19

604 41 0
                                    

Sejak sekolah, Risa selalu menjadi sosok yang tekun. Ia selalu mengerjakan sesuatu dengan benar dan tepat meski akan menyita waktu istirahat, waktu makan, dan waktu bersantainya.

Seperti saat ia menjadi pegawai di perusahaan nomor satu yang memproduksi mi instan di Jepang. Berada di divisi produksi, Risa dan yang lainnya akan mengembangkan suatu mi dengan bumbu terbaru. Proses mengembangkannya juga tidak cepat. Pertama mereka harus rapat, saling bertukar ide. Misalnya bumbu mi nya ingin masakan di suatu daerah, mereka harus pergi ke daerah tersebut untuk pengecekan setiap masakan di sana yang cocok dibuat mi instan. Kemudian mereka meracik rasa masakan tersebut menjadi sebuah bumbu yang dapat dipadukan dengan mi perusahaan mereka.

Meracik sebuah makanan menjadi sebungkus mi instan juga tidak mudah dan sering gagal. Gara-gara ini Risa sering pulang hingga tengah malam dari kantor karena harus mendapatkan rasa yang pas di lidahnya. Pegawai yang satu divisi dengannya bahkan tidak akan pulang kerja selarut itu dan akan berkata padanya, "Kan masih ada hari besok, Watanabe-san." Tetapi Risa akan lebih puas bila ia mendapatkannya segera daripada menunggu hari esok hingga tidurnya terganggu.

Di tahun keduanya bekerja, lambungnya sempat luka karena terlalu banyak mengkonsumsi mi instan percobaannya. Risa juga sempat merasa tertekan saat sang dokter berpesan agar ia lebih sering beristirahat bila tidak mau lambungnya hilang dan ia terpaksa pulang lebih awal dari yang lainnya yang biasanya pulang hingga jam 9 malam.

Akan tetapi, dedikasinya terhadap perusahaan membuatnya tetap bekerja lebih keras dari sebelumnya setelah ia menemukan cara agar lambungnya tidak rusak lagi.

Gara-gara dedikasinya bukan main-main, petinggi perusahaan senang padanya dan Risa dengan cepat menjabat sebagai Manajer Divisi Produksi daripada yang lainnya. Saat itu umurnya 26 tahun. Di saat itu juga Moriya Rena, juga ditunjuk sebagai asistennya agar pekerjaan Risa tidak kewalahan.

Rena sendiri juga pegawai yang tekun. Ditambah dia supel. Jadi bila mereka melakukan perjalanan bisnis, Rena yang akan berbicara dan orang-orang yang mereka temui tampak lebih santai saat berhadapan dengan sosok seperti Rena. Di sisi lain Risa bersyukur bahwa Rena yang menjadi asistennya. Wanita itu juga selalu menemaninya di lab meski telah larut malam demi meracik bumbu dan punya lidah yang tepat saat mengoreksi rasa hingga Risa tidak perlu mengulang banyak kegagalan.

Dibilang senang, Risa merasa tenang bila berlama-lama bersama Rena. Juniornya itu juga tahu mencari topik obrolan yang menyenangkan atau bertingkah aneh sampai mengundang tawa Risa.

Karena sering menghabiskan waktunya di kantor daripada di rumah, Risa sering berpikir tidak ingin pulang ke rumah. Padahal ia telah menikah dan ada pasangannya yang menunggu di rumah. Ia juga sering mengabaikan pesan pasangannya saat ditanyai kapan pulang. Kalau pasangannya bertanya kenapa telepon dan pesannya diabaikan, Risa akan bilang tidak bisa menggunakan ponsel saat di lab.

Padahal saat berpacaran, apalagi saat awal-awal menikah, Risa selalu ingin bertemu Yui segera mungkin dan cepat-cepat menjejakan kaki di rumah mereka. Tetapi Risa merasa semua itu terasa hambar saat masuk ke tahun pernikahan mereka yang ke-3.

Bekerja pun rasanya mulai hambar. Ia seakan mengulangi sesuatu yang sama tanpa tujuan apa-apa lagi.

Suatu hari saat acara minum-minum di izakaya bersama para pegawai dan atasannya, Risa kebanyakan minum hingga mabuk berat.

"Watanabe-san, kalau aku hubungi istrimu untuk menjemputmu tidak apa-apa kan? Sini ponselmu biar aku yang telepon." Tawar Rena, berusaha membantunya.

"Tidak ... jangan ... Bisa-bisa Yui menyemprotku lagi kalau aku pulang dalam keadaan mabuk begini ..." Tolak Risa. "Dia pasti mengomeliku dengan kata 'Dasar Budak Korporat yang hanya manut-manut saja bila disuruh minum banyak sama atasannya. Tidur di luar ya, aku tak mau satu ranjang dengan Nyonya Bau Bir!' ... Aku tak mau mendengarnya mengomel ... Moriya-san pasti tidak pernah diomeli sama orang Saitama kan? Orang Saitama omongannya pedas loh."

ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang