6

1K 75 1
                                    

Sebelum matahari terbit, Karin dan Yui telah meninggalkan penginapan dengan mobil jeep milik Seki menuju tempat pendakian. Gunung yang akan mereka daki adalah Gunung Rausu. Gunung itu merupakan gunung berapi kerucut dengan tinggi 1661 meter di atas permukaan laut.

Yui tanpa sadar menguap, ia sebenarnya masih mengantuk. Karin sudah membangunkannya dua jam sebelum keberangkatan mereka. Ia merasa kurang tidur karena tak tenang memikiran ia akan mendaki nanti. Satu-satunya pertanyaan yang memenuhi isi kepalanya adalah apa aku akan turun dari gunung dengan selamat?

Mobil pun berhenti di halaman parkir. Ada enam buah mobil juga terparkir di sana. Barangkali itu mobil-mobil temannya Karin atau pendaki lain.

Sebelum mereka turun dari mobil, Karin mengambil termos mini di cup holder dan menyerahkannya pada Yui.

"Kopi." Katanya. "Kau tampak mengantuk. Minumlah."

Karin telah membuat kopi itu sejak di penginapan mereka. Yui pun menerima benda itu dan menegak perlahan. Rasa hangat dan pahit memenuhi kerongkongannya, matanya terasa segar. Setelah itu ia kembalikan pada Karin.

Keluar dari mobil, mereka berjalan menuju titik kumpul. Sebelum mendekati rombongan, satu di antara orang di sana menyadari kedatangan mereka.

Seorang wanita dengan jaket puffer merah bersama ransel abu-abu di punggungnya tersenyum cerah. Tangannya berbalut sarung tangan biru langit melambai-lambai.

"Karin-chaaannn?!!!!" Ia berseru, membuat teman-temannya yang sedang sibuk berbicara mengalihkan perhatian kepada mereka berdua.

Oh, mereka berenam. Yui sempat menghitung teman-teman Karin.

Wanita berjaket puffer merah itu menyikut lengan Karin dengan tersenyum usil dan sekilas melirik Yui.

"Sekarang, kau terang-terangan membawa selingkuhanmu? Matilah kalau sampai tunanganmu tau."

Meski berbicara dengan dialek Kansai, Yui mengerti karena memiliki teman sekaligus karyawan berasal dari daerah Kansai. Ia pun terkejut akan maksud ucapan itu.

Selingkuhan? Sembarangan sekali mulut perempuan ini!

Tu-tunggu ... tunangan? Karin sudah bertunangan?

"Bukan, bodoh." Bantah Karin. Kemudian dia memperkenalkan Yui pada yang lain. "Dia Yui. Ya, dia hanya mau dipanggil nama depannya saat ini, jadi jangan bertanya soal nama keluarganya. Kami bertemu di penginapan dan aku mengajaknya mendaki bersama kita karena ia tak tahu mau melakukan apa di Rausu. Ini juga pengalaman pertamanya. Kalian tak keberatan kan?"

"Tentu saja tidak. Lebih menyenangkan kalau rombongan kita ramai kan?" Sahut seorang wanita berambut hitam lurus sedada. Poninya juga lurus dari balik topi rajut cokelatnya. Dia tersenyum pada Yui. "Salam kenal, Yui-san. Aku Rei. Kalau kau butuh sesuatu atau ada yang membuatmu penasaran soal pendakian tanyakan saja padaku."

Yui ikut tersenyum. "Terima kasih, salam kenal, Rei-san."

"Sayang sekali kau bukan selingkuhannya, Yui-san." Ujar wanita bertingkah usil itu yang kini tidak berbicara dengan dialek Kansai. "Aku Ten. Wanita manis di sampingku ini namanya Hikaru, pacarku."

Wanita bertubuh pendek yang sekarang direngkuh Ten tersenyum kepada Yui. "Halo ... salam kenal, Yui-san."

"Salam kenal juga Hikaru-san."

"Dan ini Kira, Marino, dan Akiho." Lanjut Ten, menunjuk tiga wanita di samping Hikaru. "Junior kami di klub pendaki. Yah, kami dulunya anggota klub pendaki di kampus. Kecuali pacarku."

Setelah saling menyapa, Karin mengintruksi mereka untuk melakukan pemanasan. Setelah itu mereka berdiri membentuk lingkaran dan berdoa di dalam hati untuk keselamatan mereka selama mendaki.

ColdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang