27 - Dongeng dan Keajaiban

26 6 3
                                    

"Pada suatu hari," Wendy memulai dongengnya dari puncak tiang pantau. "Seorang gadis kembali ke sebuah negeri dongeng yang telah lama dirindukannya, Neverland."

Semua mata memandang Wendy.

"Gadis itu tidak bersayap, ia tak bisa terbang. Kalian tahu? Seorang bocah lelaki yang mengantarnya kemari. Melintasi gemawan malam, mengarungi lautan bintang, melalui malam menuju bintang paling jauh. Bocah lelaki itu adalah Peter Pan."

Beberapa dari pendengar tersenyum.

"Tapi ... setibanya gadis itu dan Peter Pan di Neverland. Ada yang salah dengan negeri dongeng itu. Neverland dilanda musim dingin tak berkesudahan."

Segelintir bajak laut mengangguk, sebagian bocah liar menuruti anggukan mereka.

"Musim di Neverland berubah sesuai suasana hati Peter Pan yang sesungguhnya!" Wendy berteriak lantang. "Musim dingin yang tidak berkesudahan menandakan kegelisahan hatinya yang belum terselesaikan ... kalian tahu apa sebabnya?!" Wendy bertanya kepada seisi kapal.

"Tinkerbell telah mati!" seru Slightly.

Kapten Hook menoleh terkejut ke arah Slightly.

Wendy menggeleng. "Salah!"

Tanpa Wendy ketahui, Peter Pan yang nyaris kehilangan napasnya tadi, tengah bersusah payah memanjat tiang pantau menyusulnya, menahan kebenaran dari mulut Wendy, dan ia telah tiba di tubir langkan pantau.

Wendy melanjutkan dongengnya. "Musim dingin di Neverland disebabkan jiwa Peter yang salah! Peter Pan telah bertukar tubuh dengan Kapten Hook!"

Seisi kapal terkesiap, dikejutkan oleh kenyataan yang membingungkan–kecuali suku Indian yang telah mengetahui lebih dulu.

"Tidakkah kalian merasa heran akan perilaku Peter Pan yang asing dan berbeda? Perilaku Hook yang kekanakan?! Peter Pan adalah Kapten Hook dan Kapten Hook adalah Peter Pan!!"

"WENDY AWAS!!" Kapten Hook menjerit di bawah sana.

Wendy menoleh ke belakang dan mendapati Peter Pan sudah berada di tiang pangkal, menghunus belati mengarah ke dada Wendy.

Namun, tiba-tiba angin yang teramat dingin berembus, menggigilkan semua orang kecuali tubuh Peter Pan dan Kapten Hook. Tubuh keduanya mematung selama angin dingin berembus kencang mengelilingi tubuh keduanya.

Wendy mampu melihat pupil mata Peter Pan memudar dan menghilang, menyisakan putih matanya. Dan tampak mengerikan.

Embusan angin kian kuat, angin itu berputar sekali lagi, lalu hilang. Dan Wendy melihat pupil mata Peter Pan kembali lagi. Ia telah berhenti mematung dan melanjutkan gerakannya hendak menikam Wendy.

Wendy menjerit.

Lalu tangan Peter Pan ditahan oleh tangannya yang lain. Peter bingung, ia menarik belatinya menjauh dari Wendy, lalu memandang dirinya sendiri. Ia meraba-raba tubuhnya.

Wendy melirik ke arah leher Peter Pan. Ia telah kembali melihat kalung "kecupan"-nya di sana.

"Peter?!" panggil Wendy.

Peter Pan menoleh ke arah Wendy. "Wendy!"

Mereka pun saling memeluk seperti anak kecil, tanpa sadar. Lalu perlahan, salju berhenti turun. Awan gelap membuka dirinya, memberikan jalan bagi cahaya matahari menyinari Neverland. Musim dingin telah terhenti, Peter Pan yang sesungguhnya telah kembali.

Lalu raungan terdengar dari geladak. Wendy dan Peter Pan teralihkan. Mereka melihat Kapten Hook di bawah sana yang telah kembali menjadi Kapten Hook sesungguhnya. Suara, nada bicaranya, bahkan kerutan alisnya telah kembali.

"Kau mengacaukan rencanaku, Gadis Bodoh!" teriaknya dari bawah.

"Kapten? Kau sudah kembali?" panggil Smee.

"Aargh! Diam kau, Smee!!"

"Kapten! Kau kembali!!" seru Tuan Smee begitu riang.

Musim dingin perlahan pergi dari Neverland, negeri dongeng itu nyaris kembali sebagaimana sediakala. Hanya saja, sesuatu tengah mengganjal di hati Peter. Suasana perang di bawah langit yang benderang mengingatkannya akan bunyi gemerincing yang senantiasa hadir di sisi telinganya, yang sekarang tak ia dapati di mana pun.

"Tinkerbell ...," gumamnya. "Apa Tink benar-benar telah pergi?"

Wendy jadi teringat akan malam itu di kampung suku Indian. "Peter, tidak," jawabnya. "Tinkerbell masih hidup."

Peter Pan menoleh ke arah Wendy, antusias.

"Aku tahu segalanya dari apa yang terjadi di kampung para Indian. Seorang peri telah menghampiri ritual api unggun dan memberi tahu kami. Hook telah menyembunyikan Tink di dalam stoples dan menguburnya di pasir pantai Rawa Tengkorak."

"Apa?"

Wendy mengangguk. "Hook melakukannya agar rencananya bertukar tubuh denganmu berjalan lancar. Sebab, ia tahu para peri adalah makhluk yang peka terhadap majikan mereka. Jika ada sesuatu yang salah, mereka pasti mengetahuinya dan segera melakukan sesuatu."

Peter tahu soal kepekaan peri terhadap majikannya, itulah mengapa ia pergi ke Hutan Peri ketika ia masih terjebak dalam tubuh Hook. Ia tahu Tinkerbell takkan berada di sisi tubuhnya yang asli. Namun, ia tidak tahu soal stoples dan Rawa Tengkorak.

Wajah Peter berubah khawatir. "Itu artinya, Tink terjebak sekian lamanya di sana tanpa makanan dan udara cukup. Ia bisa mati, Wendy. Kita harus segera menyelamatkannya."

Wendy mengangguk setuju. "Kita selamatkan Tinkerbell sekarang, sebelum Hook melakukan hal buruk lebih jauh."

Peter segera melakukan ancang-ancang. Ia berlutut membelakangi Wendy. "Naik ke punggungku, kita menuju Pulau Tengkorak."

Meski ragu, Wendy pada akhirnya melingkarkan lengannya ke leher Peter dan menyandarkan tubuhnya ke punggung Peter Pan.

Peter Pan pun terbang melewati udara berangin di atas kapal The Jolly Roger menuju Pulau Tengkorak. Para Indian dan bocah liar berseru-seru merayakan kembalinya Peter Pan.

Kapten Hook menyaksikan kepergian Wendy dan Peter Pan tepat di depan matanya, dengan sangat mudah. Ia jengkel rencananya mendadak berantakan. Ia harus mengejar mereka dan menjadikan keduanya bidak Ratu Alice! Jika gagal, maka nyawanyalah yang terancam.

Namun, ia tak dapat terbang, dan tak satu peri pun ada di sekitarnya untuk membuat serbuk peri berjatuhan di tubuhnya.

Dengan tergesa, ia menyingkirkan semua orang yang menghalangi jalannya dan segera masuk ke ruangannya di bawah geladak. Sebelum Tuan Smee menyusulnya, Hook segera menutup pintu dan menguncinya. Ia mengeluarkan serbuk aster dan pinus, lalu membakarnya di atas lapisan keramik hingga aromanya menguar.

Tak lama, Anastasia muncul di hadapannya.

Belum sempat gadis itu mengucap sepatah kata pun, dengan garang Hook menitahnya, "PINDAHKAN AKU KE RAWA TENGKORAK DENGAN SIHIRMU!!"

Anastasia terkejut, bahkan takut.

***

Wonderland: Tales of The Eight PawnsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang