1

3.5K 111 0
                                    

Kedatangannya di pelosok Rausu, Hokkaido disambut salju deras. Taksi yang ia tumpangi beberapa kali tergelincir karena salju yang menumpuk di jalanan. Sang pengemudi taksi terus meminta maaf saat wajahnya nyaris terantuk di kepala kursi depan atau saat tubuh sampingnya membentur jendela pintu mobil. Wanita bergigi kelinci itu tak bisa mengeluh atau menyalahkan supir tersebut. Ini sudah keputusannya untuk mendatangi kota asing di Hokkaido pada musim dingin. Ia hanya bisa mengeratkan pegangannya pada pemegang di sisi langit mobil.

Mobil taksi masuk ke dalam jalan yang lebih sempit. Semua pemandangan tampak putih, begitu juga dengan puncak gunung yang semakin besar. Ia pun akhirnya sampai ke tempat tujuannya.

Selain gedung penginapan biasa, penginapan itu juga memiliki kamar seperti rumah kayu dengan empat pintu saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selain gedung penginapan biasa, penginapan itu juga memiliki kamar seperti rumah kayu dengan empat pintu saja. Tampilan kamar itu menarik perhatiannya. Dari informasi yang ia dapatkan dari internet, kamar dengan dua kasur itu memiliki fasilitas yang lengkap seperti: ruang TV, dapur, perapian, dan pemandian air panas di taman kecil. Ia memesan penginapan tersebut karena ada pemandian air panas pribadinya. Jadi, bila ia butuh ketenangan dengan berendam di air panas, ia tak perlu pergi ke pemandian air panas umum. Jujur, ia tidak suka berbagi bak mandi bersama orang yang tak dikenal.

Membayar biaya taksi dan turun dari sana, ia tak menyangka sepatu boots nya terbenam di salju.

Huh? Setebal ini?

Butiran-butiran salju ini bisa saja menguburnya bila ia tak segera melangkah dan masuk ke ruang resepsionis. Koper besarnya yang berat terpaksa ia angkat dengan susah payah.

Saat ia menggeser pintu kaca, bunyi gemerincing pun terdengar. Seorang wanita mengangkat kepalanya dari meja. Wajahnya tampak mengantuk dan hidungnya memerah. Meski ruangan ini lebih hangat daripada di luar sana, rupanya wanita itu masih tampak kedinginan hingga ia menarik ingusnya dan memeluk tubuhnya.

Ia mengibas-ngibas butiran salju di kepalanya sebelum melangkah ke meja resepsionis.

"Anda mau memesan kamar?" Wanita itu lebih dulu membuka suara. "Maaf, tapi semuanya sudah terisi."

"Semuanya sudah terisi?" Ia jelas bingung, ia telah memesan kamar melalui media sosial penginapan tersebut. "Tapi saya sudah memesan kamar... Ah, kamar yang seperti rumah itu."

Mata wanita itu melebar. "Sudah memesan? Atas nama siapa? Dan memesan lewat apa?"

"Atas nama Watanabe Yui. Saya memesan lewat DM Instagram kalian."

Wanita itu seketika panik dan gerasak-gerusuk membuka layar komputernya. Tak lama matanya melebar dan bergumam kesal.

"Ah, sialan! Kenapa Inoue tidak memberitahuku sebelum aku memberikan kuncinya pada orang lain? Main pergi-pergi saja dia."

"Maaf? Jadi, bagaimana?" Tanya Yui lagi, memastikan.

"Ahh... Nona, maaf. Seharusnya Anda memesan kamar Pinus nomor 4. Tapi tempat itu baru saja terisi tadi pagi." Jelas wanita berambut sebahu pirang itu, wajahnya tak nyaman. "Saya sungguh minta maaf. Karyawan yang bekerja sif sebelum saya tidak memberitahu dan saya juga tidak mengeceknya kembali. Sekali lagi saya minta maaf."

ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang