Malam itu, Cinderella dijebloskan ke penjara utara istana, sementara Charles di penjara selatan. Istana negeri Sepatu Kaca yang megah dan besar tak sungkan memberi lahan yang luas pula pada penjara berdinding batu, berlantai semen, berjeruji besi yang seluruhnya dingin ketika malam, dan panas ketika siang.
Dua penjaga melepas ikatan tangan Cinderella dan mendorong gadis itu hingga terperosok ke dalam sel. Baru Cinderella bangkit, jeruji besi telah ditutup dan dikunci tanpa meninggalkan sepatah kata pun.
"Hei! Aku tidak melanggar hukum apa pun untuk berada di sini! Hei!!" ia memekik, yang mana jelas saja takkan dihiraukan kedua penjaga yang kembali mengobrol seakan baru saja menyesap segelas kopi.
Cinderella meremas jeruji yang memerangkap dirinya. Ia menatap punggung dua penjaga yang lama-kelamaan hilang di tikungan lorong bersama gemerincing kunci-kunci di pinggul salah satu dari mereka. Pelan-pelan, terpampang jelas mimik wajah Charming, pangeran bermuka dua itu, senyum menawannya yang berganti cibiran dingin. Lalu teringat segala deritanya tinggal bersama Nyonya Tremaine, Drizella, dan Anastasia, tak terlupa perjuangannya mempertahankan nyawa di hutan bebas. Jika Charles tak bersamanya, ia pasti sudah mati di langkah pertama berkelana, dan sekarang ialah penyebab Charles terperangkap dalam penjara. Mengapa ia tidak tegas dalam menentang gagasan yang Charles utarakan pada Charming?! Bukannya malah bimbang dan percaya pada kata 'sepakat' palsu yang pria tak berperasaan itu lontarkan.
Cinderella memejamkan mata, lalu menjerit marah. Nyaring sekali, beberapa pasir di langit-langit selnya luruh, bahkan dapat ia dengar gelas kaca di atas meja penjaga yang sedang tak dihuni itu meretak.
Cinderella lantas terduduk. Ia benci menjadi lemah, tetapi hal yang sangat ingin ia lakukan sekarang adalah menangis.
Tikus-tikus tanah memunculkan kepala mereka dari dalam celah antardinding, mengintip Cinderella yang tengah dirundung lara. Mereka kemudian mencicit berbisik-bisik, lalu mengangguk dan mulai bergerak meninggalkan sel Cinderella.
***
Charles hanya pasrah ketika tubuhnya dimasukkan ke dalam sel dan dikunci. "Hei, Anak Muda," panggil salah satu penjaga yang Charles kenali sebagai Rupert. "Apa itu benar bahwa kau adalah Charles Will, pelayan Pangeran Charming dahulu?"
Charles melirik Rupert dengan mata tak simetrisnya. "Menurutmu?"
Rupert mengangguk-angguk dan memelintir kumisnya mencerna keadaan. Ia lalu menitah bawahannya untuk pergi ke permukaan agar kembali bertugas lebih dulu. Setelah penjaga suruhannya hilang dari pandangan, barulah Rupert mulai bicara. "Hm, aku percaya padamu. Kau sangat mirip dengannya, bahkan persis!" Rupert kemudian mendekatkan hidungnya ke wajah Charles. "Begini, pelayan muda, aku mendukungmu bahwa kau tak memiliki alasan untuk berada di sini, dan aku akan membebaskanmu tanpa sepengetahuan pangeran. Bagaimana?"
Charles belum tertarik dengan percakapan pria berkumis itu.
"Tapi tentu ada harga yang perlu dibayar."
Charles mendesah. "Apa aku terlihat memiliki rumah berlian yang menyimpan harta karun berisikan emas dan perhiasan di bawahnya? Atau saudagar kaya yang tak henti-hentinya turun-naik kapal demi menunaikan tugas berniaganya?"
"Tak sebanyak itu, Tuan Will, sedikit saj—"
"Apa aku terlihat memiliki uang, bagimu?!" Charles mulai naik darah.
Rupert kali ini diam. Lalu cengir jelek tersulam di bibirnya. "Aku hanya perlu kancing pada pakaianmu. Aku tahu itu pemberian istana dan bukan sekadar emas tiruan. Itu emas dua puluh dua karat, bukan?"
Charles melepas pandangan dari Rupert dengan enggan. "Tidak. Sekali tidak, sampai kapan pun tidak."
"Ayolah, lagipula apa gunanya benda-benda itu untukmu? Bukankah kau ingin kebebasan?" rayu Rupert lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderland: Tales of The Eight Pawns
FantasyTidak semua kisah berjalan sederhana di Dunia Dongeng. Demi akhir bahagia selama-lamanya, aral dan bukit terjal perlu ditempuh. Terlebih ketika Sang Ratu dari negeri bawah tanah Wonderland memanggil delapan nama untuk dijadikan patung pion di halama...