27.

2.9K 125 0
                                    

Senyum indah terus terpatri di wajah cantik Bunga. Sepertinya ia sedang jatuh cinta kembali. Namun pada orang yang sama. Tebak siapa orangnya?

Tentu saja Revano.

Cowok itu sukses membuat Bunga tergila-gila hanya dengan kekehan kecil.

Kini, gadis bermata bulat itu sedang berada dikantin rumah sakit dengan sahabatnya. Menyantap makan siang seperti biasa.

"Kenapa Revan jadi makin tampan ya, Ta? Aku hampir gila liat pesonanya. Kemarin dia ngasih aku mantelnya karena takut aku kedinginan Ta! Manis bukan? And you know, sekarang dia jadi lebih sering tersenyum bahkan ketawa. Very very awesome!"

Sita pun tersenyum senang mendengar hal itu. Sudah lama ia tidak melihat Bunga seceria ini. Meski sedikit keki melihat gadis itu senyam-senyum sendiri. "Baguslah. Itu artinya lima tahun ini Kak Revan udah punya kemajuan."

Bunga mengangguk. "Tapi tetep mukanya masih da--"

Drtt.

Bunga merogoh ponsel dari saku bajunya. Ia menatap benda pipih ditangannya dengan alis terangkat.

"Ravin?" tebak Sita.

Bunga mengangguk malas.

"Lo harus kasih tahu dia sekarang. Gue yakin dia mau jemput lo lagi hari ini."

Bunga mengacungkan jempolnya lalu mendekatkan ponsel ke telinga. "Halo?"

"Hari ini gue jemput lo. Gue mau tunjukin sesuatu buat lo."

Bunga menghela nafas. "Nunjukin apa lagi, kak?"

"Supriase. Lo pasti bakal terkejut. Gue tutup telponnya, sebentar lagi ada rapat. See you, Bunga."

Tut.

"Dia mau nunjukin apa?" Sita mengangkat kedua alisnya tinggi. Rasa keponya sedang menggebu-gebu.

"Mana aku tau. Lagipula aku gak bakal tertarik." Bunga mengangguk bahunya singkat. Lalu kembali melahap makanannya.

"Dia pernah nge-bully lo habis-habisan waktu dulu. Dan sekarang dia ngejar lo mati-matian. Thats.... weird." Sita menggeleng kepalanya dramatis.

"Thats normal. Karena dia punya segalanya. Seperti yang Revano-ku katakan." Sekarang Bunga paham dengan peringatan yang pernah disampaikan Revan.

"What? Revano-ku?"

Bunga menyengir. "Sebentar lagi kan, dia bakal jadi milik aku, Ta. Se-la-ma-nya."

Sita mendelik. "Bucin banget lo. Tapi gak salah sih. Pesona kak Revan emang gak bisa tertandingi lagi. Gue juga ikut oleng."

"Aku aduin sama Angga." Bunga menaik turunkan alisnya. Alhasil bola mata Sita mencuat nyaris copot.

"Jangan gitu dong! Kita kan bestie. Ya kan?" Bunga tertawa melihat wajah panik Sita. Ia memegang banyak kartu yang bisa membuat Sita ditinggalkan Angga, begitu pun sebaliknya. Bunga adalah pemegang kunci keretakan hubungan sepasang kekasih itu. Ia bahagia karena hidupnya terasa lebih mudah dengan memanfaatkan hal itu.

....

17.10 WIB.

Meski sangat-sangat tidak ingin berurusan dengan Ravin lagi, namun akhirnya Bunga tetap harus berada dalam satu mobil dengan cowok itu. Sepanjang perjalanan Ravin terus bicara banyak hal tapi Bunga sama sekali tak berminat menyahutinya.

Beberapa menit kemudian mobil tiba di area taman yang sepi. Keduanya turun dan sedikit berjalan, lalu berdiri saling berhadapan.

"Lo pasti capek. Maaf gue selalu ganggu waktu berharga lo," ucap Ravin dengan senyuman tipis.

Lesion (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang