Hidup bagai lelucon. Ketika seseorang baru saja dinobatkan sebagai gadis terjelita satu negeri, esok harinya lenyap tanpa jejak, dan berakhir di hutan antah berantah sebagai mayat hidup yang buruk rupa. Meski ia masihlah Cinderella.
Perlu menyesuaikan diri ketika berada di tubuh mayat hidup. Cinderella harus terbiasa dengan luka-luka dan bau kurang sedap yang menguar darinya maupun Charles. Ia sudah bersiap akan terjangan aroma bangkai, namun nyatanya aroma mereka berdua tidak seburuk itu.
Berdampingan dengan Charles, Cinderella menyusuri hutan gelap negeri Sepatu Kaca. Suara burung hantu dan kepak kelelawar yang berkelebat sesekali membuat Cinderella berjengit-jengit terkejut di tengah obrolannya dengan kawan barunya itu.
"Jadi, Pangeran Charming sudah meminangmu malam itu?"
"Begitulah."
"Di depan kedua kakak dan ibu tirimu?"
Mengingat memori itu membuat Cinderella memejamkan mata, sakit dalam benaknya kembali terasa, senyata nyeri pada tikaman beling di jantungnya. "Baiklah, mari kita berhenti bicara soal itu. Sekarang giliranmu untuk bercerita, Charles. Aku perlu tahu sedikit kisahmu."
Charles tak begitu menghiraukan, ia justru teralih pada sesuatu di dada Cinderella. Tanpa sadar tangannya bergerak hampir menyentuh dada kiri gadis itu.
"Hei!" Cinderella menepis tangan Charles. "Apa-apaan kau?!"
"Ah, maaf. Bukan maksudku begitu, aku ... penasaran pada beling yang mencuat di dadamu itu," ujarnya. "Boleh kucabut?"
Mendengar pertanyaan Charles, Cinderella lantas teringat ucapan laki-laki itu ketika menunjukkan jari kelingkingnya yang putus. Tidak akan sakit. Karena ia seorang mayat hidup sekarang. "Mm, boleh. Tetapi, berhati-hatilah."
Charles menyentuh pecahan kaca itu hati-hati. Ketika ia coba mencabutnya, Cinderella meringis panik, oleh sebab kesakitan. Darah mengalir dari luka yang sedikit tersentuh itu. Charles melepas kedua tangannya dan menatap Cinderella bingung.
Cinderella memegangi beling di dadanya.
"Kau tak apa?" tanya Charles sedikit panik.
Cinderella meneguk liurnya beberapa saat, lalu membalas tatapan Charles. "Kau bilang, menjadi mayat hidup takkan lagi merasakan sakit. Barusan itu benar-benar sakit."
Charles tampak memindai Cinderella beberapa saat, lalu ia mengeluarkan sesuatu dari kantong celana sobeknya: belati.
"Tunggu, apa yang akan kau—"
Charles menggenggam lengan kiri Cinderella tanpa aba-aba, lalu menyayatkan belatinya ke kulit gadis itu. Cinderella kaget, matanya membulat, mulutnya menganga, hendak ditamparnya wajah Charles sebelum ia sadar bahwa ia sama sekali tidak merasakan apa-apa. Pandangannya beralih ke tangan pucatnya yang kini hanya menampakkan sayatan terbuka dengan darah beku di dalamnya.
"Apa-apaan?!" pekik Cinderella marah.
"Sakit?"
Cinderella menatap Charles antara kesal dan heran, tetapi ia menggeleng.
Charles menjetikkan jari—alih-alih jentikan yang terdengar, justru gelenyak kulit busuk—dan memberi kesimpulan, "Kau belum sepenuhnya mayat hidup, Cinderella."
Cinderella menunggu penjelasan selanjutnya.
"Ibu Tiri penyihir yang kau ceritakan tadi hanya mengutukmu, tidak membunuhmu. Ia menyihirmu menjadi mayat hidup dan membiarkan pecahan kaca itu tertancap di jantungmu. Dan kau tahu? Jantungmu masih berdetak—entah bagaimana. Jadi, kau masihlah manusia, Cinderella!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderland: Tales of The Eight Pawns
FantasyTidak semua kisah berjalan sederhana di Dunia Dongeng. Demi akhir bahagia selama-lamanya, aral dan bukit terjal perlu ditempuh. Terlebih ketika Sang Ratu dari negeri bawah tanah Wonderland memanggil delapan nama untuk dijadikan patung pion di halama...