Tempat The Jolly Roger berlabuh berada di jantung kehidupan Neverland, sementara Pulau Tengkorak berada jauh menyeberangi pulau, nyaris menyentuh kehampaan yang bukan lagi teritori Neverland–tempat Buaya Waktu bersarang.
Peter mendaratkan kaki telanjangnya di atas tanah lembap yang bercampur sisa abu vulkanik. Pulau Tengkorak memiliki satu gunung api yang tak pernah mati meletupkan lahar di dalam perutnya.
Wendy turut berdiri di sana.
"Wendy, apa kau diberikan petunjuk di mana Hook mengubur Tinkerbell?" tanya Peter Pan waspada.
"Maafkan aku. Tidak, Peter."
Peter memejamkan mata, menajamkan indra penciumannya sementara Wendy mencoba mencari gundukan tanah atau lumpur yang tampak tinggi, mencari juga cahaya kecil dengan bunyi gemerincing.
Peter Pan membaui aroma familiar ... lalu ia mendengar sesamar gemerincing. Matanya membuka terbelalak, telinganya menajam. "Tink!" pekiknya menggema padat di lingkup Rawa Tengkorak. Peter Pan tak mendengar apa pun.
Akan tetapi, Wendy melihat sesuatu. Ia melihat permukaan tanah basah yang bergeser. Bergerak turun ke dalam. "Peter!" Wendy menunjuk dan berlari ke arah tanah itu.
Peter Pan melayang ringan dan cepat. Tanpa menunggu, mereka menggali dengan kedua tangan. Tanpa butuh waktu yang lama, jemari Wendy menyentuh sebuah permukaan beling. Peter pun melihatnya. "Tink!" jeritnya merana. Lalu, terdengar gemerincing yang samar.
Tinkerbell berada di dalam stoples itu.
Mereka tidak tuntas menggali sampai dasar, melainkan secepat mungkin menarik stoples tersebut dan membuka penyumbatnya.
Sesosok peri segera mengeluarkan diri dari tutupnya dan jatuh di tangan Peter Pan.
"Tink! Oh, Tinkerbell!" elu Peter Pan terdengar nyaris menangis. "Aku sungguh tak tahu apa yang terjadi."
Wendy tersenyum haru.
Tinkerbell hanya mengangguk lemah disertai gemerincing lemah pula. Serbuk peri hanya sedikit di tubuhnya, sinarnya pun tidak menyala benderang.
Peter Pan langsung tersadar. Entah sudah berapa lama Tinkerbell tidak diberikan asupan dan udara cukup. "Wendy, carikan air untuk Tink."
Wendy cepat-cepat berlari ke permukaan air di rawa. Namun, hampir semua airnya telah terhujani abu vulkanik.
Ia kembali kepada Peter Pan. "Peter, tidak ada air segar di sini."
Peter Pan segera berdiri dengan Tinkerbell di genggamannya. "Naik ke punggungku lagi, Wendy. Kita akan kembali ke Neverland dan–"
Tiba-tiba selubung asap putih yang tipis membentuk diri di dekat mereka, lalu bagai ledakan, dua sosok manusia dewasa muncul begitu saja.
"TIDAK SEMUDAH ITU, PAN!" Hook tertawa keras.
Anastasia di sampingnya, tak dapat berbuat apa pun, karena Hook mencengkeram lehernya, dan menodongnya dengan tangan kailnya yang tajam. Sepertinya Kapten Hook mengancam gadis asing di sampingnya untuk melakukan segala aksi ajaib itu.
"Kau sepakat untuk menuruti perintahku," kata Hook tanpa melepas todongannya terhadap Anastasia.
"Aku tidak pernah bilang begitu," bantah Peter Pan.
"Oh, ya? Kau memang tidak mengatakannya dengan mulutmu, tapi kau menyetujui dengan matamu," jawab Hook.
"Untuk sebuah argumen, itu buruk sekali," jawab Peter Pan.
Hook melongo sejenak, lalu tertawa terbahak-bahak. "Sekarang lihatlah dirimu, Pan. Kau bicara seperti seorang pria dewasa!"
"Diam! Aku bukan pria dewasa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderland: Tales of The Eight Pawns
FantasyTidak semua kisah berjalan sederhana di Dunia Dongeng. Demi akhir bahagia selama-lamanya, aral dan bukit terjal perlu ditempuh. Terlebih ketika Sang Ratu dari negeri bawah tanah Wonderland memanggil delapan nama untuk dijadikan patung pion di halama...