14 - Momen yang tak terlupakan

31 3 0
                                    

Mampir ke ig yukk
_fyanxaa.wp

Vote and komen guys!

---------------------------------

"Nar, kita mau pergi berenang nanti pulang sekolah. Mau ikut gak?" Ajak Zelin, teman sekelas gue. "Siapa aja emang?" Tanya gue balik. Zelin berpikir sejenak mengingat nama-nama mereka yang juga akan ikut.

"Kita-kita aja" jawabnya setelah itu. Gue gak terlalu hobi berenang, juga lagi males kemana-mana. "Enggak dulu Zel, kalian aja" tolak gue sesopan mungkin agar Zelin gak tersinggung saat ajakannya ditolak. "Okee" jawabnya kala tersenyum dan hendak pergi dari meja gue.

Tak selang beberapa langkah, Zelin kembali berbalik dengan wajah semangat kegirangan. "Ahaa! Gue kenal sama anak kelas sepuluh A yang deket sama kak Vania. Kalo dia ikut, kita juga bisa ajak kak Vania. Yakin lo gak mau?" Goda Zelin dengan wajahnya yang selalu ceria itu.

Wajah gue yang tadinya datar, langsung berubah seketika. Gue berdiri dan memegang kedua pundak Zelin dengan wajah ceria. "Lo udah coba ajak?" Tanya gue menatapnya dalam akan harapan.

"Belum sih, ini mau ke kelasnya" jawabnya dengan senyum yang belum pudar. "Lo udah kenal kak Vania dari SMP kan? Lo yang ajak ya, gue gak berani" timpal gue dengan wajah sedikit memohon pada Zelin.

"Kan lo adeknya, masa gak berani. Lo yang ajak lah, mana tau kalo lo yang ngomong dia mau ya kan" lempar balik Zelin. "Aaghhh lo aja... Kalo dia ikut gue ikut, kalo enggak gue juga enggak" ucap gue mendongakkan dagu tinggi.

"Haduhh ni bocah, ya udah deh. Gue pergi dulu, mau nitip gak?" Tawarnya sembari berjalan mundur sangat pelan. "Iya, es teh satu" tangan gue langsung merogoh kantong rok untuk mengambil uang. Zelin langsung berjalan menuju luar kelas, tepat di pintu depan. Ia berselisih dengan Denta yang mengarah ke dalam.

"NARA!!" panggilnya dengan suara keras hingga langkah Zelin terhenti menatap sinis padanya, itu berisik. "Ada kakak lo di kantin belakang" sambungnya terus berjalan untuk duduk dimeja paling depan yang entah siapa pemilik bangku itu. Dengan kedua tangannya yang penuh dengan berbagai jenis makanan dari kantin.

"Zel!" Himbau gue langsung berlari menyusul Zelin yang sudah dalam perjalanan menuju kantin itu. Ia menoleh dan mengangkat alisnya. "Gue ikut, bareng aja yok" tangan gue langsung merangkul pundak Zelin dan kami berdua langsung menuju kantin.

Disana, tepat seperti yang disampaikan oleh Denta. Ada kak Vania dengan teman sekelasnya yang lain. Saat gue sama Zelin baru sampai, mereka udah mau pergi. Zelin yang berkepribadian tegas itu langsung berlari menyusul kak Vania diantara ramainya rombongan yang ada didekatnya.

"Kak" panggilnya saat datang dari arah belakang kak Vania, sambil tangannya meraih pergelangan tangan kak Vania. "Iya? Kenapa Zel?" Responnya dengan suara yang amat lembut. Semua teman-temannya langsung menatap Zelin, gak kebayang kalo gue di posisi itu.

"Nanti pulang sekolah pergi renang yok kak"

"Wahh, mendadak banget ya hahaha" serunya yang terdengar seperti akan ada penolakan. Sedikit jauh dibelakang mereka, gue hanya berdiri menyimak pembicaraan itu seraya mengantri es teh yang kami pesan.

"Masalahnya, ibu kaka gak bakal izinin kalo nggak-"

"Kita udah ajak Cia kok kak, dia juga setuju buat ikut. Ikut ya kak" bujuk Zelin memeluk tangan kak Vania dengan ekspresi wajah memohon. "Gila, gue aja gak pernah sentuhan sama kak Vania" batin gue yang melihat itu dari kejauhan, tanpa sadar ekspresi datar gue menjadi sedikit terlihat seperti kesal.

"Jadi nanti kaka sama Cia? Hmm... Kalo kaka gak ada kelas tambahan ya, soalnya tadi katanya bakal ada ulangan biologi pulang sekolah" jelasnya dengan sangat berhati-hati agar tidak menyinggung Zelin.

"Okee kak, usahain bisa ya kak hahaha. Soalnya, kalo kaka gak ikut si Nara juga gak mau ikut" ceplos Zelin dengan tawa khasnya yang tak pernah pudar. Mata gue langsung melotot kearahnya, mendadak gue gelisah dan malu mendengar ungkapan Zelin barusan, apalagi disana gak cuma kak Vania seorang, ada sekitar empat orang temennya yang berdiri disebelahnya.

"Ohh Nara ikut juga?"

"Iya kak, maunya sama kaka doang"

"Ahahaha... Nanti kaka kabarin ya, kaka permisi mau ke kelas"

"Ohh iya kak, silahkan... Sampai nanti kak" dengan tingkahnya yang selalu kelebihan energi, Zelin sedikit menunduk merentangkan sebelah tangannya sebagai arah jalan yang sangat anggun.

Zelin langsung berlari kecil kearah gue dengan wajah cerianya itu. "Udah? Lo ikut kan" ujarnya menepuk-nepuk pundak gue pelan. Gue masih diam merasakan sedikit rasa iri atas apa yang dilakukan Zelin tadi.



"Lo ngapain pake ngomong gitu segala? Gue malu!!" Gumam gue pelan pada Zelin yang berdiri di sebelah gue. "Ya gapapa, lagian dia mau kan pas gue sebut nama lo"

"Ya tapi kan-"

"Udah diem! Duduk tenang aja disini bentar lagi dia keluar kok"

"Ini udah satu jam setelah bel bunyi, Zel... Lo gak liat parkiran udah se sepi ini" kalimat itu gue lontarkan dengan perasaan kecewa karna kak Vania gak kunjung datang. Gue menyandarkan badan gue ke motor biru yang terparkir di parkiran itu dengan tangan yang sibuk memainkan gantungan kunci lucu yang tertempel disana. Pikir gue, rencana ini bakal gagal.

"Jangan pesimis gitu dong, nah tuh liat tuh. Anak kelasnya udah keluar tuh" Zelin memukul pundak gue berkali-kali sambil melihat kearah gerbang kedua. Sesaat gue menoleh ke belakang dan melihat satu-persatu siswa yang keluar dari sana, kak Vania berjalan bergegas langsung menghadap ketempat kami berkumpul.

"Aduhh maaf ya, kaka ada ulangan jadinya telat pulang. Kenapa kalian tungguin? Jadinya lama kan" ungkapnya sangat tulus merasa bersalah. "Enggak kok kak gapapa, ini nih adeknya kaka ngeyel mulu dari tadi" balas Zelin. Gue langsung menyikut lengan Zelin dengan tatapan sengit.

"Aduhh apasih Nar"

"Yaudah langsung berangkat aja ayo. Nanti keburu sore" ajak Cia yang udah siap di atas motor bersama pacarnya.

Zelin langsung duduk di motor boncengan sama Denta. Gue ngasih kunci motor gue ke kak Vania dan kami langsung berangkat. Itu pengalaman pertama gue dibonceng sama kak Vania, tambah lagi sepanjang perjalanan Zelin dan Denta gak berhenti ketawa-ketawa ngeledek gue.



Sesampai disana, tempat itu udah rame banget. Dan kita juga ketemu temen satu sekolah. Gue duduk di tepi kolam karna udah berendam lama, kak Vania juga ikut keluar dari kolam dan duduk disebelah gue. "Ra bisa berenang?" Tanyanya.

"Bisa kak, sedikit"

"Kita ke kolam situ yuk, yang katanya tiga meter"

"Ayoo" gue sama kak Vania berangsur berdiri dari tepi kolam sedangkal pinggang itu. Dikolam satu lagi yang lumayan dalam itu, ada Zelin yang sedang asik berenang. Saat liat gue sama kak Vania berdiri bersiap untuk melompat, Zelin berenang ketepi dan menyapa kami.

"Kak bantuin dong" bujuknya mengulurkan tangan ke kak Vania, sambil matanya yang melirik kearah gue dengan tawa cengengesan yang jail itu. Sebelum tangan kak Vania berhasil meraih Zelin, gue langsung menjabat tangan Zelin dan menariknya keatas sekuat tenaga. Dengan wajah kesal pada Zelin.

"Lo lucu banget deh, cemburuan gitu" celetuk Denta yang melihat semua itu dari dalam kolam yang sama. Kak Vania tertawa liat tingkah gue, di tambah wajah gue yang nahan malu. Kita pelan-pelan masuk ke kolam itu dan langsung berenang ketengah barengan.

------------------------------

To be continued...

An Older SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang