22

606 39 2
                                    

"Ikannya gosong."

"Go-gosong?"

Yui menunduk, kelabakan membalikkan ikan yang ia panggang. Sisi satunya sudah menghitam. Udara di sekitarnya dipenuhi aroma pahit. Ia buru-buru mematikan kompor, mengambil piring, memindahkan dua ikan bakar ke piring, lalu meletakkannya di atas meja makan.

Risa turut selesai memindahkan sup miso ke dalam dua mangkuk dan meletakkannya di atas meja makan.

Mereka pun duduk berhadapan.

"Sepertinya ikannya tidak bisa dimakan." Gumam Yui merasa kesal sambil menyumpit bagian gosong pada ikan. "Aku harus masak ulang."

"Bisa. Kan tinggal dibuang bagian gosongnya." Ujar Risa tanpa dipinta, lalu melepaskan bagian hitam yang hanya kulit ikan saja yang gosong, kemudian menyisihkannya di tepi piring.

Yui hanya mengamati Risa yang juga menyingkirkan bagian gosong ikan pada ikannya.

Ia diam-diam mendengus. Kenapa ia bisa termenung selama itu sambil memanggang ikan? Hanya gara-gara memikirkan ucapan Risa yang sedang mabuk tadi malam.

Ia yakin yang tadi malam itu hanya omong kosong saja! Ia tak boleh merasa simpati dengan wanita di hadapannya ini.

Tapi ... tapi bagaimana jika semua itu benar? Bagaimana bila selama ini Risa tidak seburuk yang ia pikirkan?

Tadi malam setelah kejadian itu Risa pergi mandi lebih lama dari biasanya. Sementara Yui segera masuk ke dalam kamar dan meringkuk di dalam selimut. Ia juga mematikan lampu kamar tanpa menghidupkan lampu tidur. Ia berusaha memejamkan matanya tetapi ia masih merasa syok sehingga tidak bisa terlelap cepat.

Sewaktu pintu kamar dibuka. Jantung Yui hampir melompat dari tempatnya. Ujung jemarinya terasa sejuk. Ia takut Risa menyerangnya lagi. Tetapi setelah mengambil pakaian tidurnya di dalam lemari dalam kegelapan ia keluar dari kamar.

Yui yang penasaran pun keluar dari kamar. Ternyata Risa sudah terlelap di sofa tanpa bantal. Saat ia dekati, wajah tertidur Risa tampak keletihan.

Kasihan sekali.

Setelah sarapan, mereka pun akan berangkat kerja dengan mobil masing-masing. Yui tak jadi menarik pintu mobil saat Risa memanggilnya.

"Yui?"

Yui menoleh ke belakang.

"Yang tadi malam ... maaf ya." Sesal Risa.

Yui menatapnya agak lama. Wajah Risa tidak pernah seperti orang memelas, tetapi wajah tegasnya itu memantik rasa empati Yui.

Yui bakal merasa bersalah jika dia tidak memaafkan pasangan hidupnya itu. Tapi Yui juga ogah berkata "iya, aku memaafkan kok", apalagi berkata "iya, maafkan aku juga."

"Nanti sepulang kerja kau yang berbelanja bahan untuk makan malam ya?" Pinta Yui. Anggap saja ia sedang menerima permintaan maaf wanita itu.

"Ah ... itu ..." Risa tampak ragu.

"Kenapa? Kau pulangnya lama lagi?"

Risa diam sejenak, tetapi senyuman lembut segera terbit.

"Oke ... aku akan berbelanja. Aku mungkin sampai rumah sekitar jam tutup salonmu."

"Un ... " Yui pun masuk ke dalam mobilnya.

.


Seharian ini ia terjebak dalam kebingungan, kesal, dan rasa bersalah gara-gara memikirkan hubungannya bersama Risa.

Risa sampai di rumah lebih dulu dari Yui. Wanita itu sibuk mengeluarkan bahan makanan dari dalam kantong plastik. Yui yang telah masuk ke dapur melihat dua pak mi instan dari perusahaan Risa. Sepertinya itu mie instan keluaran terbaru.

ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang