30

660 55 0
                                    

Musim panas tahun ini ia kembali mengikuti perkumpulan pecinta pendaki. Bila musim panas sebelumnya mereka mendaki gunung Fuji, kali ini mereka akan mendaki salah satu gunung di Hokkaido, yaitu gunung Poromoi. Gunung itu terhubung ke semenanjung Shiretoko meski perjalanannya dapat memakan waktu hingga lebih dari 17 jam.

Mereka memulai pendakian sekitar pukul 4 pagi. Melakukan 3 kali peristirahatan. Saat hari gelap, mereka akan menginap di tengah-tengah hutan dekat dengan mata air. Lalu setelah matahari terbit mereka melanjutkan pendakian mereka menuju semenanjung.

"Kau kelihatan bersemangat sekali, Kobayashi-san."

Mendengar seseorang di belakangnya berbicara, Yui terkekeh sembari menoleh ke belakang. Wanita berkulit putih yang kini agak memerah dan berambut ekor kuda dengan poni rapi terlihat terengah-tengah karena medan di hutan semakin menanjak.

"Kita sebentar lagi sampai kan? Dan lagipula ada yang ingin aku lihat di ujung semenanjung Shiretoko."

"Aku merasa kita tidak akan pernah sampai." Keluh wanita itu yang kali pertamanya mengikuti perkumpulan pecinta pendaki. "Apa? Pasti air terjun panas atau mercusuar kan?" Tebak wanita itu. "Semua orang di rombongan ini selalu membicarakan itu."

"Itu pasti sih ... Tapi dari semua itu, hanya ada satu yang benar-benar ingin kulihat."

Wanita bernama Nagisa itu memiringkan kepalanya. Sangat penasaran.

"Bunga lobak kuning."

Kening Nagisa mengkerut bingung sebelum mengeluarkan suara kecewa, "Eh ... padahal tidak perlu repot-repot mendaki gunung ini hanya untuk melihat itu. Di belakang rumah nenekku juga ada."

Yui tertawa dan kembali fokus mendaki.

"Sebentar lagi kita akan sampai." Seru sang pemimpin pendaki.

Pandangannya pun fokus ke depan. Seberkas cahaya dari balik pepohonan lebat semakin didekat semakin menyilaukan. Lalu saat rombongannya berhasil melewati batas hutan dan ujung tebing barulah ia bisa melihat langit berwarna biru cerah yang menyatu dengan laut biru berkilauan. Suara deburan ombak menghempas tebing memenuhi gendang telingnya.

Tanjung Shiretoko.

Yui merasa lega hingga rasa lelah pendakian seharian meluntur seketika pada tubuhnya. Ia menghirup aroma segar laut musim panas yang tidak akan pernah ia rasakan di Tokyo dan menghembuskannya dengan senyuman secerah matahari yang menggantung di langit.

Para rombongan segera berjalan menuju mercusuar dan mengelilingi pagar pembatas untuk berfoto bersama pemandangan yang indah. Tetapi Yui melewati mercusuar itu dan menuruni tanah berumput itu.

Sesaat ia berhenti, matanya melebar karena takjub menyaksikan hamparan bunga lobak kuning. Di sisi lain bibir pantai terlihat jelas.

"Uwaaah! Pantas saja kau ingin melihat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Uwaaah! Pantas saja kau ingin melihat ini." Seru seseorang di belakangnya. Ternyata Nagisa menyusulnya dan kini sudah berdiri di samping Yui dengan wajah takjub juga. "Ini sangat indah!"

ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang