32 - Semua cerita

34 4 1
                                    

IG: _fyanxaa.wp

------------------------------

Terik matahari semakin merambat kedalam sebuah rumah sederhana yang kini sangat sepi. Satu insan bernama Denta masih berada disana, merenung mengingat-ingat hal-hal lampau yang tidak akan terulang kembali.

"Dulu... Kami berencana bakal pakai gaun samaan dihari perpisahan kami nanti" celetuk Denta kembali memecah kesunyian rumah itu. Naila tetap diam, mendengarkan tanpa sedikitpun respon. "Dia juga janji bakal sembuh" tambah Denta.

"Dia janji bakal jadiin gue orang pertama yang bakal dapetin tanda tangan dia saat dia udah jadi penulis terkenal dimasa depan" sambung Denta yang tak habis-habisnya. Tutur itu merenggut wajah darat Naila, kini gadis itu merungut sedih menghadap lantai rumahnya.

"Dan lo juga harus tau. Ibu gue mulai sembuh dari penyakit jiwanya semenjak Nara sering datang kerumah dan bicara hal-hal konyol didepan beliau. Ibu gue gak pernah lagi ngamuk-ngamuk karna keinget ayah gue. Dia juga udah ga pernah mimpi buruk tengah malam sambil teriak-teriak nama ayah gue. Dia selalu senyum saat Nara datang kerumah"

"Gue juga pengen lo tau sesuatu, kak Denta" lanjut Naila setelah kalimat Denta berhenti sejenak.

"Nara itu... Sempat kritis waktu dia kecil, sampai waktunya habis dua tahun lamanya dirumah sakit" jelasnya bercerita. Nerta mata Denta membesar, ia berpikir semua yang Nara ceritakan sudah semua dari hidupnya, ternyata belum.

"Dia juga di-bully habis-habisan di sekolah dasar, dari awal sekolah sampai tamat. Dan di SMP si pembully itu masih ga mau lepasin Nara. Sampai dia harus mengorbankan cita-citanya demi kesehatan mentalnya"

"Dia se trauma itu sampai pernah suatu hari... Dia diam di kamar dengan bola matanya yang gelisah melihat kesana-kemari kayak orang gila beneran! Dan satu hal yang gue bingung dari dulu, kenapa lo bisa temenan sama dia? Secara gue tau dia ga bakal mau lagi temenan sama yang seangkatannya"

Naila menatap penuh kearah Denta yang berdiri di hadapannya. Sahabat dari kakaknya itu juga tengah termangu setelah mendengar seluruh fakta yang selama ini tidak pernah ia ketahui. "Awalnya gue pikir Nara itu anaknya aneh, dia selalu berusaha buat jauhin gue, dia gak mau ditemenin siapapun. Tapi, siapa sangka dia bakal luluh sampai sejauh itu kami temenan. Hahaha... Dia lucu ya..." Ungkap Denta mengenang masa-masa awal ia mengenal Nara, dengan tawa yang mengiringi akhir kalimatnya.

"Shelsie kan... Orang yang bully Nara?"

"Hah? Kak Denta lo tau dari mana?"

"Dua hari sebelum Nara meninggal, dia datang ke sekolah kami. Hari itu juga Nara ketakutan dan paniknya kambuh, sampai Nara muntah darah dihadapan gue gara-gara tu cewek" jelas Denta panjang lebar.

"Kok bisa? Dia masih nyari-nyari Nara? Tu orang maunya apa sih!!" Titah Naila terselut emosi.

Denta menghela nafas panjang. "Gue pamit ya. Kalau kata orang-orang, gak baik terlalu lama meratapi orang yang udah pergi, nanti jiwanya gak tenang" pamitnya lalu mulai beranjak dari posisi duduknya dilantai kamar itu. Ditengah langkahnya sesaat baru saja beberapa jarak dari pintu kamar itu, Naila kembali berdetuk mengingatkan Denta.

"Buket ini gue simpan ya, nanti jangan lupa kasih ke orangnya. Perpisahan mereka sebentar lagi kan?" Teriaknya agak keras agar terjangkau sampai ke telinga Denta. "Iya..." Seru Denta setelah menoleh kebelakang dengan menebar senyum simpulnya.

An Older SisterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang