4.

4.5K 182 3
                                    


Cafe sederhana yang berdiri ditepi jalan itu ramai karena suara merdu yang dihasilkan seseorang didalam sana. Petikan gitar yang melantun mengiringi lagu penuh makna mengenai cinta sukses menyihir para kalangan anak muda untuk ikut hanyut menikmati.

Suara lelaki di atas panggung kecil itu memang tak pernah gagal menarik para pengunjung untuk terus datang.

Telah habis sudah...
Cinta ini, tak lagi tersisa....
Pada dunia...
Karena tlahku habiskan,
Sisa cintaku hanya untukmu....

"Anjir melenyot banget gue dengar suaranya!!"

"Mana gantengnya banget lagi!"

"Ya Allah pengen dia pokoknya pengen dia!!"

Circle cewek dipojok dekat jendela menjerit-jerit tertahan akan pesona yang dipancarkan sang vokalis. Bahkan Ponsel mereka tak hentinya memotret dan merekam. Mereka rela berlama-lama di sana hanya demi memandangi cowok berhoodie hitam itu.

"Sarangheo Abang! Aku padamu!" Jerit salah satu pengunjung menunjukkan finger heart pada Revan.

Revan hanya tersenyum singkat yang membuat perempuan itu pura-pura pingsan ditempat.

Tak terasa malam yang larut tiba, pengungjung pergi tanpa tersisa, Revan dan kedua temannya turun dari panggung.

Naufal dan Angga langsung berlari cepat begitu mendengar mereka akan menerima gaji sementara Revan hanya berjalan santai di belakang.

"Alhamdulilah rezeki anak soleh nih. Kita dapat bonus gede lagi. Kapan-kapan holiday barenglah kita!" Seru Angga antusias ketika ketiganya berjalan menuju parkiran.

"Setuju! Dapat bonus gede ini sih juga gegara suara emasnya bang Revan ye gak?" Naufal melirik Revan yang sedang menunduk merapikan Hoodie. Revan menoleh sejenak lalu mengangkat bahunya acuh.

"Dih! Sombong amat," komentar Naufal. "Lo setuju gak, Rev?"

"Hm."

"Kumat gak tuh kulkas," sindir Naufal.

Drt..

"Yo, Dad. Where are you?" tanya Angga asal saat sambungan telpon tersambung dengan ayahnya.

"Gak usah sok Inggris. Mampir ke alpa beliin susu buat adik kamu. Stok di rumah udah abis. Gak pake bacot. Gak pake lama."

"Siap, komandan!"

Tut.

"Gue duluan ya, bokap gue minta cepet-cepet beliin susu formula buat adik gue," pamit Angga.

"Yoi. Ati-ati di jalan, Ga. Gausah melimpir ke Club' lagi," kata Naufal yang mengundang pelototan Angga namun tak ayal cowok itu langsung menuju motornya karena teringat pesanan komandan. Sementara Naufal tergelak mengingat bulan lalu Angga kena hukuman oleh ibunya karena ketahuan berkunjung di Club'.

"Fal, ini buat Ibu lo."

Naufal berhenti tertawa kala melihat Revan menyodorkan sejumlah uang tak sedikit padanya. "Apaansih bro. Yang kemarin aja belum gue lunasin."

Revan menahan bahu Naufal yang hendak menaiki motor matiknya hingga membuat Naufal urung. "Ini bukan buat lo tapi buat ibu lo. Gue dengar dari Angga kalo sakit ibu lo kambuh lagi kan? Dia harus sembuh secepatnya."

Tak tahu harus apa, Naufal menatap haru temannya sebelum beralih menatap beberapa lembar uang itu dengan bimbang. Ia memang sangat membutuhkan uang itu. Sangat. "Kenapa sih lo bisa punya hati sebaik ini?" tanyanya lirih. Pasalnya ini bukan pertama kali Revan memberikan uang upahnya untuk membantu Ibu Naufal yang sedang sakit parah. Sungguh, Naufal merasa malu.

Lesion (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang