15

796 43 1
                                    

Berendam air hangat di bathtub sambil menyesap wine dari stem glass yang diangkat di depan bibirnya, pandangan melamunnya sejak tadi terlontar ke luar jendela kaca dengan pemandangan gemerlap kota di malam hari.

Apa yang sedang Yui lakukan?

Pertanyaan itu menghantui benak Karin.

Bahkan aroma peony dari Yui tidak bisa ia lupakan. Seakan sekarang pun masih menusuk penciumannya.

Ia tak menyangka pada dirinya sendiri yang telah lama tidak merasakan rindu sedalam ini pada seseorang karena ia menyukainya...

Kesan pertama Yui saat mereka bertemu di lobi adalah judes dan tak sabaran. Tapi beberapa jam terjebak di sebuah kamar penginapan dengannya, wanita itu bisa bersikap lugu hingga Karin diam-diam merasa gemas. Jangan lupakan pula wajah lonjong Yui dengan pipi sedikit berisi dan mata bulatnya dihiasi bulu mata panjang menjadikan kecantikan wanita itu sangat menarik di mata Karin.

Tapi daripada semua itu, tingkah bawelnya tidak akan pernah Karin lupakan. Rasanya ingin terus mendengar wanita itu mengoceh dan mengatainya tanpa henti.

Sudut bibir Karin tanpa sadar tersungging dan pipinya menghangat.

"Sayang," panggil seseorang.

Karin mengangkat pandangan. Wanita berambut sebahu kecokelatan tanpa poni itu duduk di tepian. Hikari masih mengenakan gaun hitam bermotif bunga-bunga yang sejak pagi ia kenakan. Wanita ini pasti baru pulang dari kesibukannya mengurus toko busananya.

"Sepertinya suasana hatimu sedang baik ya?" Tanya Hikari meneliti setiap sudut wajah Karin.

"Ya. Kau benar." Karin kembali meminum winenya dan memalingkan wajah ke jendela.

"Sesuatu terjadi?"

"Bukan hal yang penting."

"Kau membuatku sedikit cemas."

"Tidak apa-apa. Anggur yang kau bawa dari Prancis ini ternyata sangat enak. Hanya itu." Bohong Karin.

Hikari mengambil gelas dari tangan Karin, ia menyesap wine tersebut untuk membuktikan ucapan Karin. Sebenarnya ia tahu rasanya karena ia yang membeli wine itu saat melakukan perjalanan bisnis ke Prancis. Memang enak, tapi itu bukan alasan Karin bisa tersenyum dengan pipi bersemu begitu.

Mabuk? Atau...

"Ke mana seharian ini kau pergi? Ini hari libur studiomu kan?"

"Waktunya Polwan Endo menginterogasiku." Kekeh Karin bermaksud menyinggung.

"Hei, bukan begitu." Hikari menghela napas pasrah. "Kau mabuk kan? Tidak baik berendam air panas sambil minum alkohol."

"Aku sudah melakukannya beberapa kali dan aku baik-baik saja."

"Aku harus bergabung denganmu."

"Silakan."

Setelah menanggalkan seluruh pakaiannya, Hikari masuk ke dalam bak mandi. Mereka saling berhadapan. Di atas payudara Hikari juga ada tato bertuliskan Karin. Sama seperti milik Karin yang bertuliskan Hikari. Mereka membuat tato itu sekitar dua tahun lalu agar wanita-wanita yang ingin tidur dengan Karin segera enggan karena Karin memiliki seseorang. Meski sempat tidak berhasil, sekarang ia tidak perlu memusingkan itu karena mereka akan segera menikah.

Hikari mendekat, memeluk tubuh Karin dan menyandarkan sisi kepalanya di dada tunangannya itu.

"Besok jadwal kita mencoba contoh makanan untuk pesta pernikahan kita." Ujar Hikari mengingatkan. "Lalu pulangnya kita bisa mencoba gaun pernikahan kita yang telah selesai kurancang."

ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang