8

1K 64 0
                                    

Pernikahan Yui bersama pasangannya dilakukan di tempat terbuka samping halaman gereja pada awal musim panas. Pada tanggal pernikahan, mereka sudah memperkirakan bahwa hujan tidak akan datang. Awalnya langit begitu cerah, namun di pertengahan acara hujan tiba-tiba turun dengan deras. Para tamu undangan berlarian ke tepian gereja. Properti, makanan, dan kue pernikahan diguyur hujan. Yui dan pasangan hidupnya terpaksa turun dari pelaminan dan berniat masuk ke dalam gereja.

Tetapi dengan rasa usil, Yui menarik pasangannya itu membuat mereka berhenti di tengah-tengah halaman dan diguyur hujan sampai make up mereka agak luntur dan dress mereka basah kuyup.

"Apa yang kau lakukan, Yui? Ayo cepat masuk ke dalam." Pasangannya itu hendak membawa Yui masuk ke gereja, tapi sekali lagi Yui memahannya dengan kekehan.

"Ayo menari. Ini sudah waktunya sesi menari." Ajak Yui.

"Di sini?" Heran pasangannya. "Kita menari di dalam gereja saja. Kau bisa sakit kalau lama-lama diguyur hujan."

"Bukankah lebih menyenangkan bila menari di bawah hujan? Well, lebih romantis." Balasnya, kemudian Yui menarik pasangannya lebih dekat. "Ayolah, kita buat pernikahan kita lebih berkesan. Hujan bukan bencana untuk acara pernikahan kita."

Menarik senyum, pasangannya itu pun menuruti kemauan Yui. Mereka mulai berdansa dengan pengetahuan yang ala kadarnya, sisanya mereka menari sesuka hati. Mereka tertawa-tawa.

Para tamu yang sebelumnya merasa kesal dengan perubahan cuaca yang tiba-tiba di acara pernikahan dengan tempat terbuka ini seketika terhibur dan sebagian dari mereka ikut menari di bawah guyuran hujan.

Acara pernikahan mereka hari itu sangat berkesan. Baik dari keduanya, maupun para tamu yang hadir hingga tidak bisa dilupakan.

Walau begitu, malamnya Yui terkena demam parah.

Selama merasa meriang, pasangannya itu terus berada di sampingnya, mengusap-usap kedua tangannya untuk terus dihangatkan.

Sayangnya, setahun terakhir ini ia tidak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu selama ia demam. Yui terkadang harus mengurus dirinya sendiri yang sakit meski ia sudah memberitahu pasangannya kalau ia sakit dan memintanya segera pulang. Pasangannya itu malah pulang di saat ia merasa sudah baikan.

Ia merindukan semua itu.

.

Saat membuka matanya di pagi hari, ia melihat wajah Karin yang terlelap di sampingnya. Napas wanita itu tampak teratur. Tangannya yang terletak di antara mereka masih digenggam Karin.

Yui merasa cukup terkejut. Setelah ia menarik Karin untuk tetap mengusap tangannya yang dingin tadi malam, ia tak menyangka kalau Karin bisa tertidur di sampingnya.

Pantas saja ia merasa hangat semalaman.

Karin bergerak. Ia membuka matanya, mengerjap dengan perlahan. Ia memandang Yui dengan wajah mengantuk.

"Pagi..." sapanya dengan suara serak dan lemah. Nyawanya pasti belum sepenuhnya terkumpul.

Yui tak bisa menyahut karena masih merasa terkejut.

Karin pun melepaskan tangan mereka. Ia duduk di kasur, kemudian menyentuh dahi Yui.

"Tidak sepanas tadi malam." Katanya. "Kalau masih parah, aku berencana akan membawamu ke klinik terdekat. Di sini sulit kalau mau memanggil dokter. Tapi sebaiknya kita pergi ke klinik kan? Takutnya demammu kembali parah."

"Tidak usah repot-repot." Balas Yui. "Aku tinggal minum paracetamol dan beristirahat seharian."

Karin menatapnya. Yui mengulas senyum.

ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang