Complicated

Lembar Dua Puluh Delapan

" Gua jadian sama kak Mile "

" Hah? "

" Iya semalem dia nembak gua "

" Maksud-- gimana gimana? "

" Lo budek apa gimana anjing! MILE NEMBAK GUA PAS LAGI KOBAM TERUS GUA TERIMA SETAN! "

" GUA DENGER BAJINGAN--- humph! "

" Hallo? Biu? Lo keselek apaan itu? "

Sambungan telfon terputus.

Bajingan Bible. Kakaknya itu menjejalkan dua jari besar ke dalam mulut Biu.

" Ssttt masih pagi jangan teriak "
Lengan melingkari tubuhnya dan Biu hanya bisa mendengus sebal sembari memijit pelipisnya. Pening sekali dan dimana ini? Tempat ini tidak terlihat seperti kamarnya maupun kamar Bible.

" Hotel "
Jawab Bible singkat seolah tahu apa yang ada di benak adiknya itu.

" H-hotel? Kok bisa?! Kenapa kita gak pulang semalem? Ayah sama bunda-- "

" Kakak udah minta izin. Bilangnya nginep di rumah Jeff,  party kelulusan? Yaa semacem itu lah "

" Terus ayah sama bunda percaya gitu?? "
Bible mengangguk meski ia sendiri tidak yakin.

" Harusnya kita pulang aja meski udah kelewat malem "

" Kamu mau kita berdua digantung? Kamu kan ikutan minum sama Apo Mile abis bubaran panitia "

" Anjing... "
Kali ini Biu tidak percaya dengan tingkah lakunya sendiri.

" Udah kakak larang tapi malah dipukul "

" Biu mukul kak Baiben? Serius?! Dimana? Apanya? Sakit gak? "

" Sakitnya gak seberapa Biu tapi malu nya "
Biu refleks mengerutkan keningnya. Memangnya bagian tubuh mana yang Biu pukul hingga Bible merasa malu begitu?

" Emangnya-- "

" Penis "
Mati saja.

" Mana di depan temen temen kakak hadeuuhh kalo bukan adek udah kakak tinggal kamu sayang "

Entah bagaimana Biu merasa kedua matanya mulai panas. Fakta bahwa ia terbangun dalam keadaan telanjang di kamar hotel bersama sang kakak yang sama bugilnya. Sudah bisa dipastikan terjadi perang antar saudara semalam. Ditambah lagi bau alkohol yang meskipun samar membuat kepala Biu seakan berputar. Ia merasa sangat kotor.

" Hey, kamu nangis? "

" Gak "
Biu berusaha bangkit meski selangkangannya kaku dan memaksa berjalan ke kamar mandi. Ia menangis di dalam sana memandangi tubuhnya yang memerah di beberapa titik. Puncak dari semua rasa malu ini adalah kenyataan bahwa Biu memukul organ intim kakaknya sendiri di depan umum.

Huh! Mengapa Biu melakukan semua itu? Buat malu saja.

" Hiks apa oplas aja gua ya? Malu banget ya ampun "
Biu memukul kepalanya berkali-kali merutuki semua yang sudah terjadi.

" Biu kakak masuk ya "
Sial Biu lupa mengunci pintu.

" Udah nangisnya "

" Ayo pulang "
Ujar Biu sembari mengelap air matanya.

" Iya mandi dulu yuk "

" Kak, kalo bunda marah gimana? "

" Gak lah kan kakak udah izin "

" Feeling Biu bunda bakalan marah "
Bible mengabaikan peringatan kecil dari adiknya itu. Toh semalam ia mendengar dengan telinganya sendiri bahwa bunda sudah mengizinkan jadi tidak ada alasan untuk khawatir bukan?