23 - Kampung Indian dan Asap Astral

15 4 1
                                    

Ada perasaan tak menentu ketika Wendy mengikuti langkah Putri Tiger Lily dan menyelinap keluar dari kapal meninggalkan tubuh Kapten Hook yang terkulai tak sadar.

Perjalanan menuju kampung Indian terasa begitu sunyi, sebab hanya bertemankan derik jangkrik dan kerasak lembut kaki Wendy dan Tiger Lily yang melintasi semak dan belukar. Ditambah, perbincangan terakhir Wendy dengan Kapten Hook membuat kepalanya disesaki beribu tanya.

Sungguhkah dugaan Wendy itu mungkin?

Mengapa pula Kapten Hook menoleh begitu rupa ketika Wendy memanggilnya "Peter"?

Bila benar, apakah artinya Wendy baru saja meninggalkan Peter dalam keadaan pingsan?

Aroma unggun mulai tercium. Udara berangsur menghangat dan perlahan-lahan terdengar keramaian suara manusia-manusia dalam bahasa mereka sendiri.

Wendy tiba di kampung Indian bersama Putri Tiger Lily. Begitu mereka memasuki jalan setapak di antara tenda-tenda, satu per satu anggota suku memberi hormat.

Lalu Wendy memasuki tenda terbesar milik kepala suku, ayah dari Tiger Lily.

Tiger Lily memberi hormat, demikian Wendy yang turut membungkuk. Kepala Suku Indian mengangguk. Wendy tidak dapat mengerti pembicaraan apa yang terjadi di antara mereka. Tetapi, dengan segera seorang pengawal menghambur ke luar tenda setelah diperintahkan sesuatu oleh sang Kepala Suku.

"Wendy," panggil Putri Tiger Lily dengan bahasa umum yang terdengar kaku. "Ayahku dan suku kami mengucapkan selamat datang kembali di Neverland. Bangsa Peri membawa kabar kehadiranmu, kami melacak dan tak menemukanmu di mana pun. Maaf sebab terlambat. Kau harus berada dalam tangkap Hook."

Meski terdengar sedikit aneh, Wendy mengerti kata-kata yang diucapkan Putri Tiger Lily.

"Neverland sedang tidak baik-baik saya, Wendy," Putri Tiger Lily melanjutkan pembicaraan. "Musim dingin melanda, sementara Peter Pan ada. Kau ada di sini pasti merupakan tanda."

Wendy masih memandangi Putri Tiger Lily tidak terlalu mengerti.

"Ayahku sedang memerintahkan suku kami untuk berkumpul. Sesaat lagi, upacara Asap Astral akan dimulai."

"Asap Astral? Apa itu?" tanya Wendy.

"Upacara pemanggil asap, ritual peminta kebenaran. Dipimpin oleh tabib perempuan kami, kita akan bernyanyi mengelilingi api unggun. Menunggu asap besar membubung dan bergerak mengisahkan sebuah kilasan, cerita tentang kebenaran."

Belum Wendy sempat merespons apa pun, panggilan dari alat musik suku telah menggaung. Seluruh anggota suku segera menghambur untuk berkumpul di api unggun.

Wendy dan Putri Tiger Lily menyusul bersama sang Kepala Suku. Semua duduk di tempat masing-masing, melingkari unggun yang sedang dipersiapkan oleh seorang tabib perempuan tua dan dua orang lain. Sembari menunggu api membesar, tabib perempuan itu merapal mantra-mantra sembari mengoleskan cairan berwarna dari mangkuk kecil yang dibawanya.

Dimulai dari sang Kepala Suku, tabib itu merapal, memejamkan mata, dan mengoleskan tangannya ke wajah sang Kepala Suku. Kini sang Kepala Suku memiliki coreng merah di sebelah kanan wajahnya. Polesan tangan dari ujung dahi, memudar hingga ujung dagu.

Dibantu dua perempuan yang sepertinya murid sang tabib, satu per satu anggota Suku Indian diwarnai wajahnya.

Setelah Putri Tiger Lily, tibalah tabib tersebut ke hadapan Wendy. Tabib itu merapal mantra, memejamkan mata, ia mengambil cairan berwarna putih dan memoleskannya di mata Wendy dengan kesepuluh jari-jarinya. Kini warna putih menghiasi mata Wendy bagai sepasang sayap.

Tak butuh waktu lama untuk api membesar dan ritual pun dilakukan. Tabib perempuan itu bernyanyi, diikuti para anggota suku, termasuk Tiger Lily.

Wendy memperhatikan asap di puncak unggun yang perlahan-lahan membentuk pusaran, lalu ledakan asap terjadi.

Sang tabib terjatuh, seluruh anggota suku termundur ngeri.

Asap di atas unggun perlahan-lahan berkumpul dan membubung membentuk awan. Yang semula hanya asap kelabu, kini asap itu dipenuhi warna-warna samar hijau, biru, jingga, dan merah muda. Asap membentuk sebuah pulau dengan gunung besar. Itu Neverland.

Sang tabib mulai berbicara dalam bahasa suku.

"Ini adalah Neverlend beberapa hari yang lalu," bisik Tiger Lily kepada Wendy, menerjemahkan. "Segalanya tenang dan damai sebagaimana biasa."

Lalu pergerakan asap-asap terhenti. Wanita tabib mulai bercerita lagi.

"Sesuatu terjadi. Di luar yang semua warga Neverland sadari," lanjut Putri Tiger Lily. "Pada malam hari, hawa panas terjadi di kapal The Jolly Roger."

Wendy memperhatikan bunga api yang memercik banyak di satu titik di antara luasnya relief asap. Wanita itu terus bercerita.

"Ada kehadiran yang bukan dari negeri ini," jelas Putri Tiger Lily tanpa memalingkan matanya.

Wanita tabib menunjuk Wendy dan menggeleng-gelengkan kepala.

"Dan itu bukan si gadis," jelas Tiger Lily menerjemahkan. "Itu bukan kau, Wendy."

Wendy makin dibuat penasaran.

Asap mengabur dalam beberapa sapuan, membuat Neverland makin samar. Asap-asap itu membentuk dua sosok samar yang melayang-layang di udara dalam wujud yang tak jelas; Hook dan Peter. Wanita tabib itu melanjutkan ceritanya.

"Tanpa sepengetahuan siapa pun, sesuatu terjadi antara Hook dan Peter Pan," terjemah Tiger Lily.

Wendy tidak teralihkan. Asap raksasa itu mengabur, menghilangkan sosok Hook dan Peter, kembali mewujud relief negeri Neverland. Namun, kali ini segalanya dihujani asap-asap kecil yang berjatuhan menyerupai salju. Wanita tabib berbicara lagi.

"Lalu kehadiran asing itu menghilang, dan Neverland dilanda musim dingin," jelas Tiger Lily.

Percikan api mucul sekali lagi, kali ini bagai bintang jatuh yang menuju ke arah hutan Neverland. Wanita tabib menjelaskan, sambil sekali lagi menoleh ke arah Wendy.

"Lalu si gadis datang," jelas Tiger Lily.

Kini semua wajah memandang Wendy. Sang Kepala Suku turut menoleh ke arahnya, dengan nada suara dalam dan santun ia melemparkan pertanyaan dalam bahasa suku yang tidak Wendy pahami.

Tiger Lily menerjemahkan, "Siapa yang membawamu kemari?"

Wendy memandang semua orang dan menjawab apa adanya, "Peter Pan."

Wanita tabib terkesiap. Ia menoleh ke arah Wendy dan Asap Astral bergantian. Ia lalu berbicara seraya menggoyangkan telunjuknya sembari menggeleng.

"Itu ... mustahil," terjemah Tiger Lily. "Bagaimana mustahilnya, Baba?" Kali ini Tiger Lily sendiri yang bertanya. Lalu ia meralat dengan bahasa sukunya sendiri.

Wanita tabib itu mengelilingi asap dan menggerak-gerakkan tangannya ke permukaannya, menimbulkan kibasan halus asap unggun nan magis itu. Ia berkata-kata seperti orang marah-marah untuk meyakinkan semua orang tentang apa yang terjadi sebenarnya.

Tiger Lily pun terlihat terkejut dan kebingungan. Ia kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke arah Wendy dan berkata, "Baba menjelaskan hal itu mustahil karena selama perjalananmu kemari, ia selalu bersemayam di pulau ini ... Peter Pan tak pernah pergi."

Wendy yang terkejut kali ini. "T-tapi ...."

"Kau lihat aura hijau kebiruan yang menyelimuti keseluruhan asap itu?" tunjuk Tiger Lily ke arah Asap Astral. "Jika ia tidak menghilang dari permukaan asap, itu artinya Peter Pan tidak pergi ke mana pun. Dan musim dingin selalu terjadi bila aura itu lepas. Permasalahannya, aura itu tetap ada dan musim dingin tidak berhenti. Jika bukan Peter Pan yang pergi, ini pasti menyangkut apa yang ada dalam dirinya. Jiwanya."

Tiba-tiba Asap Astral meledak dan mengejutkan semua anggota suku. Lalu Asap Astral pun lenyap.

***

Wonderland: Tales of The Eight PawnsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang