19 - Momen terbaik

21 3 0
                                    

Bantu vote yaa mantemann😊😊

-------------------------------

"Nah udah selesai tuh lomba fashion show nya. Ke lapangan belakang yokk!" Gue menarik-narik tangan Denta agar segera berdiri. Setelah beberapa jam duduk disana menyaksikan penampilan semua kelas yang sangat membosankan. Denta sudah kembali mengenakan seragam sekolah sementara wajahnya masih ditempeli dandanan yang masih belum hilang.

Sembari menghembuskan nafas berat yang seakan terpaksa itu, Denta berdiri dengan gerak lamban. Sepanjang jalan menuju lapangan belakang, gue sangat bersemangat karna belum melihat wajah kak Vania sejak pagi tadi. Sesampai disana, sekeliling lapangan futsal dipenuhi oleh penonton yang cukup padat saat itu. Gue berdiri disudut lapangan karna sudah tidak tersedia tempat untuk duduk.

Panitia berada disudut luar lapangan yang tepat sejajar dengan posisi gue berdiri kala itu. Sesekali gue menoleh ke kiri dan melihat kak Vania sibuk menyaksikan pertandingan sembari memegang papan skor, tampak ia tak sadar keberadaan gue. Gue tetap berdiri disana dengan terus melirik-lirik sebentar kearah kak Vania. "Panas Nar balik ke kelas yuk. Nanti balik lagi kesini pas udah teduh" ajak Denta.

"Enggak mau!! Gue belum di notice, Ta"

"Ya udah sono duduk disebelahnya, ngapain lo berdiri dipojok sini"

"Gak lah gila! Ada temennya, gue malu. Apalagi itu ada-"

"Naraa..." Panggilan itu terdengar ditengah kalimat yang hendak gue sampaikan pada Denta. Suara yang tak asing itu dapat langsung gue kenali, gue menoleh ke sumber suara itu dan melihat kak Vania tersenyum ke arah gue sembari mengayunkan tangannya keatas kebawah. "Sinii..." Sambungnya lagi menepuk kursi kosong disebelahnya.

"Noh dipanggil noh, buru sono" Denta mendorong badan gue yang sudah mulai berjalan namun sangat pelan. Hampir sampai disana saat jarak kami sudah cukup dekat, dibelakang kak Vania ternyata ada kak Gelsa yang sedari tadi tertutupi oleh segerombol penonton yang berada disana, dan kami bertatapan lagi, namun sekarang dengan jarak yang sangat sangat dekat.

Wajahnya pun kala itu lebih sinis dari pada sebelumnya. Tak berani menatap lama, gue langsung memalingkan pandangan ke depan dan berdiri tepat di samping kak Vania. "Duduk sini aja sama kakak, ra gak kemana-mana kan? Ajak temennya juga yang itu kesini. Disana panas itu" ungkapnya menggenggam pergelangan tangan kiri gue.

Dari sudut mata, gue bisa ngerasain kalau kak Gelsa masih menatap gue dengan sinis, itu bikin gue gugup banget dan takut. "Ahahaha gak udah kak, kebetulan kami mau ke kelas. Maaf ya kak permisi..." Elak gue yang entah mengapa menolak kesempatan emas itu hanya karna takut dengan kak Gelsa yang ada dibelakang kami.

"Hmm... Ya udah deh kalo gitu, dadaa" seru kak Vania setelah melepaskan tangannya dari pergelangan tangan gue. Gue berjalan kembali pada Denta dan langsung menariknya pergi dari kawasan lapangan. "Kakak lo bilang apa?" Tanya Denta penasaran. Gue mendadak berhenti melangkah, memutar badan dan meletakkan kedua tangan gue dipundak Denta. Gue menatap Denta serius dengan wajah linglung.

"Gue gak tau kalau dibelakang kak Vania itu ada kak Gelsa"

"Hah? Gelsa? Iyakah? Gue gak liat"

"IYAA!! DENTA!! IYAA!!"

"Ya udah sih biasa aja"

"Nggak! Itu ga biasa! Dia natap gue sinis! Apa dia marah ya karna kejadian di pentas tadi? Atau dia tau kalau gue paparazi in dia? Jangan-jangan dia benci lagi sama gue!"

An Older SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang