12

876 54 1
                                    

Risa

Yui, pulanglah.

Di halaman penginapan, Yui mematung di tempat dengan pandangan seakan tersedot ke layar ponselnya. Pesan singkat yang dikirim melalui Line dari pasangannya seperti menariknya dalam realitanya--harus kembali ke Tokyo dan hidup bersama pasangannya dengan masalah yang belum terselesaikan.

"Yui?"

Mengangkat pandangan, Karin selesai memasukkan barang-barang mereka di dalam bagasi mobil dan menutup pintu. Tatapannya di ujung sana memintanya untuk segera naik ke mobil.

Sembari berjalan menuju mobil tanpa membalas pesan tersebut dan segera memasukkan ponsel di dalam saku mantelnya, Yui dilanda dilema. Apa harus mengatakannya sekarang atau setelah mereka selesai berkencan di semenanjung Shiretoko?

Saat duduk di kursi penumpang di samping kursi pengemudi, Yui pun memutuskan tidak mengatakannya sekarang. Ia tak mau mengganggu waktu kencan mereka .... Yah, kencan dengan seseorang yang ia kenal sekitar seminggu lebih dan yang pasti bukan pasangannya. Jika disebut lagi, Yui merasa bingung sendiri, mengapa perasaannya bisa senang, sesak, takut, dan tertantang dalam satu waktu?

Selama mobil membelah jalanan beraspal yang lenggang dengan pemandangan pegunungan dan air laut bagai terdorong cepat ke belakang, lagu-lagu dari Saucy Dog melantun di sekitar mereka.

"Perjalanan memakan waktu tiga jam." Karin memulai obrolan bersama kedua tangan masih setia mengendalikan kemudi. "Mari bicara."

Bicara apa ya?

Pikiran Yui yang semula memikirkan pesan Risa, sekarang telah berganti mencari topik obrolan bersama Karin. Tapi aneh ya. Biasanya jika tidak diajak bicara atau memulai pembicaraan duluan, Karin tidak meminta orang lain untuk bicara dengannya demi menyita waktunya yang membosankan. Kecuali jika ada pertanyaan yang tiba-tiba terbesit di benaknya.

Mungkin karena mereka semakin dekat.

"Berapa banyak wanita yang kau tiduri?" Pertanyaan itu seketika meluncur saja dari mulut Yui.

"Em ... coba kuingat-ingat ..." Karin berpikir serius hingga kedua jari telunjuknya mengetuk-ngetuk kemudi. "Lima yang tak kukenali dan tiga yang kukenali, termasuk kau." Sahut Karin.

"Aku pikir sudah lebih dari 50."

"Gila! Aku bisa meninggal karena tertular HIV."

Yui terbahak.

"Kau?"

"Aku?"

"Ya. Kau pasti punya mantan kekasih kan? Berapa banyak? 46?"

"Hoo ... tanggung sekali. 48 mantanku."

Karin terkekeh geli. "Jago juga."

"Aku sebenarnya tidak punya banyak mantan." Ujar Yui. "Saat sekolah, aku berpacaran dengan laki-laki sebanyak dua kali. Kemudian aku mulai berpacaran dengan perempuan. Lalu aku menikah dengan Risa."

"Jadi kau bisa dua-duanya?"

"Awalnya aku suka laki-laki. Tapi mereka selalu menganggapku tak berdaya, harus patuh saja, dan lebih baik diatur mereka. Aku tidak suka bersama seseorang seperti itu, seakan perempuan lebih rendah darinya. Jadi aku berakhir berpacaran dengan perempuan ... setidaknya kita saling mengerti perasaan masing-masing sebagai perempuan."

"Benar."

"Kau sendiri? Pernah berkencan dengan laki-laki?"

Karin menggeleng dengan seutas senyum. "Aku menyadari kalau aku begini saat SMA."

ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang