Lembar Delapan

654 89 0
                                    

" Adek berangkatnya bareng kakak aja "
Bible sempat melirik Biu yang sedang memakan sarapannya. Namun sepertinya Biu tidak setuju dengan gagasan bundanya itu.

" Gak usah bun adek berangkatnya mau agak siangan kalo ikut kakak nanti kepagian di kelas masih sepi "

" Yaudah nanti bunda tambahin ongkosnya ya "
Bible hanya bisa menghela nafas. Sudah terhitung satu bulan Biu bersikap dingin padanya.

Sebenarnya dibilang dingin pun tidak, karena Biu selalu bertingkah seperti biasa di depan kedua orang tua mereka. Hanya saja saat berdua, jangankan bicara-- melihat Bible pun sepertinya tidak mau.

Awalnya Bible pikir itu sangat kekanakan. Tapi lama kelamaan Bible menyadari bahwa adiknya itu benar-benar marah.

Dan Bible tidak pernah tahu jika Biu melampiaskan rasa marahnya dengan diam.

Di sekolah pun tidak jauh berbeda. Setiap kali mereka berpapasan, Biu tidak pernah lagi menyapanya. Bahkan saat Bible memanggilnya pun Biu hanya sedikit tersenyum lalu mengangguk. Seperti bagian dari ramah tamah saja.

Keadaan ini jelas sangat buruk karena selama lima belas tahun terakhir Bible tidak pernah bertengkar hebat dengan Biu. Ini pun sebenarnya tidak bisa dibilang bertengkar hebat karena Biu bersikap seolah tidak terjadi apa-apa.

Tapi rasa-rasanya...
Seperti, Bible telah kehilangan Biu.

Tunggu, mengapa hanya Bible yang gila disini?
Mengapa hanya Bible yang sibuk memikirkan bagaimana cara agar bisa berbaikan? Sedangkan adiknya itu malah asyik bermain dan bercanda dengan teman-temannya.

" Halahh gak tau lah punya adek satu aja bikin pusing "
Bible tidak mau memperpanjang pikirannya. Ia sudah cukup lelah dengan kehidupan sekolah jadi mari singkirkan pikiran tentang Biu untuk sementara.

Sepulang sekolah Bible pergi menuju kelas kekasihnya. Namun begitu ia sampai, gadis itu tidak berada disana. Kursinya pun kosong. Beberapa teman berkata kekasihnya itu sudah pulang padahal Bible ingat betul mereka sudah membuat janji pulang bersama.

" Harus gua chat gak sih? Kan udah janjian "
Bible memegangi ponselnya dengan wajah agak resah. Haruskah ia menghubungi kekasihnya? Tapi Bible pikir untuk apa? Toh kekasihnya itu sudah pulang.

" Kelas gua bubarnya kelamaan kali ya? Yaudahlah "
Bible memilih untuk menghubungi kekasihnya nanti saja jika sudah sampai di rumah.

Begitu sampai rumah Bible mendapat sapaan dari beberapa teman bertubuh kecil yang terlihat sepantaran dengan Biu.

" Lagi pada belajar ya? "
Oh ayolah, sebagai tuan rumah Bible harus terlihat ramah.

" Iya kak "
Jawab beberapa anak terdengar kompak. Bible hanya tersenyum lalu berjalan cepat-cepat menuju kamarnya.

Saat melewati ruang tengah ia berpapasan dengan Biu yang sedang membawa sebuah nampan berisi minuman dingin.

" Sini kakak bantuin "

" Gausah gapapa kak "
Lagi dan lagi, Biu menghindari Bible bahkan hanya untuk sebuah pertolongan kecil pun Biu tidak mau.

" Bunda mana? "

" Dapur "

" Anjir kalah kulkas dua pintu sama kamu dek "
Lirih Bible sangat pelan.

Sudahlah, Bible menyerah. Ia tidak akan berusaha berbaikan dengan Biu lagi. Bible pikir dirinya dan Biu kan saudara, mereka tidak akan bertengkar selamanya.

" Bun "

" Iya kak, udah pulang? Laper gak? Makan sini "
Bible langsung duduk dan mengambil cemilan yang sudah bundanya masukkan ke dalam wadah.

ComplicatedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang