Membuka matanya, Yui memundurkan kepalanya dari dada seseorang.
Sedikit menaikkan kepalanya di bantal dengan melonggarkan pelukannya, ia memandang wajah tertidur Karin.
Tangan Yui terangkat, menggeser sedikit rambut wanita itu yang menutupi matanya. Dengan napas yang beraturan Karin seperti bayi yang tertidur. Tampak damai dan menenangkan.
Senyum Yui tersungging. Kedua tangan Karin masih senantiasa melingkar di tubuhnya. Pantas saja semalaman ia merasa hangat meski salju kembali turun.
Tak lama mata Karin mengkerut, begitu juga dengan hidungnya. Ia sedikit menggeliat, lalu membuka matanya dengan perlahan.
"Aku mengganggu tidurmu?" Tanya Yui.
Karin yang nyawanya belum sepenuhnya terkumpul hanya menggeleng kecil dengan seulas senyum.
"Pagi." Ucap Karin, suaranya terdengar serak khas bangun tidur.
"Pagi." Balas Yui.
Saat mereka saling bertatapan dengan wajah sama-sama mengantuk, Yui merasa semua itu menenangkan. Rasanya ia masih ingin berlama-lama di tempat tidur dengan wanita ini.
"Sekarang sudah tak masalah tidur di kasur ini?" Tanya Yui.
Karin menggeleng dengan mata mengerjap.
"Aku hanya perlu menghadapmu sehingga cahaya matahari yang menyelinap dari gorden jendela tidak mengenai wajahku."
"Bagaimana dengan tembok yang seharusnya ada di sebelah kiri saat kau tertidur? Itu tidak lazim untukmu."
Karin terkekeh. "Asal ada kau saja di sampingku, aku tak masalah."
Tak lama, Karin bergerak. Berpindah ke atas tubuh Yui dengan kedua siku berada di sisi kepala Yui guna menahan tubuhnya. Yui pun terlentang. Karin sekali lagi tersenyum, jemarinya menyusuri rambut cokelat yang diberi highlight itu.
"Rambutmu benar-benar halus." Pujinya, kembali menyisir rambut Yui. "Aku menyukainya."
Yui tersenyum dengan pipi memerah. Lalu ia memejamkan matanya saat Karin mengecup keningnya, lalu turun ke hidung, pipi, dan berakhir melumat lembut bibirnya.
Saat mereka memberi jarak, mereka terkekeh.
"Rasanya ingin mengulangi yang tadi malam." Kata Karin yang kembali mencium Yui.
Dengan kekehan, tangan Yui menahan wajah Karin saat ciuman berikutnya hendak diluncurkan.
"Kita bisa melakukannya lagi nanti." Sahut Yui. "Aku lapar."
"Lapar? Aku akan membuatkan sesuatu untukmu." Ujar Karin, dengan sigap menarik tubuhnya dan beranjak dari ranjang. "Tapi aku harus membersihkan diri. Ayo sikat gigi bersama."
Karena saat ini hanya mengenakan pakaian tipis, mereka melapisinya lagi dengan pakaian yang lebih tebal. Setelahnya mereka masuk ke kamar mandi. Mencuci wajah dan menggosok gigi bersama di wastafel.
"Hei, aku ingin sarapan yang sederhana saja." Pinta Yui yang menurut pergerakan Karin di dapur, wanita itu akan membuat sarapan ala Jepang seperti biasanya. "Roti dengan lelehan mentega dan telur mata sapi dengan kematangan sempurna ... kalau ada sosis jauh lebih baik."
"Oke." Karin mengecek kulkas. "Oh sosisnya ada." Katanya, mengeluarkan sebungkus sosis.
Selama melihat Karin menyiapkan makanan Yui membuka suaranya sembari menelisik bahan-bahan makanan di meja konter.
"Bahan makanannya sudah tersedia di sini ya? Mereka tidak mengatakannya di media sosial bila menyewa kamar ini bisa mendapatkan bahan makanan."
Karin menarik sudut bibir mendengarnya. "Tentu saja tidak. Aku membelinya sendiri. Tapi bisa juga membeli bahan makanan di penginapan ini, meski harganya sedikit mahal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cold
FanfictionBerniat menenangkan diri dari masalah rumah tangganya dengan berlibur ke pelosok Hokkaido, Yui harus satu kamar penginapan dengan seorang wanita dingin dan menyebalkan bernama Karin. Walau begitu sosok Karin mampu mengalihkan masalahnya. Warning :...