Semakin lama mereka mendaki, medan yang mereka lalui semakin sulit. Tanah semakin terjal dan bebatuan tertutup es terasa licin. Meski ada tali yang membantu mereka memanjat, Yui hampir saja terpeleset.
Dengan jantung yang berdegup tak keruan, ia bersyukur kalau ia tidak benar-benar terjatuh dan terguling-guling di bebatuan berselimutkan salju. Ia tidak mau dipulangkan ke Tokyo setelah menjadi mayat.
Gara-gara itu, Karin menjadi berada di belakangnya. Seakan melindungi Yui bila sesuatu terjadi.
Setelah dua jam setengah mendaki, mereka berhenti di tempat peristirahatan. Mereka menegak air dari botol minum masing-masing, ada yang makan cemilan dan pergi membuang air kecil.
"Kalian menginap di mana?" Tanya Yui kepada Rei penasaran. "Kalian datang ke sini saat badai salju juga?"
"Kami menginap di kaki gunung." Jawab Rei. "Aku sendiri datang kemarin sore. Kalau yang lainnya datang sehari setelah Karin tiba di sini. Katanya mereka mau menginap di penginapan yang ditempati Karin, tetapi karena agak jauh dari tempat pendakian dan Karin sulit dihubungi mereka memilih penginapan di kaki gunung. Untungnya tidak ramai. Kalau mendaki di musim panas dan musim gugur, penginapan di kaki bukit selalu penuh."
Yui membulatkan mulutnya. Ia meluruskan kedua kakinya yang sempat terasa sengal akibat terus berjalan. Pandangannya tak sengaja menangkap sosok Karin yang sedang berbicara dengan Ten. Mereka sesekali tertawa saat berbicara.
"Mereka dekat ya?" Kata Yui.
Rei mengangguk. "Mereka satu kampung halaman, Osaka. Itulah kenapa mereka sangat akrab."
"Pantas saja." Gumam Yui.
Usai beristirahat lima belas menit, mereka kembali mendaki. Udara semakin susah dihirup karena mereka telah mendaki cukup tinggi. Awan-awan seakan sejajar dengan mereka.
"Kau kenapa? Sesak?" Karin memiringkan kepalanya, memandang Yui yang dadanya turun-naik dengan mulut yang terus menarik udara.
Yui mengangguk dengan tak enak hati.
"Pelan-pelan saja jalannya. Atau kau mau istirahat sebentar dan minum?"
"Tapi yang lain gimana?"
"Biarkan saja mereka duluan."
Mereka pun berhenti.
"Atur napasmu dulu." Kata Karin, kemudian memberikan termos berisi air hangat dari dalam ranselnya. "Minumlah."
Sementara Karin berjongkok di hadapannya, Yui duduk di atas tumpukan salju sembari mengatur napasnya yang sempat tak beraturan. Wajahnya terasa panas dan memerah. Ia menegak air tersebut.
Setelah istirahat beberapa menit Yui menerima uluran tangan Karin dan ia pun bangkit. Mereka kembali mendaki. Karin setia berada di sampingnya. Yang lainnya tampak jauh dari mereka.
"Maaf, aku menghambatmu." Sesal Yui.
"Tidak apa-apa." Sahut Karin santai. "Kita sebentar lagi sampai. Ayo semangatlah!"
Tepukan dari Karin pada punggungnya membuat Yui jadi semangat kembali. Meski kakinya terasa berat dan pipinya panas mengalahkan cuaca dingin saat ini Yui tetap mendaki demi menuju puncak.
Setelah lima jam mendaki sampailah mereka di puncak. Ten yang lebih dulu sampai sudah menjatuhkan tubuhnya di atas tumpukan salju dan menggerak-gerakkan tungkainya hingga ia hampir tenggelam di atas salju. Yang lainnya sudah berdiri di tepian menikmati pemandangan putih dari pegunungan lain dan dataran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold
FanfictionBerniat menenangkan diri dari masalah rumah tangganya dengan berlibur ke pelosok Hokkaido, Yui harus satu kamar penginapan dengan seorang wanita dingin dan menyebalkan bernama Karin. Walau begitu sosok Karin mampu mengalihkan masalahnya. Warning :...