tanpa berani tatap wajah mama. Dengan jantung yang berdetup kencang dan badan yang udah keringat dingin.

"Aduhh kak... Padahal mama berharap banget sama kamu, bisa jadi contoh buat adek kamu" celetuk mama dengan rasa kecewa.

"Itu pasti karna nilai kamu kurang bagus, kalau aja di SMP dulu kamu juara terus kayak adek kamu Naila. Pasti kamu diterima di SMK itu" sambungnya.

"Tapi kan ma-"

"Udah lah kak, sekarang terserah kamu. Capek dari dulu kamu tu gak pernah bisa di andalkan, kecewain mama terus" tegas mama sambil buang muka dari gue.

Gue gak bisa apa-apa selain diam dan dengerin. Nahan tangis di tengah keramaian itu rasanya lebih sesak lagi.

"Maaf ma..." Ucap gue pelan dengan suara gemetar nahan tangis. Akhirnya nama gue di panggil, gue sama mama langsung jalan ke meja pendaftaran dan isi semua formulirnya.

Selanjutnya, kita disuruh ke salah satu ruangan kelas buat tes seleksi. Gue masuk kedalam dengan tangan yang gemetar gak henti-henti, sementara mama tunggu diluar.

Disana ,gue ditanyain tentang berbagai hal. Termasuk cita-cita... Itu benar-benar bagian paling canggung, karna gue gak bisa jawabnya.

Setelah semua selesai, gue sama mama masih diaman. Mama jalan ninggalin gue di belakang, lalu kami berselisih dengan salah satu guru disana.

Mama nyapa sambil salim sama guru itu. "Buk, masih ingat gak?" Kata mama basa basi.

"Kok lupa-lupa ingat ya..."

"Ini Linda buk, murid ibu dulu"

"Oohhh Linda... Iyaa iyaa, baru ingat"

"Ibu apa kabar?"

"Baik, kamu juga makin sehat aja ya sekarang. Kamu sekolah lagi? Hahaha"

"Ituh, anterin cucu ibuk" mama nunjuk gue bikin buk guru itu juga ikut ngeliat kearah gue. Alhasil gue juga ikutan salim sama beliau walau gak kenal dia siapa.

"Wah.. gak kerasa ya, rasanya baru aja kemarin kamu lulus. Sekarang udah anak kamu aja harus saja didik"

"Iya buk, hahaha..."

Gue cuma diam menyimak pembicaraan itu.



Malam itu, hujan deras banget dan cuaca sangat dingin. Gue duduk di ayunan depan rumah sambil liatin langit. Gue liatin bulan yang terang banget. Bulan itu sendiri, gak ada satupun bintang yang mengelilinginya.

"Bukain dong, pinjam mau buka google" ujar Naila yang tiba-tiba muncul di belakang gue sambil nyodorin handphone.

"Itu baru di charger kenapa lo cabut!" Bentak gue langsung rebut tu handphone dari tangannya. layar lookscreen handphone gue nampilin SMS yang udah beberapa menit yang lalu.

"Bukannya lo di terima di SMK itu ya? Kenapa daftar lagi di SMA?" Tanya Naila. Gue langsung panik dan nutupin mulutnya dia. Sambil ngelirik kedalam rumah takut mama denger.

"Shelsie juga sekolah disana" bisik gue pelan sambil menundukkan kepala.

"Shelsie? Oh dia, tolol banget lo cuma gara-gara dia doang"

"Lo gak tau rasanya mending diam deh, nih nih bawa sana. Ganggu aja!" Ketus gue ke Naila sambil ngasih handphone yang udah gue bukain sandinya.

--------------------------------

To be continued...

An Older SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang