33 - Dari dia yang sudah tiada (END)

54 4 1
                                    

IG: _fyanxaa.wp

------------------------------

- 1 bulan kemudian -

"Halo! Nia lo dimana! Ini acara pembukaannya udah mau mulai!"

"Aduh! Tunggu, bentar lagi... Ini make-upnya tinggal sedikit lagi"

"Buruan!! Nanti gerbang di tutup gak jadi farewell party lo!"

"Iyaa iya! Tunggu"

Dan sambungan telepon itu kembali dimatikan oleh Tanisa. Duduknya terlihat sangat gelisah, diantara deretan kursi yang sudah penuh kecuali satu disebelahnya yang ia sisakan untuk Vania.

Setengah jam berlalu setelah telfon terakhirnya dengan Vania, dan acara pembukaan sudah dimulai. Vania masih belum muncul dari gerbang sekolah yang dihiasi dengan bunga didepan sana, yang sedari tadi terus dipandang oleh Tanisa. Lalulah penantian itu terjawab, Tanisa dengan pandangannya yang agak buram melihat Vania berlari kecil tergesa-gesa kearahnya.

Mengenakan gaun yang indah dengan aksesoris mahkota kecil di kepalanya. Makeup itu sangat cocok diwajahnya membuatnya terlihat sangat cantik hari itu. Sayangnya, adek kelas yang terkagum-kagum dengannya itu tak bisa lagi melihat betapa cantiknya kakak kelas yang ia idolakan dihari itu.

Vania lanjut duduk di kursi kosong disebelah Tanisa yang sudah disiapkan temannya itu memang untuknya. Keduanya kembali merapatkan keheningan menyaksikan acara tari sambutan yang memang sudah dimulai sedari tadi. Vania tidak hanya fokus pada tari itu saja, matanya sesekali berkeliling melihat suasana sekitar. Matanya memperhatikan segala yang dapat digapai oleh pandangannya.

Ia melihat beberapa juniornya para anggota OSIS yang sibuk berlarian kesana-kemari sebagai panitia acara itu. Juga dua orang dari mereka yang biasanya selalu bertiga bersama Nara saat bertugas jadi panitia, itu mengingatkannya pada Nara. Yang selalu melambaikan tangan padanya tiap saat bertemu, seperti acara-acara sekolah sebelumnya.

Wajahnya menjadi sedikit murung diacara besar yang harusnya sangat bahagia itu. "Nia? Kenapa?" Tanya Tanisa yang menyadari perubahan ekspresi temannya itu. Vania menggeleng pelan seraya menebar senyum simpul yang hambar.

Tanisa tak ingin terlalu memikirkannya, dan kembali fokus pada acara. Tak lama, semua susunan acara itu telah selesai dan tiba saat agenda terakhir yaitu foto-foto. Vania berfoto dengan banyak kenalannya di sekolah itu, juga banyak foto bersama teman sekelasnya. Namun, disela senyum bahagianya itu terpancar ditengah-tengah acara. Denta datang menghampirinya membawakan sebuah buket snack. Dengan wajah sedikit masam, Denta menyodorkan itu tanpa berkata apa-apa.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
An Older SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang