18

630 43 4
                                    

Mobil sedan milik Risa berhenti di tepian salah satu jalan kawasan Shinjuku. Lebih tepatnya di depan gedung berlantai empat yang merupakan sebuah studio foto.

Fuji Studio.

Tidak benar-benar tepat ia memarkirkan mobilnya di depan gedung tersebut, namun satu meter di belakang mobil sedan yang pernah ditumpangi Yui beberapa hari lalu.

Tok tok tok.

Risa terkesiap mendengar seseorang mengetuk kaca mobilnya. Ia menoleh ke samping, menurunkan mobilnya. Seorang wanita berambut sebahu kecokelatan tersenyum tak enak hati.

"Maaf, saya tak bermaksud mengusir Anda. Tapi kalau Anda tidak ada urusan ke studio kami, Anda tidak boleh parkir di depan sini." Sesal wanita itu. "Maaf."

"Tidak ... bukan. Saya Manajer Produksi dari Nisshin." Jelas Risa.

"Oh! Anda yang mengirim email kemarin sore ya. Aduh ... saya minta maaf karena tidak mengenali Anda." Wanita itu membungkuk, semakin merasa bersalah.

"Tidak apa-apa." Sahut Risa. "Sepertinya saya terlalu pagi untuk datang kemari."

"Kami memang buka sedikit siang." Sahut wanita itu. Kini senyum cerahnya melebar hingga gigi ginsulnya terlihat. Dia tampak ramah. "Sebentar ya, saya perlu memanggil bos saya. Seharusnya saya membicarakan soal isi pesan Anda lebih lanjut pagi ini. Tapi saya tak menyangka kalau Anda datang lebih awal dari yang saya kira."

"Maaf karena saya tidak memberitahu kapan saya akan datang kemari."

Lalu wanita ramah itu menjauh dari mobilnya, menuju ke tangga gedung dengan sebuah tote bag menggantung di bahunya. Wanita itu sepertinya karyawan di studio itu dan baru datang.

Risa pun keluar dari mobilnya bersama tas kerjanya.

Baru beberapa langkah menaiki anak tangga, seseorang muncul di hadapan wanita itu.

"Fujiyoshi-san, orang dari Nisshin yang kubilang lewat pesan Line tadi malam sudah datang."

Sosok tersebut pun semakin jelas setelah menuruni tangga. Wanita bernama Fujiyoshi Karin itu memiliki postur tubuh kurus dan tinggi, namun rendah tiga senti dari Risa. Kulitnya putih. Rambut bob hitam sedikit berantakan. Mata sipitnya terasa dingin. Wajah bulatnya tanpa diberi riasan sama sekali. Pakaian yang ia kenakan hanya sweater berwarna krim, celana pendek selutut, dan kaus kaki merah bersama sandal selop. Sangat rumahan. Ia pasti tak menyangka bakal kedatangan tamu di pagi hari. Dan wanita itu juga tampak seperti baru bangun tidur.

Karin sempat terdiam di tempat saat tatapan mereka bertemu.

Apa mungkin wanita itu sadar bahwa orang yang sedang ia temui adalah pasangan kenalannya yang ia ajak pergi entah ke mana beberapa hari lalu?

"Maaf karena membuat Anda menunggu. Saya harus membuka studio sebentar." Ujar Karin, kemudian wanita itu menarik rolling door. Dibantu wanita ramah tersebut. Setelah studionya dibuka, Karin mendekati Risa. "Masuklah."

Keduanya pun sudah duduk di sofa berseberangan. Di sisi lain karyawan ramah tadi yang ternyata staf admin bernama Matsuda itu sedang menyeduh teh di pantry.

Selama Karin membaca proposal yang diserahkan Risa. Pandangan Risa diam-diam tersapu ke penjuru ruangan. Seolah mencari jejak Yui di sana.

Apa Yui sering main ke sini?

"Maaf. Ini tehnya." Matsuda datang, meletakkan nampan berisi dua cangkir berisi teh chamomile dan kudapan manis di atas meja pendek. "Silakan dinikmati, Watanabe-san."

Risa mengangguk, memberikan senyuman tipis. "Terima kasih." Ia pun mengangkat cangkir, menyesap tehnya sebentar. Lalu meletakkan cangkir di atas meja pendek.

ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang