25.

3.1K 125 0
                                    


.
Lima tahun kemudian.
..

Seorang gadis berambut panjang terkuncir satu sedang sibuk merapikan beberapa berkas di atas meja kebesarannya. Keringat membanjiri pelipis dan keningnya yang tertutupi poni tipis. Mata bulatnya tampak sayu karena kelelahan. Setelah mejanya terlihat cukup rapi, ia kemudian menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi seraya memejam mata.

"I miss you."

Gadis itu bergumam dengan bibir yang menyungging ke atas. Ia tak sabar untuk menemui lelaki yang selama bertahun-tahun meninggalkan sebuah janji untuknya.

Sampai saat ini, ia telah berhasil menanti dengan segala tantangan yang selalu datang bergantian.

Ya, maksudnya telah ada banyak lelaki yang datang untuknya.

Namun pilihan gadis itu tetap jatuh kepada si lelaki berwajah datar.

Clek.

Pintu ruangan terbuka. Menampilkan sosok gadis berwajah oval dengan rambut curly berwarna kecokelatan yang menggunakan baju berwarna putih sama dengan miliknya.

"Cepetan turun. Angga udah nunggu kita di bawah." Sita terlihat tidak sabar.

Bunga bangkit dari sandarannya seraya mendengus. "Bilang aja mau cepet-cepet ketemu ayang. Mau kangen-kangenan. Nyenyenye."

Sita melotot pedas melihat wajah Bunga yang tengah meledeknya. Tapi yang dikatakan temannya itu memang benar adanya. "Udah cepet ah!"

"Sabar dong, Ta." Dengan bibir cemberut Bunga menyambar tasnya yang tergantung di dinding setelah melepas jas putihnya. Bunga berjalan keluar ruangannya bersama Sita yang sibuk berkaca, memoles lipstik dan bedak tipis.

"Lo kayak cape banget. Emang pasien hari ini banyak?"

Bunga mengangguk. "Bukan banyak lagi, Ta. Kamu tau kan aku dokter gigi anak. Kadang aku pusing denger tangisan dasyat mereka."

Mendengar itu Sita tertawa. Sudah berapa kali ia mendengar keluhan itu. "Nikmati aja, Miss Bunga."

Bunga kembali cemberut. Mereka berdua sudah berada dalam lift. Kedua gadis itu bekerja disalah satu rumah sakit besar di Jakarta dengan gaji yang fantastis. Bunga adalah dokter gigi anak dan Sita adalah dokter bedah.

Cita-cita mereka terwujud. Karena persabahatan mereka dimulai dengan tekad ingin bekerja di rumah sakit yang sama.

Persahabatan mereka semakin dekat. Apalagi sekarang Angga menjalin hubungan dengan Sita.

Dua gadis itu langsung berjalan menuju mobil pazero berwarna silver yang terparkir didepan gerbang.

Sita tersenyum begitu melihat ada teman kekasihnya didalam mobil. Ia pun masuk dikursi penumpang bersama Bunga. Dan Angga mulai melajukan mobil membelah udara malam ibu kota menuju salah satu restauran tempat biasa mereka berkumpul.

"Kak Nau apa kabar?" tanya Bunga pada cowok berambut setengah panjang itu. Sudah lama ia tidak melihat Naufal karena cowok itu sibuk dengan bisnisnya.

"Baik. Lo apa kabar?"

"Baik." Bunga membuka ikat rambutnya. "Aku kaget lho waktu liat kak Naufal ada di TV. Sekarang kak Naufal jadi artis dong ya." Bunga terkekeh.

Naufal ikut terkekeh. "Gue juga gak nyangka akan sejauh ini."

"Kesel gue sama lo, Fal. Baju pesenan gue kok belum jadi-jadi." Angga berdecak kesal.

"Sorry, Ga. Gue juga bingung soalnya pesenan terus membludak dari artis-artis lain. Nanti kalau sempat gue pasti kasih tau lo."

Lesion (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang