"Permisi..."
Yui memberi salam dengan canggung saat masuk ke dalam kamar. Ia menyimpan butsnya di dalam lemari sepatu dan menggantungkan mantelnya di pengaet yang menempel di dinding.
Tanpa bersuara, Fujiyoshi hanya melangkah masuk dan duduk di lantai dengan kedua kaki masuk ke dalam kotatsu. Di atas kotatsu ada laptop yang menyala. Ia memeriksa ponselnya, lalu menghela napas panjang dengan berbaring di lantai.
Yui sendiri merasa bingung. Tidak apa-apakah melakukan sesuka hatinya di kamar ini tanpa diberi izin oleh sang pemilik?
Ah, masa bodoh! Sejak awal ini kan memang kamarnya.
Pandangan Yui mengedar ke sekitar. Penginapan ini benar-benar seperti apa yang ia lihat di internet. Semuanya berdominan warna cokelat-putih-krim dengan beberapa dinding dilapisi kayu. Fasilitasnya juga lengkap. Dan jangan lupakan ada perapian di ruang TV dan pemandian air panas di halaman belakang.
Daripada disebut kamar penginapan, ini benar-benar seperti rumah mini yang akan dibangun di tengah-tengah hutan.
Sial sekali, kenapa penginapan yang ia pesan ini malah diambil orang lain?
Puas melihat-lihat, ia mendorong kopernya ke kamar yang tak memiliki pintu. Mengemas barang-barangnya ke dalam lemari yang hampir setengah telah diisi dengan barang-barang Fujiyoshi. Ia sebenarnya malas bila harus bolak-balik membongkar kopernya. Lagipula ia tak tahu sampai kapan badai salju segera berhenti atau salah satu kamar di penginapan ini kosong.
Selama asyik berkemas, Fujiyoshi berdehem.
Ia melirik sebentar dengan raut masa bodoh. Wanita itu tampak jengkel.
"Kenapa? Tak terima?" Yui seakan menantangnya. "Kamar ini seharusnya aku yang sewa. Ingat itu!"
"Setidaknya izin dulu." Sindir Fujiyoshi. "Benar-benar tidak sopan dan tak tahu diri."
Yui tersenyum meski merasa tersinggung.
"Ya, maaf bila aku lancang." Ucap Yui dengan berat hati. "Jadi aku boleh memakai fasilitas di sini?"
Karin tak menyahut. Malah mengambil remote dan menghidupkan TV.
Yui berdecak sebal dan berdumel. "Padahal sendirinya tidak sopan karena tak mau menjawab omongan orang."
Perjalanan panjangnya untuk sampai kemari ternyata menguras tenaganya hingga ia kelelahan, Yui pun menjatuhkan punggungnya di salah satu kasur.
"Hei! Itu kasurku!"
Mata Yui yang sebenarnya sudah terpejam terpaksa terbuka lebar mendengar seruan Fujiyoshi. Wanita tinggi itu sampai harus berdiri keluar dari kotatsu dan mendekati Yui.
"Kau harus tidur di kasur sebelah kiri. Jangan yang sebelah kanan."
"Memangnya kenapa? Perasaan sama saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold
FanfictionBerniat menenangkan diri dari masalah rumah tangganya dengan berlibur ke pelosok Hokkaido, Yui harus satu kamar penginapan dengan seorang wanita dingin dan menyebalkan bernama Karin. Walau begitu sosok Karin mampu mengalihkan masalahnya. Warning :...