17.

2.7K 126 0
                                    

"Mama!" Bunga langsung berhambur ke pelukan Mamanya. Gadis itu kembali menangis karena sebenarnya tadi ia belum puas menangis karena Revan terus memarahinya.

"Kenapa kamu bisa jatuh?" tanya wanita berjilbab itu khawatir.

"Aku diseruduk sama orang, Ma. Tapi orangnya malah kabur." Bunga mengadu dengan bibir cemberut.

"Yaudah ayo masuk." Rena menatap anak lelaki yang berdiri di belakang Bunga. Rena tersenyum hangat. "Terimakasih, Nak, udah nolongin putri Ibu. Mari masuk dulu."

"Nggak, Bu. Saya harus pulang."

"Yasudah. Sekali lagi terimakasih ya. Hati-hati di jalan."

Revan hanya mengangguk pelan kemudian berbalik menuju mobilnya.

"Rev!"

Revan menoleh, menatap Angga yang berjalan ke arahnya.

"Makasih banyak. Lo udah jadi pahlawan sepupu gue untuk yang kedua kali," ucap Angga. Ia barusaja selesai membawa motor Bunga dari tkp.

Revan menatap Angga malas. "Lebay."

"Kenapa tadi lo gak masuk?"

"Gak enak badan."

"Alasan." Angga mencebik. Memindai tubuh Revan dari atas sampai bawah. Melihat kelakuan temannya Revan berdecak risih.

"Ngapain sih lo?"

"Gue gak liat yang aneh. Artinya lo gak apa-apain Bunga waktu di mobil."

Revan mengernyit. "Sialan." Kemudian ia masuk ke dalam mobil dengan wajah dongkol saat Angga tertawa keras.

"Gak mau nongkrong dulu nih?" Angga menunduk, menahan kaca mobil yang hendak Revan tutup sempurna.

"Gak."

"Hmm yaudah. Take care bang Revan."

Akhirnya Revan melajukan mobil dari pekarangan rumah Bunga.

...

Setelah selesai menunaikan ibadah solat magrib di salah satu masjid, Revan kembali mengendarai mobilnya membelah jalanan ibu kota.

Ia akan pulang hari ini.

Semoga saja Ganta masih mau menerimanya.  Dan semoga pria itu bisa memaafkan perbuatannya.

Meski kemungkinannya ia harus merasakan cambukan besi dipunggung lagi, atau hukuman untuk tidak makan selama berhari-hari. Revan akan menerima itu.... Ia akan menerimanya asal Ganta mau memaafkannya.

Dalam beberapa menit perjalanan akhirnya halaman rumah bernuansa minimalis terlihat. Revan mulai memasukkan mobilnya ke dalam pekarangan luas itu. Mematikan mesin mobil lalu bersandar pada sandaran jok. Ia menghembuskan nafas panjang lewat mulutnya. Mencoba mengenyahkan pikiran-pikiran buruk yang bersarang di dalam kepala.

Tiba-tiba ucapan seseorang melintas di kepalanya.

"Kakak harus yakin, semua bakal baik-baik aja."

Revan beranjak turun dari mobil lalu berjalan menuju pintu utama yang tertutup rapat.

Cowok itu menutup matanya sejenak sebelum tangannya benar-benar mendorong handle pintu bercat gold.

Clek.

Tak ada seorang pun yang terlihat begitu dirinya melangkah masuk ke dalam rumah. Namun sayup-sayup terdengar kegaduhan dari arah ruang makan. Karena penasaran Revan berjalan cepat menuju ruang tersebut. Tepat saat tiba dibelokan ruangan, langkahnya terhenti begitu ia mulai mendengar jelas isi dari perdebatan mereka. Revan tercekat ditempatnya berdiri. Sebelum akhinya memilih bersembunyi di balik tembok.

Lesion (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang